Hari Minggu lalu kami berkunjung ke Museum Sandi yang ada di jalan Faridan M Noto no 21 Yogyakarta. Museum ini berdiri tahun 2006 menjadi satu dengan museum perjuangan yang ada di jalan kolonel Sugiyono Yogyakarta no 24. Pindah ke sini tahun 2014. Letaknya tak jauh dari Mc Donald jalan Sudirman dan masjid Syuhada, bersebelahan dengan warung Raminten.
Kami berlima datang jam 9.15 pagi, naik mobil dan parkir di samping museum dimana mobil dinas TNI AD diparkir (pemilik gedung museum ini). Masuk langsung disambut mbak resepsionis merangkap guide. Kami isi buku tamu, dan dikasih souvenir contoh membuat kata Sandi sekaligus mencobanya. Interaktif. Lalu ke ruang video yang menjelaskan secara singkat sejarah persandian. Setelah nonton video kami masuk ke ruang contoh barang aktual/nyata yang ada divideo tadi sekaligus menggunakannya. Lalu masuk ke ruangan sejarah persandian di Indonesia dan peralatan yang digunakan.
Dari lantai bawah, kami diajak ke lantai atas untuk melihat sejarah tokoh persandian Indonesia. Dulu bernama LSN (Lembaga Sandi Negara), sejak 2016 berganti nama menjadi BSSN (Badan Siber Sandi Negara) untuk menyesuaikan kebutuhan zaman. Untuk menjadi pegawai badan ini, ada sekolahnya, yaitu PSSN (Politeknik Siber dan Sandi Negara) yang ada di Ciseeng Bogor Jawa Barat.
Pada awal kemerdekaan berbagai instansi di Indonesia masih menggunakan sandi lama dari masa kolonial, sehingga mudah diretas oleh pihak tentara Belanda. Menyadari hal tersebut, dr. Roebiono (seorang dokter tentara yang juga ahli persandian) pun berinisiatif membentuk sandi baru yang hanya dapat digunakan oleh pihak Republik Indonesia. Sandi baru ini ditulis dalam 6 buku yang disebut sebagai “Buku Code C”, masing-masing berisi 10.000 kata sandi dalam bahasa Belanda dan Inggris.
Agar sistem sandi baru ini diakui eksistensinya, dr. Roebiono meretas berbagai sandi lain yang digunakan oleh berbagai instansi negara. Tindakan ini membuat instansi-instansi tersebut sadar betapa lemahnya sandi lama yang mereka gunakan, sehingga mereka pun sepakat untuk menggunakan sandi baru ciptaan dr. Roebiono.
Pada masa Agresi Militer Belanda ke-2 di tahun 1948, Republik Indonesia hampir saja hilang dari sejarah. Militer Belanda berhasil menawan beberapa pemimpin Republik Indonesia, termasuk Ir Soekarno dan Moehammad Hatta. Pada masa ini, dr Roebiono dan beberapa Code Officer (CDO) bawahannya berinisiatif membakar seluruh dokumen rahasia di Dinas Code sebelum jatuh ke tangan Belanda.
Mereka pun menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, memastikan keamanan komunikasi antara pemerintah darurat Mr. Sjarifoeddin Prawiranegara dengan berbagai pasukan gerilya di Indonesia. Salah satu lokasi pusat penyandian yang terkenal berada di Dusun Dukuh, Desa Purwoharjo, Samigaluh, Kulonprogo.
Museum ini cukup representatif untuk menggambarkan sejarah Sandi negara. Dan biaya masuk + guide per Mei 2023 ini adalah tidak ada alias gratis. Cocok untuk anak SD hingga SMA. Kalau bawa anak TK yang belum bisa membaca, kurang cocok dan mungkin tidak menarik buat mereka.
Sayangnya kemarin tak sempat ambil foto, karena asyik menikmati museum dan penjelasan dari mbak guide. Ini beberapa foto yang saya ambil dari berbagai sumber yang mewakili apa yang juga kami lihat. Lokasi museum ini di area Kotabaru Yogyakarta yang merupakan kawasan perkantoran kementerian waktu ibukota Republik Indonesia waktu pindah ke Yogyakarta. Dan gedung yang dipakai museum Sandi ini bekas gedung kementerian keuangan.



