Campur-campur (sedih dan senang) itu yang kurasa waktu kunjungan ke Palembang 4 hari 3 malam setelah sebelumnya.
Sedih :
-waktu mendarat di bandara, bandaranya tak terawat, kursi tunggu hilang, bus transmusi bandara tak datang2. akhirnya naik taksi bandara. Ke pusat kota 75 ribu pakai argo. Bagus. Apalagi sopirnya bapak2 orang Palembang asli bisa cerita tentang kota ini.
-kesan semrawut, kusam dan berantakan. Maklum sebelumnya dari Brunei, KL dan Langkawi. Beda langit dan bumi rasanya
-museum koleksinya sangat terbatas. Lebih bagus museum Tjong Afie Medan maupun museum negeri Penang
Senang :
-ramah orang2nya
-hotel murah, fasilitas lengkap
-bandara keberangkatannya bagus. Ada 3 saluran wifi gratis, ada papan layar sentuh dengan informasi lengkap seputar bandara milik angkasapura2
Palembang punya potensi sangat besar mengingat daerah ini kaya minyak bumi, batubara, sawit, karet. Segera dibangun jembatan musi pengganti jembatan Ampera dan akan ada monorel. Tinggal pembangunan gedung2 megah seperti KL, Singapura maupun Penang saja yang kurang. Padahal dari jumlah penduduk mereka setara saja. Saat ini saya rasa masih Palembang masih terkesan sebagai kampung besar, belum kota metropolitan.
Berikut cerita perjalanan di Palembang :
Rabu, 21 Mei 2014. Kami datang dari KLIA2 dengan AirAsia dan tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin 2 jam 12.05 siang. Kami sarapan sekaligus makan siang di pesawat dengan menu nasi briyani vegetarian dan burger untuk menghabiskan sisa Ringgit yang ada. Di bandara ini kami menunggu bis Transmusi selama 1 jam, namun tak muncul2. Kata tukang ojek yang terus menawarkan jasanya, dari pagi belum ada bus yg datang. Selain ojek ada taksi bandara Balido. Kami pindah dekat pintu keberangkatan dan tiap ada Blue Bird menurunkan penumpang, kami stop, tapi tak ada yg mau. Terpaksa naik taksi bandara, dan ternyata AC taksi bagus, pakai argo, dan sopirnya bapak2 lanjut usia yg ramah dan orang asli melayu Palembang. Ke hotel IP yg ada di pusat kota-20 km dari bandara tarif tertera di argo 73 ribu dibulatkan ke 75 ribu. Hotel ini adalah hotel sederhana. Saya pesan di booking.com seharga 260 ribu, ternyata harga walk in hanya 249 ribu. Waktu minta harga walk in oleh resepsionisnya ditolak dengan halus “maaf tidak bisa pak”. Sempat terkejut karena tak ada jendelanya. Tetapi ada AC, TV mini, teko pemanas air, kopi teh gula, lemari dan shower panas dingin. Bosan di kamar, kami lanjut jalan ke IP (International Plaza) yg sudah tua-berdiri thn 1992. Disini banyak toko hp bekas dan asesoris. Ada pula merchant Superindo, Matahari, Texas Chicken, Bakmi Naga, bioskop Studio 21. Kami makan sore di Bakmi Naga dengan menu capcay seharga 20 ribu. Enak, sayur segar dan renyah. Istimewa. Mau lanjut nonton bioskop ternyata yg diputar film horor dan ABG Indonesia. Males deh. Mending cari pempek Vico. Kami ke arah timur sejauh 200 meter melalui jembatan penyeberangan yang tinggi. Tanya ke orang di jalan, ternyata salah arah, terpaksa balik ke arah IP, hotel dan tibalah di pempek Vico-seberang mall PIM yang ramai. Meski hari kerja lantai dasar penuh, kami diarahkan naik ke lantai atas. Cara pesannya beli seporsi isi 10 seharga 30 ribu yg cukup untuk berdua. Minumnya es kacang merah yg rasanya mirip es betet khas Blitar. Segelas 12 ribu. Enak semua. Kenyang makan kami balik ke hotel untuk istirahat. Beli air minum, teh dan kopi di Indomaret yg ada di samping hotel. Agak berantakan pengaturannya, segel produk berhadiah kelihatan bekas dibuka, dan meski ada mesin EDC ternyata tidak bisa bayar pakai kartu apapun. Payah.

mall IP Palembang yang sudah tua

daftar harga pempek Vico per Mei 14

capcay di bakmi naga mall IP
Kamis, 22 Mei 2014. Jam 3 pagi saya sudah bangun sedangkan adik baru mau tidur karena begadang nonton bola. Meski hotel murah tapi pilihan TV nya OK. Ada National Geographic, HBO, Fox Sport, TV lokal dan nasional. Jam 9 pagi kami jalan ke arah mall IP yang masih tutup untuk naik bus Transmusi keliling Palembang. Kami tunggu di halte marathon-depan martabak Har dan bus datang 30 menit kemudian. Tiket 5 ribu mengantarkan kami ke terminal Alang Alang Lebar (AAL). Di rute ini kami lihat pempek Candy, hotel Anugerah, hotel Jayakarta Daira, Swiss Bellhotel, hotel Tune, rumah sakit Charitas dan hutan kota. Pemandangan yg persis saat tiba kemarin, karena bis ini bisa transit ke bandara. Mentok di AAL kami balik lagi ke rute yang sama dengan berangkat dan mentok di bawah jembatan Ampera. Pemandangan semrawut khas Indonesia dengan lautan pesepeda motor dan orang2 yang susah payah berebut menawarkan jasa ojek dan perahu. Meski orangnya sama2 Melayu dengan yang di Malaysia baik penampakan maupun logat bahasanya, ternyata beda negara beda nasib dan tata kotanya. Kami tidak turun melainkan transit ke rute lain yang menuju Palembang Square (PS). Kejadian unik lainnya ternyata ketika ada yang bayar pakai kartu Transmusi ditolak dan dibilang kondektur sudah tidak berlaku. Padahal ada mesinnya. Ganti walikota, ganti pula aturannya. Kalau begini kan kasihan rakyatnya. Jalur bus ini melalui area yang lebih teratur dengan rumah2 besar dengan taman. Sedap dipandang mata. Ada juga hotel Arista. Kami turun di PS dan menuju ke Gramedia untuk beli buku. Setelah itu ke Carefour untuk belanja buah dan makan siang. Lagi-lagi kami makan pempek, ternyata murah seharga 13500 seporsi isi 10. Ada harga ada rupa, tak begitu terasa ikannya, namun tetap sedap. Maklum orang Palembang memang jago bikin pempek. Puas belanja dan makan, kami balik ke hotel pakai taksi Blue Bird. Meski argo tunjuk 13 ribu tapi sopirnya minta 25 ribu. Oknum ini bisa merusak nama besar Blue Bird. Tak mau ribut dengan dongkol terpaksa kuserahkan duit ini. Setelah itu bersantai menikmati acara National Geographic yang keren, sampai akhirnya setelah Maghrib kelaparan dan beli nasi padang Hikmah Fajar di samping hotel. Murah dan lumayan enak-asin pedas. Sebungkus 18 ribu isi nasi, rendang, rempeyek udang, sayur nangka. Minus daun singkong. Berhubung bekal di kamar sudah menipis kami belanja snack dan minuman di Alfamart. Ternyata penataannya lebih rapi dan terampil pegawainya. Karena menjelang piala dunia dan butuh, saya beli tas travel Brazil seharga 99,9 ribu yang didiskon menjadi 85 ribu karena tunjukkan kartu member Alfamart. Kami juga ditawari kostum bola gratis dengan syarat beli 12 botol Coca Cola 1 liter. Bisa kembung kami nih. Bayar pakai Debit Mandiri di sini lancar tak seperti di toko seberang kemarin malam.

sarapan di hotel

martabak har di bawah jembatan

pempek murah di carefour

masjid agung palembang

jembatan ampera palembang
Jumat, 23 Mei 2014. Karena hari ini hari Jumat kami pakai kostum baju koko dan celana kain. Rencana ke Masjid Agung, Benteng Kuto Besak, Museum, Sungai Musi, Jembatan Ampera, Pasar 16 Ilir dan bungkus nasi minyak dan martabak Har, sholat jumat, makan sore di PIM dan pesan pempek Vico buat oleh-oleh. Pertama kami ke masjid Agung yang masih sepi. Benar-benar agung seperti namanya. Meski sudah hampir 100 tahun usianya, tapi terkesan terawat, anggun, besar dan megah. Melihat masjid Agung Palembang dan bangunan sekitarnya rasanya seperti melihat masjid Raya Banda Aceh dan bangunan sekitarnya saat setelah Tsunami. Bangunan lama sebelum merdeka terlihat lebih kokoh daripada bangunan setelah merdeka. Dari masjid kami lanjut ke kantor pos, lalu ke benteng Kuto Besak yang jadi markas tentara dan museum di sebelahnya. Koleksi museum tak selengkap yang saya bayangkan. Bahkan cenderung seadanya. Gambar ilustrasi menggunakan kain poster kampanye. Jauh membandingkannya dengan Galeria Perdana di Langkawi kemarin. Ada arca dan prasasti Hindu Budha, Islam hingga Palembang saat ini. Cukup 30 menit hingga akhirnya kami ke tepian sungai Musi. Banyak orang menawarkan jasa penyeberangan ke pulau Kemaro. Kami abaikan karena tak ada rencana ke sana. Di kejauhan tampak rumah khas Palembang yang megah seperti museum yang baru kami kunjungi. Dari tepian sungai Musi kami lanjut ke pasar 16 Ilir . Kami tak masuk. Hanya di pelatarannya saja untuk membeli aneka krupuk ikan dan kemplang. Bermodal 100 ribu kami dapat sekarung krupuk beraneka macam. Dari sini kami lanjut ke martabak Har kw. Saya sebut kw karena yg asli keturunannya pakai gambar orang tua sedang berdoa warna putih berlatar merah. Meski kw bisa jadi mereka keturunan tukang masak di martabak Har yang asli. Martabak berisi 2 telor dengan kuah kari ringan serta sebungkus nasi minyak lengkap dengan acar dan malbi (daging sapi manis) cukup ditebus 30 ribu. Kami bawa ke hotel dan ternyata enak. Yummy. Usai makan kami balik ke masjid Agung untuk sholat jumat. Sebelum khotbah ada doa untuk almarhum. Panjang sekali hampir 30 menit. Lanjut adzan dan khotbah lalu sholat. Interior masjid indah, khotbah tegas dan lantang. Dan diakhiri wirid dan doa bersama ala mazhab Imam Syafii. Selesai sholat kami susuri jalan diseberangnya melalui kampung padat dan tembus di parkiran IP. Dari sini lanjut ke PIM untuk makan sore. Mall yang biasa saja kurang lebih seperti PS kemarin, kami datang ke es teler 77. Rasanya biasa saja. Kami bayar 21 ribu untuk segelas tanggung setengah penuh. Padahal saat yg sama ada promo makan nasi dgn ayam goreng plus es teler harganya 22 ribu. Salah pilih menu kayaknya. Lalu ke pempek Ketty yang seporsi isi 6 dihargai 30 ribu. Lebih mahal dari Vico namun lebih terasa ikannya serta lebih menyengat kuah cuko nya. Setengah kenyang kami cari lagi makan di Solaria untuk pesan nasi capcay. Coba bandingkan dengan cap cay nya Bakmi Naga. Secara harga lebih mahal 4 ribu, tepatnya 24 ribu. Namun sayurnya hampir basi, tomatnya sudah berlendir. Mungkin perlu perbaikan SOP. Sayur bagusnya dipotong sesaat sebelum dimasak. Tapi lumayan ada promo diskon beli 2 gelas teh impor gratis segelas. Sedikit mengurangi kecewa rasa masakannya. Dengan perut penuh, kami lanjut ke pempek Vico yang ada di seberangnya. Kami pesan 5 kotak seharga 100 ribu/kotak berisi masing2 35 pempek yang sudah dikemas dalam plastik kedap udara/vacuum lengkap dengan cuko nya. Sisa waktu kami habiskan menikmati siaran TV di kamar, baca aneka majalah bermutu (Swa, Luar Biasa) di lobby hotel. Kami juga mengepak sebagian barang bawaan buat pulang besok.

silsilah raja palembang

sarapan hari kedua di hotel

nasi minyak har dekat pasar ilir

museum kota besak

masjid agung palembang

martabak telur har

jumatan di masjid agung palembang

capcay di solaria

di bawah jembatan ampera
Sabtu, 24 Mei 2014. Ini adalah hari terakhir kunjungan ke Palembang. Sarapan di hotel berupa nasi kuning dengan lauk ayam serta sambal. Lanjutkan baca majalah dan ketika jam 9 tepat kami beranjak ke pempek Vico untuk ambil pesanan. Ternyata pesanan kami belum siap. Kami harus menunggu 15 menit. Packing yang rapi dan muat di tas. Sebenarnya pempek Vico ini juga bisa dipesan online via Pesona JNE. Harganya sama persis, cuma perlu menambah ongkos kirim saja. Selesai ambil pesanan kami balik ke hotel untuk packing, dan saat selesai packing tepat jam 11 listrik mati total. Genset hotel tidak bekerja dengan baik. Kami telpon Blue Bird lalu check out singkat. Ternyata taksi sudah datang, cepat sekali saya pikir. Jalanan lengang di akhir pekan, sehingga tak sampai 15 menit sampailah kami di airport. Tarifnya sama persis dengan taksi waktu datang, yaitu 73 ribu dibulatkan ke 75 ribu. Acara selanjutnya check in. Check in berlangsung singkat dengan bagasi berbayar 40 ribu saat pemesanan tiket, dapat bagasi 15 kg. Lumayan, bisa untuk menyimpan pempek dan baju serta bacaan. Sehingga kami bisa lenggang kangkung masuk ke ruang keberangkatan. Airport tax domestik 30 ribu. cukup murah. Setelah eskalator, ada tempat duduk yang menghadap layar interaktif milik angkasapura2 yang berisi informasi seputar Palembang dan bandara yang dikelola AP2. Di keberangkatan juga tersedia minimarket Alfamart yang menjual makanan minuman dengan harga wajar, misal Sari Roti dihargai sama dengan yang tertera di bungkus, demikian juga minuman Levite-VIT dijual 5000. Pilot dan kopilot Mandala juga beli cemilan di sini (belum boleh masuk ruang keberangkatan karena penuh penumpang Lion dan Wings yang delay). Sepuluh menit sebelum jadwal boarding kami dipersilakan naik pesawat Mandala tanpa sempat duduk di ruang tunggu keberangkatan. Salut, ternyata pesawat tiba di Yogya lebih cepat 20 menit dari jadwal. Pilot yang sudah haji ini (dari pengumuman pramugari) membawanya dengan baik dan nyaman, dan kebetulan cuaca baik di Palembang maupun Yogya sedang cerah. Oh ya, kami sudah pesan nasi kuning manado dan nasi padang berserta aqua 600 ml. Rasa makanannya lebih enak dari Air Asia dengan harga yang relatif sama dengan Air Asia Indonesia dan lebih murah dari Air Asia Malaysia-pengaruh kurs. Alhamdulillah kami mendarat tepat pukul 15.20 dari jadwal 15.40 WIB.

sarapan hari ke 3 di hotel

foto di klia 2 waktu mau ke palembang

nasi padang mandala tiger

nasi kuning manado mandala tiger

beli 2 es teh gratis 1 di solaria
Menyukai ini:
Suka Memuat...