Tag
jarak tune klia2 ke tune aeropolis, KLIA, klia 2, KLIA2, makanan di Kuala Lumpur, sarapan tune aeropolis, shuttle tune aeropolis, tune aeropolis, tune KLIA Aeropolis, tune klia2
Setelah berangan-angan selama 13 tahun, akhirnya kesampaian juga menginap di hotel Tune KLIA Aeropolis. Kenapa berangan-angan ? karena saya sudah mengetahui hotel ini sejak pertama kali naik Air Asia dan ke Malaysia dan pernah ingin menginap di sini saat transit di hotel yang berada di kawasan terminal LCCT ini (kini jadi terminal kargo). Hotel ini dulu berkonsep tidur nyaman dengan kasur kingkoil, kipas angin, shower mandi yang deras, lainnya (amenities, AC, TV, internet) bayar. Bisa dibilang nenek moyangnya hotel Tune yang kini ada yang tetap bernama Tune, ada yang bernama Red Planet, Kalya, maupun Momo’s.
Jumat, 27 Januari 2023 jam 5 petang kami tiba dari Langkawi, dan esoknya Sabtu, 28 Januari 2023 jam 3 siang kami balik ke Yogyakarta. Daripada capek balik untuk menginap ke Kuala Lumpur, lebih baik menginap di sekitar KLIA2, toh kami sudah puas jalan-jalan di Singapura, KL dan Langkawi selama 6 hari. Booking hotel ini saya lakukan sebulan sebelum keberangkatan, sesaat setelah beli tiket promo MyAirlines KLIA2-Langkawi PP RM 236 untuk 2 orang. Pengalaman liburan kali ini banyak sekali kami temui produk Indonesia ada di Malaysia, seperti Indomie, Nabati, Indocafe, JCo, Gery, Kopiko dll, bahkan ada vending machine. Menariknya harga produk Indonesia di sini lebih murah daripada harga produk setempat. Dulu, meski perkapita Malaysia lebih tinggi tapi harga barang lebih murah, sekarang sudah menyesuaikan.






Setelah ambil bagasi MyAirlines, kami susuri mal KLIA2 dengan membawa troli besar, mampir dulu ke Jaya Grocer, mencari bekal makan malam dan sarapan di Tune Aeropolis sekalian survey apa saja yang bisa saya beli besok untuk oleh-oleh dengan menghabiskan sisa Ringgit yang masih tersisa. Tadinya ragu bawa troli besar ke dalam supermarket, tapi bapak-bapak India manajer toko mempersilakan masuk sekalian bawa troli. Di Jaya Grocer kami beli apel dan roti beserta set caesar salad yang dilengkapi saus Kewpie. Dari sini kami turun ke lantai bawah/dasar menuju Tune KLIA2 untuk menunggu jemputan shuttle bus. Karena ragu, kami mampir dulu ke minimarket KKK membeli roti isi daging dan kari ayam, serta selai kaya Gardenia, sambil menanyakan ke kasir kalau sudah benar arah kami Tune KLIA2.
Sebenarnya ada jalur khusus ke Tune KLIA 2 dari lantai 1, tak apalah lewat lantai dasar, toh sama-sama dekat jaraknya. Di Tune KLIA 2 kami tiba pukul 18.30 dan menemui resepsionis untuk mendaftarkan diri naik shuttle bus Tune KLIA Aeropolis. Dengan ramah, kakak resepsionis menyampaikan shuttle yang pukul 18.00 sudah berangkat, yang masih ada yang pukul 20.00 dan 22.00. Ok, saya daftar yang pukul 20.00 di formulir list dengan tulisan tangan. Tadinya hanya berempat yang menunggu shuttle ini, ada 2 yang datang lebih dulu, hingga 1,5 jam kemudian terkumpul 12 orang. Menunggu di lobby Tune KLIA 2 cukup nyaman, sofa nya empuk dan AC nya sejuk. Tapi ada nyamuk yang masuk menyelinap dari pintu otomatis. Internet U mobile istri dan ChungHwa saya cukup lancar dipakai di sini.
Ketika pukul 20.00 tepat datang bus shuttle dengan pengemudi Melayu. Bus mini muat 12 penumpang plus koper yang bisa disimpan di badan samping bus. Ketika bus memutari hotel untuk keluar, di gate keluar, ada tambahan 1 penumpang lagi yang naik, dibantu menyetop bus oleh pegawai Tune KLIA2. Baik sekali. Bus menyusuri perimeter KLIA sejauh 15 km dengan waktu tempuh 20 menit. Pemandangan pagar bandara, sawit, lampu jalan, KLIA, KLIA2 dan naik turun pesawat di malam hari cukup menarik perhatian kami. Hingga akhirnya tibalah di Tune KLIA Aeropolis di lokasi terminal kargo yang dulu terminal LCC (Low Cost Carrier) Air Asia. Jarak lurus dari KLIA2 mungkin hanya 5 km, namun karena memutar menjadi 15 km.



Lalu kami masuk ke hotel Tune KLIA Aerotel yang pintunya kecil, tidak seperti pintu hotel. Check in dengan menunjukkan passport, karena sudah dipesan lewat Agoda otomatis nama saya sudah terdaftar di list tamu hari itu. Cukup itu, dan bayar pajak turis 10 Ringgit/kamar/malam yang bisa dibayar tunai maupun pakai kartu. Kami minta kamar paling atas, dan dikasih kamar paling atas yaitu 503. Pemandangan dari depan pintu kamar adalah truk kargo dan landasan pacu, sedangkan dari jendela kamar yang terlihat adalah dinding koridor.
Kesan pertama mengenai kamarnya adalah, sempit. Kamar sudah penuh oleh kasur, menyisakan satu space kiri kanan depan kasur untuk lewat 1 orang. Maklum ukuran kamar hanya 10m2, termasuk kamar mandi. Rasanya ini adalah hotel Tune yang paling sempit yang pernah saya inapi. Untungnya harga 280 ribu sudah termasuk AC, selain kipas angin, yang cukup menyegarkan kamar. Dinding kepala dilengkapi kaca besar, lampu dan meja, dinding kanan ada meja lipat, dan di depan kasur ada tempat handuk dan jemuran. Socket listrik ada di 2 tempat. Untuk kamar mandi ada sabun cair, shampoo dan sabun batang. Pasta dan sikat gigi bawa sendiri. Kasur dan bantalnya empuk, selimutnya lembut dan showernya deras sekali, puas untuk mandi (terasa bersih). Buat saya cukup, tapi buat istri saya yang takut berada di ruang sempit, dia bilang takut kalau sendirian (Claustrophobia).









Setelah makan malam roti dari KKK kami ke resepsionis tanya surau dan WIFI. Ternyata username : nomor kamar, password : alamat email (bebas), langsung terhubung dengan WIFI hotel yang kencang (diatas 35 Mbps). Lalu kami salat di surau yang berada di bawah tanah, berdekatan dengan ruang laundry. Surau laki-laki dipisah dengan perempuan, termasuk tempat wudhu nya. Di sini tenang sekali dan sejuk. Usai salat, kami balik ke kamar, melalui lobby yang tampaknya masih ramai orang duduk-duduk dan makan minum di mini kafe hotel yang full music top 40.
Tidur di sini enak sekali, dari jam 9.30 malam hingga jam 5.30 pagi (8 jam tidur) tatkala terdengar kamar sebelah berisik sekali siap-siap check out. Mereka ada di beberapa kamar. Dari ngomongnya kedengaran bahasa Mandarin, kata yang saya kenali hanya wo men Indonesia Bali. Mungkin mereka mau ke Bali. Jam 5.30 pagi Malaysia itu sama dengan jam 4.30 pagi WIB. Atau kalau di Yogyakarta itu terasa seperti 3.30 dinihari, karena waktu salat Subuh di sini 1 jam lebih lambat (di Yogya 4.21 WIB, di sini 6.19 waktu Malaysia). Terus kedengaran lagi anak-anak bangun, menangis, mungkin karena terganggu berisiknya kamar sebelahnya. Kamipun bangun, mandi, salat subuh, sarapan dan bersiap check out. Sarapan kami buat dari 4 burger yang diisi dengan sayur salad dan saus Kewpie, serta custard muffin merk Sinar. Roti burger Jaya Grocer ini enak, manis lembut, tapi tidak mudah robek. Segar dan enak.
Pas pukul 10.20 kami turun ke resepsionis untuk check out dan menunggu shuttle van. Berhubung hanya 4 orang yang akan naik, pagi ini kami dilayani pakai minivan. Kakak resepsionis dengan ramah menanyakan apa kami sudah makan ? kami jawab sudah, lalu ditawari sarapan gratis atau boleh buat makan siang karena disajikan dalam box makanan, silakan pilih american breakfast, nasi lemak atau mee goreng. Istri pilih american breakfast, saya pilih nasi lemak. Dilengkapi dengan 2 botol air mineral Spritzer 500 ml. Sebuah kejutan yang menyenangkan buat kami, karena saya booking tanpa sarapan, eh ternyata dapat sarapan. Kami tunggu shuttle hingga 40 menit kemudian, dengan hiburan lagu top 40. Ternyata cukup lengkap juga jualan makanan minuman yang tersedia di lobby Tune KLIA Aeropolis ini, termasuk minuman yang haram. Sambil menunggu, kakak resepsionis meminta scan QR code Google map untuk mereview hotel mereka, ya tentu saja saya kasih bintang 5/5 dari pengalaman jemputan, surau, tidur lelap dan sarapan gratis yang mereka sediakan.






Van datang tepat pukul 11.00. Driver nya kali ini keturunan Tamil yang ceria, mengemudi dengan cepat sehingga dalam 17 menit menyelesaikan jarak 17 km dari Tune KLIA Aerotel ke Tune KLIA2. Rutenya berbeda dengan tadi malam, kalau tadi malam setengah KLIA ke kiri, siang ini setengah KLIA ke kanan, dengan pemandangan pohon sawit dan Mitsui Factory Outlet. Di jalan perimeter ini sesekali ketemu dengan motor sport yang mengebut di jalanan sepi sekeliling KLIA. Puas menginap di Tune KLIA Aerotel sekaligus menutup seri lawatan Singapura-Kuala Lumpur-Langkawi tahun 2023 ini. Alhamdulillah.