Tag

, , , ,

Pemangkasan produksi minyak OPEC (negara-negara pengekspor minyak) menyebabkan harga minyak bumi terus naik. Terakhir 24 Mei lalu sudah di posisi 70,89 USD/barrel.

Saat ini harga bensin RON 92 (Pertamax) di SPBU Pertamina Rp 8900/liter, di Shell (Super) Rp 9350/liter, di Total (Performance 92) Rp 9300/liter, AKR (Akra 92) Rp 8700, Vivo (Mogas 92) Rp 9250/liter.

Mengacu ke http://www.globalpetrolprices.com, di Indonesia standar jual RON 92 (Pertamax) adalah USD 0,65/ liter, jika dikalikan kurs Rp 14.176/ USD, maka harga wajar Pertamax adalah Rp 9214/liter. Berarti semua SPBU di Indonesia menjual dengan harga hampir sama dengan standar, termurah di AKR termahal di Shell. Namun jika harga minyak naik terus, bisa saja (khususnya yg swasta) akan disesuaikan. Buat pemerintah Indonesia kenaikan harga minyak bumi ini 65% di atas asumsi APBN 2018 yang USD 48/barrel. Ujungnya semakin besar subsidi, sementara itu saat ini Indonesia adalah nett importir (konsumsi lebih besar produksi) minyak bumi.

Bagaimana dengan negara tetangga ASEAN kita? Harga RON 92 (sekelas Pertamax) adalah sebagai berikut :

  1. Singapura, USD 1,63/liter = Rp 23.107/liter
  2. Laos, USD 1,24/liter = Rp 17.578/liter
  3. Thailand, USD 1,17/liter = Rp 16.586/liter
  4. Kamboja, USD 1,09/liter = Rp 15.452/liter
  5. Filipina, USD 1,06/liter = Rp 15.027/liter
  6. Vietnam, USD 0,93/liter = Rp 13.184/liter
  7. Indonesia & Myanmar , USD 0,65/liter = Rp 9.214/liter
  8. Malaysia, USD 0,55/liter = Rp 7.797/liter.

Di sini terlihat bahwa hanya Malaysia yang lebih murah, dan Myanmar yang sama harga RON 92 (Pertamax) dengan Indonesia. Selebihnya lebih mahal dari Indonesia.

Kenaikan harga BBM akan berdampak pada kenaikan harga lainnya. Misalnya harga logistik akan naik karena bahan bakar adalah komponen utama, demikian juga bisnis penerbangan yang 35% biaya operasional nya untuk pembelian bahan bakar.