• Beranda
  • Tips Jalan-jalan Ke Hongkong, Macau, Dan Shenzen
  • Tips Liburan Ke Turki
  • Tips Memilih Dan Menginap Di Hostel
  • Tips Jalan-jalan Ke Australia
  • Tips Liburan Ke Jepang
  • Aktifkan Berlangganan Roaming Sejak di Indonesia
  • Pekan Raya Jakarta Kemayoran Update 2020
  • Menginap di Bandara Changi Singapura
  • Promo Tiket Pesawat dan Hotel
  • Menginap di Bandara Soekarno Hatta
  • About

~ Perjalanan untuk mendapatkan pencerahan

Monthly Archives: Agustus 2015

Itinerary dan Biaya Wisata Ke Singapura Dan Malaysia

26 Rabu Agu 2015

Posted by pengingat in Air Asia, Malaysia, Malindo, Singapura, Tips, Wisata

≈ Tinggalkan komentar

Tag

biaya jalan jalan ke malaysia, biaya jalan jalan ke singapura, biaya liburan ke singapura, itinerary malaysia, itinerary singapura, Liburan ke Singapura, singapore malaysia itinerary, Wisata Malaysia, Wisata Singapura


Perjalanan kali ini mengambil tema perjalanan santai, sightseeing (cuci mata), wisata kuliner, tetap stay tune online sehingga masih bisa berkomunikasi dengan klien meski dengan data, terlindungi asuransi perjalanan. Belanja juga hanya pernik-pernik souvenir dan sandal menggunakan sisa uang tunai Ringgit.
Urutan pengeluaran terbesar sampai terkecil berikut penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Transportasi (46%)
Dari Bandung ke Singapura tertolong oleh tiket promo Air Asia yang 562 ribu untuk 3 orang termasuk makan.Sedangkan yang lain (MRT, bus, monorail, LRT, tiket Malindo Kuala Lumpur Bandung) adalah tarif normal
2. Konsumsi (23%)
Terasa ada sedikit peningkatan harga makanan di Malaysia jika dibanding tahun lalu, sedangkan di Singapura tetap. Wisata kuliner di ayam tandoori pak Putra, asam pedas Limbongan, Chicken rice JB Sentral, sarapan di Noor Albanjari, makan siang di nasi kukus 70-an KL merupakan acara makan di warung. Sisanya makanan siap saji (7-11 Singapura, KFC Melaka, food court Rasa KLCC). Belanja bumbu juga masuk ke sini.
3. Akomodasi(17%)
Akomodasi dengan tarif setara bintang 3 di Indonesia, sudah dapat akomodasi yang sama di Malaysia.
4. Lain-lain (9%)
Terutama untuk data roaming internasional. Sebenarnya di Changi, KLIA2 dan hotel sudah ada internet gratis, namun selama perjalanan di kereta api, bus dan lokasi wisata tidak menemukan sinyal WIFI. Selain itu ada pengeluaran biaya asuransi dan pemakaian toilet umum.
5. Belanja (5%)
Paling kecil porsinya, karena hanya beli souvenir gantungan kunci di Pasar Seni, magnet kulkas di Melaka, magnet kulkas di KL Galery, sandal Fipper saat sepatu hilang di KL Sentral dan oleh2 sandal Fipper di KLIA2.
Itinerary dan biaya selengkapnya berikut ini :
Itinerary dan Biaya
Mengenai mata uang, berbekal 150 Dollar Singapura (100 SGD ambil di ATM UOB Changi,50 dari penukaran uang 500 ribu Rupiah di Changi) hanya terpakai 27.5 Dollar, sisanya 120 SGD ditukar ke 336 Ringgit, tarik tunai 300 Ringgit di ATM Maybank JB Sentral. Sisanya 2.5 SGD jadi souvenir
Secara mata uang 35% menggunakan Rupiah, misalnya tiket Air Asia Bandung-Singapura, hotel yang dipesan di Traveloka. Sedangkan 61% menggunakan Ringgit untuk pembelian tiket online Malindo, tiket online kereta Senandung Sutera, tiket bus dan biaya makan minum di Malaysia. Sisanya 4% menggunakan Dollar Singapura, untuk biaya MRT, makan siang dan bus ke Johor.
Mata uang
Dan gabungan keseluruhan pengeluaran dibagi jumlah hari (5 hari) dan orang (3 orang) didapatkan pengeluaran rata-rata (x1000 Rupiah) sbb :
Pengeluaran

Menyukai ini:

Suka Memuat...

Pengalaman Pertama Terbang Naik Malindo Air

23 Minggu Agu 2015

Posted by pengingat in Bandung, Kuala Lumpur, Kuliner, Malaysia, Tips, Wisata

≈ 4 Komentar

Tag

bagasi malindo air, bandara husein sastranegara, KLIA2, Malaysia Airlines, Malindo Air, Malindo air check in, Malindo air review, Malindo air Wikipedia, pengalaman naik Malindo air, pertama naik malindo air


Kamis, 20 Agustus 2015

Ini adalah saat pertama kali saya naik Malindo Air, yg menurut Wikipedia ini adalah maskapai full service Malaysia-Singapura Malaysia Airlines, perusahaan patungan 51% saham NADI (National Defense Industry) Malaysia dan 49% saham Lion Air Indonesia.

Kami tiba di bandara KLIA2 jam 9 pagi, kemudian sarapan dan belanja di mall bandara. Jam 10 kami ke lantai 3 untuk check in ke counter Malindo Air di deretan W. Di sana sudah mulai tampak antrian calon penumpang yang check in. Tak terlalu lama antri, kamipun dilayani dengan ramah dan baik. Kami serahkan tiket dan paspor. Kebetulan kami bertiga dengan 2 kode booking, ketika kami minta duduk berderet, petugas Malindo mau memberi kursi berderet 3, di 24 D,E,F tanpa biaya tambahan. Tas belanjaan dan tas bajupun kami masukkan bagasi karena semua penumpang dapat jatah bagasi. Untuk ekonomi dapat jatah 20 kg (update 2016 jatah bagasi Malindo Air rute internasional naik jadi 30 kg/penumpang). Proses check in cepat dan dilayani dengan ramah, disitu kami dapat info ruang tunggu yaitu L22. Petunjuk sangat jelas di bandara ini.

Usai check in, kami ke counter imigrasi. Proses lancar dan cepat, kemudian masuk ke ruang tunggu dengan sebelumnya pemeriksaan di scan xray, ada 2x, yang pertama dekat imigrasi dan yang kedua ketika akan memasuki ruang tunggu. Pemeriksaan kedua ini lebih ketat, terutama mengenai bawaan. Ada tiga barang kami yang disita yaitu 2 botol plastik kosmetik 150 ml dan 1 botol kaca selai srikaya 250 gram. Ya, untuk masuk ke pesawat maksimal cairan yang boleh masuk 100 ml saja. Jadi lebih baik masukkan saja ke bagasi, toh Malindo Air ini sudah kasih gratis jatah 20 kg.

Kami masuk ke ruang tunggu L22 yang ada di ujung terminal L, kalau letih bisa numpang buggy car yang mengantar penumpang ke ruang tunggu secara percuma. Jam 11.25 kami sudah diizinkan masuk ke pesawat, namun mampir ke ruang tunggu dulu di dalam karena pesawat belum siap, dan jam 11.40 kami benar-benar bisa masuk ke dalam pesawat.

Kesan pertama, begitu bersih, terang dan bagus kabin Malindo Air ini, kursi cantik dan jarak antar kursi lebar 32” (sama dengan maskapai terbaik kita), ada inflight entertainment dengan pilihan film, games, documenter, lawak dan informasi tentang Malindo Air. Di bawahnya juga ada USB Port yang bisa untuk isi batere gadget (hp, kamera) dan lubang headset yang cocok untuk perangkat headset pada umumnya.

inflight tv

inflight tv

mi seduh

mie seduh 6 ringgit

snack

biskuit dan air mineral

welcome

ada colokan charger USB dan earphone di tv

Pukul 12.10 waktu Malaysia tepat, pesawat lepas landas, agak unik bila biasanya sunyi, ini suara musik lagu popular masih diputar keras dan lampu masih menyala terang. Setelah 15 menit mengudara mulai dibagikan snack berupa biscuit dan air putih gelas. Lumayan. Sesudah itu ada penjualan makanan, minuman, snak dan souvenir. Saya rasa ini meniru konsep Air Asia. Pemesanan juga bisa dilakukan sebelum terbang bersamaan pembelian tiket yang lebih bisa memastikan ketersediaan makanan berat karena saya lihat pramugari membagikan makanan yang sudah di pesan online. Saat kami terbang kemarin, makanan berat seperti nasi lemak dan nasi kandar sudah habis, tinggal mi seduh instan seharga 6 Ringgit. Dan perlu diingat, hanya menerima uang kertas, uang logam tidak diterima. Setelah terbang 1 jam 45 menit pesawat mulai turun, dan semua perangkat kami bereskan. Batere hp yang tadinya 70% kini sudah terisi 100%. Pukul 13.10 waktu Indonesia Barat pesawat mendarat dengan selamat di Bandara Husein Sastranegara dengan lambaian sampai jumpa dari pramugari Malindo Air.

Terimakasih Malindo Air, atas pengalaman pertama terbang denganmu yang mengesankan.

Kisah dengan Malindo Air lainnya ada di :

Turki 2016 (14) : Transit di KLIA, Naik Malindo Air Lagi – http://wp.me/pSAZn-1bP
Liburan 2016 (1) : Bandung-KL Naik Malindo Air – http://wp.me/pSAZn-1an
Liburan 2016 : Aneka Pesawat Yang Kami Naiki – http://wp.me/pSAZn-1bT

Menyukai ini:

Suka Memuat...

Kuala Lumpur : Pasar Seni, KL City Galery, Menara Petronas

23 Minggu Agu 2015

Posted by pengingat in Hotel, Kuala Lumpur, Kuliner, Malaysia, Tips, Wisata

≈ Tinggalkan komentar

Tag

bangunan abdul samad, biaya jalan jalan ke malaysia, bukit bintang, Hotel Prescott Kuala lumpur, jalan jalan ke Kuala lumpur, KL City Galery, liburan ke malaysia, Masjid Jamek, menara petronas, pasar seni


Rabu, 19 Agustus 2015

Kami bangun jam 5 pagi mengingat hari ini harus ke Kuala Lumpur. Sebenarnya banyak tempat di Malaka yang belum kami kunjungi seperti Melaka Zoo ( Kebun binatang), Taman Mini Malaysia dan ASEAN di Ayer Keroh, Pantai Klebang dengan museum kapal selam dan cocoa shake nya, serta beberapa museum di kota Melaka. Mungkin lain kali kami ke sana. Setelah semalam membuat janji dengan pemilik hotel untuk pengantaran ke Melaka Sentral, jam 7.30 tepat kami diberangkatkan dengan Toyota Hiace. Bersama kami ada 2 orang bule yang mengejar bus yang sudah mereka booking, sehingga permintaan dadakan kami untuk melihat masjid selat malaka tidak terkabul. Kalau sudah buat janji sebelumnya mungkin tuan rumah bisa antar ke tempat yang kita inginkan secara gratis asal masih dalam kota. Tampaknya pemilik hotel ini sedang membangun reputasi untuk kepuasan pelanggan.Jam 7.45 tiba di Malaka Sentral, kami cari counter tiket Billion Star, kami sempat bingung, namun lihat di papan keberangkatan salah satu agen tiket bahwa ada bus jam 8.30, ternyata betul, ini bus Billion Star yang akan berangkat ke Puduraya. Tarifnya 15 Ringgit, lebih mahal 5 Ringgit dari bus Delima, dan lebih mahal 2 Ringgit dibandingkan booking di easybooking.com. Bus nya adalah bus eksekutif dengan formasi 1-2, ada sandaran kaki dan reclining seat, lebih nyaman lah. Namun tak ada hiburan sepanjang jalan. Jam 11 tepat kami tiba di Puduraya.

4 bus ke kl

tiket bus ke kuala lumpur

Dari Puduraya kami naik ke ruang tunggu terminal, dan keluar melalui pintu kiri, pas di samping hotel Ancasa, kami susuri jalan Sultan, masuk ke keramaian jalan Petaling Street. Petaling street berada di area Chinatown adalah awal mula kota Kuala lumpur yang didirikan tahun 1857, di sini membaur pedagang souvenir dan makanan kaki lama non halal. Lalu belok kanan makan siang di warung halal nasi kukus 70 an, semacam warung tenda. Nuansa Jawa, karena pembelinya banyak yang berbahasa Jawa Timuran. Kami makan lele dengan sambal belacan serta ikan goreng dengan sambal rendang. Bertiga 25 Ringgit. Enak sekali sambalnya. Sedangkan lauknya gurih dan renyah. Usai makan kami lanjut ke Central Market atau Pasar Seni menyusuri jalan Tun Tan Cheng Lock.

Pasar Seni bentuk fisiknya masih seperti dulu-tahun 2010, namun jualannya lebih kreatif, bukan lagi produk dari Jogja dan Bali tapi sudah merupakan produk khas Malaysia. Di sini barang lebih terjamin dan harganya juga murah. Gantungan kunci, magnet kulkas dan coklat Beryl’s jadi barang wajib beli di sini, karena pengalaman sebelumnya belum pernah ketemu barang sebagus dengan harga serendah di sini, sekalipun Petaling Street. Ada juga brosur petunjuk wisata yang semakin informatif dan efektif dekat pintu masuk. Mengenai pasar seni ini adalah bekas pasar basah yang dibangun tahun 1888 oleh arsitek RH Steed, kemudian tahun 1970 hendak dihancurkan, namun beberapa orang pencinta sejarah menolak dan kemudian menjadikannya menjadi aset wisata. Di sini juga sering digunakan untuk pertunjukan seni budaya dan festival. Informasi selengkapnya ada di http://www.centralmarket.com.my . Usai dari Pasar Seni kami jalan lagi ke area Clock Tower 1937 yang ramai oleh pekerja yang mencari makan siang saat jam istirahat. Clock tower dibangun untuk memperingati naik tahtanya Raja George VI tahun 1937. Di seberangnya ada Pacific Express hotel yang sempat mau kami inapi.

4 clock tower 1937

clock tower 1937

4 pasar seni

pasar seni kl

Dari sini, jalan lagi ke Pasar Seni, terus jalan sampai hotel Geo, untuk naik bus Go KL (gratis) ke arah Medan Tuanku dimana hotel Presscot berada. Untuk ke lokasi naik bus purple line (tulisan running text di bus, bis nya sama saja semua bus Go KL warnanya ungu) terus ganti bus blue line di Pavillion. Dari bus ini turun di Maju Junction. Macet dan petunjuk yang tidak jelas, membuat kami tersasar sampai Chowkit. Alhasil kami jalan kaki dari lorong haji Thaib 5 sampai lorong medan tuanku 1 yang berjarak lebih 1 km melewati perempatan hotel Tune downtown. Hujan rintik mengguyur KL, tak menghalangi langkah kami, dan hampir jam 3 baru sampai hotel Presscot Medan Tuanku. Lain kali lebih baik naik monorail dari KL Sentral turun di Medan Tuanku dengan tarif 2,5 Ringgit dengan waktu tempuh tak lebih dari 15 menit. Untunglah anak magang/training yang melayani kami orangnya ramah dan tidak ribet, dia minta kertas booking dan minta izin fotokopi paspor serta minta jaminan kamar/deposit 50 Ringgit. Sesudah itu kami dapat beristirahat di kamar 809 yang non smoking dengan view ke arah barat menghadap mal Maju Junction dan gedung Sime Darby. Kamar 2 single bed yang besar. Single bed di sini adalah ukuran queen, sehingga sebenarnya cukup diisi 4 orang ukuran Asia. Dari kamarnya terlihat ini adalah hotel betulan, luas, berkarpet, ada meja kursi dari kayu, lampu kerja dan lampu tidur serta AC sentral. Lumayan bersih, mungkin kalau direnovasi bisa menjadi hotel yang lebih mahal. websitenya http://www.eprescotthotel.com

4 kamar tidur

kamar tidur prescot medan tuanku

4 minibar

minibar

Setelah istirahat sejenak dan sholat, kami lanjut ke jalan Tun Abdul Rahman (TAR) untuk mencari halte Go KL, lama menunggu kami jalan saja terus melalui pertokoan kain India, Campbell complex, Frenz hotel, Coliseum Cinema 1921 yang masih berfungsi hingga Citin Masjid Jamek. Jalan kaki hampir satu kilo meter ini tak tampak bus KL, jalan terus sampai akhirnya tiba di Panggung Bandaraya ang sedang ada pertunjukan MUD-our story of KL (http://www.mudKL.com), bangunan Sultan Abdul Samad (pusat pemerintahan kolonial Inggris 1897 sampai Malaysia merdeka) dan Merdeka Square yang sedang ada penyiapan panggung untuk acara hari kemerdekaan.

4 bangunan samad

bangunan samad

4 panggung bandaraya

panggung bandaraya

Dari situ kami lanjut sampai di KL City Galery (http://www.klcitygalery.com). Kelihatannya di sini merupakan arena wajib untuk berfoto dengan sign I Love KL. Kami masuk ke tempat ini dengan tiket 3 Ringgit dari aslinya 5 Ringgit. Harga lebih murah ini kami dapat dari kupon pada brosur yang ada di hotel Presscot medan tuanku. Di bangunan ini ada koleksi batik beserta informasinya (batik Malaysia merupakan campuran batik Kelantan dan Jawa namun menggunakan alat cetak, bukan tulis), peta besar di dinding, serta sejarah kota ini. Dan yang paling ditunggu adalah pemutaran video 10 menit tentang Malaysia, KL serta rancangan kota masa depan. Menarik. Usai menonton kami melalui galeri pembuatan souvenir. Tiket masuk bisa dibelikan souvenir di toko cinderamata yang besar, bervariasi mulai 5 Ringgit sampai ribuan Ringgit.

4 batik malaysia

batik malaysia

4 discover kl city

discover kl city

4 peta kl

peta KL

4 kl city galery

di depan KL city galery

4 kl city galery 2

cerita di KL city galery

4 kl city galery 1

i love KL

souvenir kl galery

souvenir dari karcis tiket

Dari KL City Galeri kami lanjut jalan kaki melalui museum tekstil, clock tower 1921, lalu ke arah stasiun masjid Jamek. Di sini kami mampir ke vending machine Pepsi yang menjual minuman kaleng termurah seantero KL, yaitu 1 Ringgit untuk segala jenis varian produk minuman kaleng. Murah kan. Di sebelah stasiun ada penjual buah potong 2 Ringgit lengkap dengan saus asam manis dan bubuk rempahnya, keropok lekor khas Kelantan, gorengan tusuk, es cendol. Kami agak menyesal cuma beli buah potong, padahal kami kalau mau bisa mencoba semua makanan minuman yang ada di situ, mengingat pengalaman sebelumnya makanan dan camilan di KL selalu enak. Puas makan buah kami jalan lagi ke mesjid Jamek, masjid bersejarah ini berada di pertemuan sungai Klang dan sungai Gombak dan dibuka tahun 1909, buka jam 8.30-12.30 dan 14.30-16.30. Dari masjid kami masuk ke stasiun LRT Masjid Jamek bersama ratusan penumpang yang pulang kerja. Dari stasiun masjid jamek kami ke arah KLCC yang jalurnya berada di bawah tanah.

4 masjid jamek

masjid jamek KL

Sekitar jam 5.30 sore kami mulai foto2 di depan menara kembar Petronas (http://www.petronastwintowers.com.my), yang dibangun tahun 1998 dengan arsitek Cesar Pelli. Menara kembar tertinggi kedua di dunia ini mempunyai ketinggian 452 meter dengan 88 tingkat, dimana pada tingkat 41 dan 42 terdapat jembatan penghubung/skybridge. Cuaca cukup panas. Puluhan security gedung juga tampak awas berjaga mengawasi kendaraan dan pengunjung yang datang. Mungkin terkait dengan peristiwa bom di keramaian di Bangkok beberapa hari lalu. Manusia segala warna kulit tampak asyik berfoto di sini. Dan menjelang jam 6.30 kami masuk mall, ke arah belakang gedung dimana ada air mancur. Karena masih sore, pemandangannya biasa saja. lalu kami masuk lagi ke dalam mall untuk makan malam di food court Rasa lantai 4. Malam itu kami beli mie ramen kimchi dan tom yam campur. Harganya 10-11 Ringgit/porsi belum termasuk minum. Rasanya lumayan sesuai selera. Kami tengok Petrosains yang berada di lantai yang sama ternyata sudah tutup, tinggal toko souvenirnya yang masih buka. Lalu kami turun ke lantai 2 dimana ada foodcourt Signature yang sangat ramai. Kebanyakan remaja dan anak muda, karena ada beberapa fast food dan brand resto lokal yang cozy, serta harganya yang relatif murah.

4 ramen kimchi

ramen kimchi di suria mall

4 tomyam

nasi dengan tom yam

Jam 7.30 sudah mulai gelap, terdengar adzan maghrib. Lampu-lampu menara Petronas dan gedung sekitarnya mulai menyala. Tampak indah. Tak lama kemudian ada pertunjukan air mancur warna warni dengan iringan musik barat maupun lagu semangat kebangsaan. Menarik untuk di lihat. Kami bertahan di sini sampai jam 9 malam, untuk selanjutnya kami ke Bukit Bintang naik bus Go KL yang gratis. Bus ngetem cukup lama, sekitar 30 menit. Kami turun di Pavillion, lihat2 produk terbaru, lalu jalan di Bukit Bintang yang lurus di depan mall Pavillion. Berhubung kurang menarik buat kami dan sudah cukup lelah, kami ke arah stasiun monorail Bukit Bintang/Air Asia untuk melanjutkan perjalanan ke Medan Tuanku. Dan baru sadar, di dekat stasiun Medan Tuanku ada mall baru yaitu Quill City Mall.

4 air mancur

air mancur menara petronas

4 menara kembar malam

menara kembar di waktu malam

4 sore di menara kembar

menara kembar di kala senja

Jam 10 malam kami tiba di kamar, berkemas untuk perjalanan pulang keesokan harinya. Apa yang saya lihat di kunjungan kali ini, untuk

Singapura : tidak banyak perubahan dibanding setahun lalu, ada gedung baru di belakang Esplanade kalau dilihat dari arah merlion/CBD

Malaysia : makin banyak lansia gelandangan/tunawisma, baik di KL maupun Melaka. Tapi untuk pariwisatanya semakin menarik dan informasinya semakin lengkap/detil. Ada kartu pass baru untuk turis yaitu mypass (www.mypass.com.my) dan KLpass (www.klpass.com) yang kelihatannya menarik untuk dimiliki.

Menyukai ini:

Suka Memuat...

Menyusuri Sungai Melaka, Museum Prangko dan Makan Tandoori Pak Putra

22 Sabtu Agu 2015

Posted by pengingat in Hotel, Kuliner, Malaysia, Tips, Wisata

≈ Tinggalkan komentar

Tag

A famosa history, ayam tandoori, bangunan merah, jalan jalan ke melaka, liburan ke malaysia, museum prangko melaka, nasi briyani, pak putra, st paul, stadhuys, sungai melaka


Selasa, 18 Agustus 2015

Semalam kami bisa tidur dengan nyenyak. Dan hari ini kami mulai perjalanan jam 8 pagi. Setelah sebelumnya ada karipap, hari ini ada kelepon yang mereka sebut onde onde. Kami juga bikin kopi dan mengisi botol air untuk jalan-jalan.

Kami mulai perjalanan hari ini dari penginapan melalui masjid Jawa Kampung Hulu dan sarapan di kedai Noor Al Banjary, yang pemiliknya merupakan keturunan Banjar Kalimantan. Beliau adalah keturunan kedua yang menjadi warga negara Malaysia. Masakan beliau enak dipengaruhi rasa melayu dan india, saya dan adik makan ayam goreng renyah, sedangkan istri makan sotong. Beliau juga baru pulang melancong ke Bandung. Mengambil makannya self service/ambil sendiri, kemudian dihitung. Kami bertiga makan minum kenyang total 19.5 Ringgit, lumayan terjangkau.

3 onde onde melaka plus kopi
onde2 melaka dan kopi
3 sarapan
sarapan di warung orang Banjar

Usai sarapan kami menyusuri sungai Malaka yang kelihatan jelas di siang hari. Dimulai dari jembatan pasar, kampung jawa (disini ada madrasah dan warung halal yang ramai-kami tak sempat mencicipi), kampung india, gereja st francis, deretan kafe, baru kemudian area bangunan merah. Warna air sungainya sendiri hijau kecoklatan menandakan banyak organik dan lumut di sana. Namun bersih tanpa sedikitpun sampah. Ada pegawai yang rutin menyiram dan merawat bunga dan fasilitas yang ada. Kami juga temui ikan sepat sedang antri makanan dari saluran pembuangan. Unik. Kemudian kami melintasi beberapa hotel mewah dan hotel sederhana sepanjang pinggir sungai. Sungguh menyenangkan hati melintasi pinggir sungai melaka nan asri.

3 enak buat jalan
pinggir sungai melaka yang enak buat jalan
3 gereja st francis
gereja st francis
3 pinggir sungai melaka
pinggiran sungai melaka
3 ratusan ikan sepat
ratusan ikan sepat di pembuangan
3 sungai malaka
jembatan di atas sungai melaka

Di bangunan merah kami kembali berfoto, mampir foto di taman dan kincir angin yang dibangun pemerintah Belanda tahun 1950 sebagai tanda pernah berkuasa di sini

3 kincir angin
kincir angin

dan mampir di gedung informasi pariwisata yang banyak menyediakan buku panduan dan poster gratis. lengkap sekali. Dari situ kami lanjut jalan kaki ke musium samudera, melalui kincir air kesultanan (rekonstruksi), jetty melaka river cruise dan tepian sungai malaka dengan pemandangan hotel casa del rio yang berdiri gagah.

3 casa del rio
hotel casa del rio di seberang kincir

Di pinggir sungai ini ada penjual air es mata kucing dan air kelapa segar seharga 2 Ringgit. Segar dan enak rasanya. Di museum samudera yang berupa kapal zaman dulu-model kapal Portugis “Flor de Lamar” yang kandas di sungai Melaka- kami tak masuk, hanya ambil foto di luar. Setelah itu kami jalan lagi ke deretan museum melalui medan selera (foodcourt) dan pasar. Kami mampir dulu ke playground untuk main seluncuran sambil nonton becak hias yang sedang mengangkut penumpang diiringi lagu2 meriah. Kami lanjut ke arah patung sapi yang dibelakangnya ada rongsokan kapal terbang dan gerbong kereta api yang berfungsi sebagai toko souvenir.

3 a famosa
plakat di a famosa
3 a famosa2
a famosa penginggalan portugis
3 dari reruntuhan st paul
pemandangan dari st paul
3 masa kecil kurang bahagia
perosotan depan museum
3 museum samudera
replika kapal di museum samudera
3 tourism malaysia
pusat pariwisata malaysia

Dari situ kami naik ke bukit dimana ada patung Fransiscus Xaverius yang dalam posisi bersyukur setelah selamat dan hampir tewas ditangan orang-orang di laut china selatan. Reruntuhan gereja St Paul namanya. Ada juga nisan bertulis yang bersandar di dinding gereja. Ada kesan angker tapi ramai pengunjung. Dari tempat ini yang dibangun Portugis tahun 1521, kemudian menjadi benteng 1567-1596 kami bisa mengambil gambar seluruh Malaka, dan pantas saja dulu dijadikan pusat mata-mata Portugis, Belanda dan sempat dilupakan ketika jaman Inggris. Oleh Belanda pun tempat ini pernah menjadi tempat menyimpan peluru untuk menyerang Jawa, begitu keterangan yang ada di prasasti bangunan ini.

Kemudian kami turun ke benteng A Famosa peninggalan Portugis yang dibangun Alfonso de Albuquerque di tahn 1512, abad ke 17 dikuasai Belanda dan akhirnya Inggris, sempat akan diratakan dengan tanah namun dicegah Sir Stamford Raffles dan dibiarkan hingga seperti sekarang. Disebelahnya ada museum replika istana kesultanan Malaka yang zaman sultan Mansur Syah (1456-1477). Museum ini sedang tutup. Kami juga beli aneka minuman di vending machine seharga 2 Ringgit/kaleng. Dari situ kami melangkah melalui museum governors Malacca lalu ke Museum Proklamasi Kemerdekaan yang bertulis tiket percuma. Bapak yang ada di pintu masuk mempersilakan kami masuk dan bilang percuma. Di dalamnya berisi sejarah Malaysia, mulai jaman Sriwijaya dan Majapahit, Portugis, Belanda, Inggris, pembentukan persekutuan tanah melayu, kemerdekaan, pemberontakan komunis, rujuk pasca konfrontasi dengan Indonesia, hingga zaman modern sekarang. Semua ditampilkan dengan baik dan indah. Meski museum daerah dan gratis tapi dikelola profesional.

3 diorama museum kemerdekaan
diorama kemerdekaan malaysia
3 rujuk
plakat rujuk indonesia malaysia

Keluar museum sudah jam 12.30, saat nya makan siang. kami ke mal Dataran Pahlawan mencari KFC, makanan murah meriah di Malaysia. Kami beli paket jimat/hemat seharga 6.9 Ringgit yang berisi ayam goreng, nasi lemak, kentang tumbuk, sambal dan minuman soda pepsi. Lumayan. Kami betah di sini dan baru beranjak jam 13.30 untuk mencari surau di mall terbesar di bagian selatan semenanjung malaya ini. Setelah 15 menit mencari, akhirnya ketemu surau di basement melalui semacam pasar yang menjual produk UKM. Lebih ramai yang jualan daripada yang beli. Kabarnya mall ini sangat ramai di akhir pekan. Ada 800 toko ritel dan ada kapsul waktu The Vision 2020 yang berisi rencana Malaysia menjadi negara maju di tahun 2020.  Mal ini berdampingan dengan mal lain seperti Pahlawan megamall, terminal pahlawan dan mahkota parade, berhadapan dengan area bersejarah yang sudah disebut di atas. Ada juga hotel Hatten dan Fenix Inn yang berdekatan.

Usai sholat kami jalan lagi menuju musium setem/prangko yang sempat kami lewati tadi. tiket masuknya 3 Ringgit, naik dari 2 Ringgit bulan lalu. Koleksinya bermacam-macam, mulai sumbangan tokoh setempat, prangko zaman Inggris, zaman kerajaan (Pahang, Kelantan, Terengganu dll), zaman persekutuan hingga zaman kemerdekaan. Ada juga sampul hari pertama Malaka Jogja yang menampilkan masjid kampung hulu berarsitektur jawa (masjid tertua kedua di Malaysia). Usai dari Museum kami kembali ke arah taman kota yang rindang. Terlihat tanda warung ayam bakar wong solo persis di seberang dataran pahlawan mal. Hebat ya, ekspansi sampai sini.

3 kfc 6.9 ringgit
paket KFC 6,9 ringgit yang enak
3 koleksiku jaman sd
koleksi museum setem/perangko
3 mal dataran pahlawan dan hotel hatten
mal dataran pahlawan dan hotel hatten
3 masjid kampung hulu
masjid Jawa kampung hulu melaka
3 murah @malaka riverside
mural di Melaka
3 museum setem
kota kembar Melaka dan Jogja
3 taman merdeka yang sejuk
taman merdeka Melaka yang sejuk
3 ada ayam bakar wong solo
ada ayam bakar wong solo di Melaka

Kami terus berjalan ke arah pantai, namun terhenti di depan hotel Holiday Inn karena kendaraan yang berlalu lalang dengan kencang, kami tak menemukan tempat penyeberangan plus hari yang sangat panas menyengat. Kami balik saja ke arah menara Tamingsari, menara setinggi 110 meter ini menawarkan pemandangan 360 derajat kota Melaka, beli es krim milo, makan di bawah pohon rindang, lalu jalan lagi melalui museum samudera, museum angkatan laut, foto di murah pinggir sungai, foto dekat dinding hard rock cafe dan kami tiba kembali di hotel sudah jam 3 sore untuk istirahat.

Jam 6 sore kami bangun, mandi, sholat maghrib dan bersiap menjelajah alias mencari tempat makan malam yang paling populer di kota Malaka, yaitu ayam tandoori pak Putra. Jam 7.30 setelah maghrib kami berangkat. Selain tandoori masih banyak menu lain yang dijual, tapi menu inilah yang paling dicari. Kami pesan ayam tandoori, dengan 2 naan cheese dan 1 nasi briyani. Antrian sangat panjang, jeda antara kami datang, pesan, hingga pesanan datang sekitar 45 menit. Jam 8.45 kami baru bisa menikmati makanan terenak di kota ini. Tak hanya orang India, orang China, Barat dan Melayu pun terlihat sangat menikmati makan di sini. Dan memang enak, naan kejunya lumer dan terasa tebal. Ayam tandoori nya juga meresap. Nasi briyani sepiring besar pun habis dimakan sendiri saking enaknya. Coba saja sendiri untuk membuktikannya. Jam 9.30 kami selesai makan dan membayar 39.5 Ringgit sesuai tagihan. Agak mahal, tapi kami puas dengan kelezatan makanan ini. Oh ya tandoori, naan dan briyani ini adalah makanan khas India utara muslim.

pak putra
pak putra di google
3 dapur pak putra
dapur kedai pak putra
3 makan bertiga 39 ringgit enak banget
makanan yang enak sekali di sini 39 ringgit
3 segar sekali minuman ini
segar sekali minuman ini
3 ramainya warung pak putra
suasana kedai pak putra

Menyukai ini:

Suka Memuat...

Malaysia : Naik Senandung Sutera, Sepatu Hilang di KL Sentral, Lanjut Ke Malaka

22 Sabtu Agu 2015

Posted by pengingat in Malaysia, Tips, Wisata

≈ 1 Komentar

Tag

biaya jalan jalan ke malaysia, bus delima, bus panorama no 17 melaka, hotel hong, jalan jalan ke melaka, liburan ke malaysia, limbongan station restaurant, masjid kampung hulu, sungai melaka, terminal bersepadu selatan


Senin, 17 Agustus 2015 : 70 Tahun Indonesia Merdeka

Kami berangkat ke KL Sentral dari JB Sentral Ahad malam menggunakan kereta Senandung Sutera. Kami nyaris ketinggalan, karena dalam mindset baru boleh masuk ke kereta jam 10.30 malam (setelah baca beberapa blog), ternyata jam segitu adalah jam berangkat. Kami lihat ke ruang keberangkatan pada 10.25 malam sudah tidak ada orang padahal tadi masih banyak orang, ternyata semua sudah masuk kereta. kami memang tidak kebagian duduk di ruang tunggu keberangkatan, karena itu kami duduk di depan loket yang menghadap berlawanan dengan ruang tunggu. Alhamdulillah, kami tak tertinggal.

Begitu kami masuk kereta, kereta langsung berangkat (tak sampai 1 menit dari kami masuk). Kami langsung masuk ke kabin tidur yang cukup buat orang setinggi 180 dan berat 100 kg. masih ada space untuk taruh barang dan sepatu. Kereta ini sudah terbilang uzur dan cukup berisik, sehingga selama 8 jam perjalanan saya seringkali terjaga dari tidur. Cukup pelan jalannya.

2 kabin senandung sutera

berada di kabin tidur atas senandung sutera

2 senandung sutera malam

kabin tidur penumpang kereta senandung sutera

Jam 7 pagi tepat kereta tiba di KL Sentral dan kami langsung ke kamar kecil serta mencari surau. Surau lelaki terpisah jauh dari surau perempuan. Nah, pada saat sholat ini ada orang yang mengambil sepatu/kasut saya. Tidak saya saja, tapi juga orang yang datangnya bersamaan dengan saya, padahal dia mau berangkat kerja. Kemudian lapor ke polisi jaga dan disarankan lapor ke polis negara yang buka jam 9. wah kelamaan, karena kami mau lanjut ke Malaka. Hati2, meski terlihat aman, jangan lengah. Lebih baik simpan di loker (berbayar) atau bungkus plastik taruh dekat kita berada.

Sebagai gantinya saya beli sandal/selipar Fipper nomor 11 seharga 19 Ringgit di minimarket terdekat. Untuk acara jalan2 seterusnya saya pakai sandal ini. Lalu beli tiket KTM seharga 1 Ringgit ke Bandar Tasik Selatan (BTS) yang berangkat jam 7.30. Kondisi gerbong KTM bagus, serupa MRT atau KRL. Jam 7.45 kami sudah tiba di TBS dan terminal bus terletak di sebelah kanan kalau dari arah KL. Di sana sudah ada penjualan tiket bus dalam satu atap. Untuk pesan tiket Delima kami dimintai IC/KTP Malaysia atau paspor. Delima adalah bus termurah ke Melaka seharga 10 Ringgit. Kami ambil keberangkatan jam 8.30. Kami masih sempat ke kamar kecil/tandas lalu ke 7-11 untuk sarapan.

2 hiburan di bus delima

hiburan di bus delima ke melaka

2 konter tiket bus TBS

loket tiket bus di terminal TBS

2 tiket bus

tiket bus delima

Usai sarapan nasi lemak dan mie bihun di 7-11, jam 8.15 kami turun ke ruang tunggu no 8 untuk menunggu bus Delima. Jam 8.25 bus berangkat, karena tiket termurah susunan kursinya 2-2. Meski murah ternyata aman dan nyaman, AC nya sejuk, suaranya halus. Dan diputarkan rekaman lomba lawak yang diadakan TV Astro di Istana Budaya. Setelah itu diputarkan lagi film Jurrasic Park. Kiri kanan terlihat hutan dan industri, tak seperti ke arah Johor/Singapura yang penuh dengan pemandangan sawit. Jalan halus mulus.

Jam 10.30 kami tiba di Melaka Sentral, lalu kami ke terminal dalam kota untuk menunggu bus panorama no 17 yang melalui Bangunan Merah (Stadhuys) ikon Melaka itu. Cukup lama kami menunggu di situ, jam 11.30 baru ada bus berangkat, kami masih sempat untuk beli 5 kue Patiseries seharga dan serupa Breadtalk namun rasanya jauh dibawah, terlalu berminyak dan plain. Udara Melaka yang panas, lumayan terkurangi dengan ruang tunggu yang ber AC. Jam 10.30 bus berangkat dengan pembelian tiket langsung di supir. Ongkosnya 1,5 Ringgit. Sepertinya sopirnya orang Indonesia, karena logatnya Jawa Timuran, kadang ngomel sendiri pakai bahasa Jawa kalau penumpangnya bayar pakai uang nominal besar-50 Ringgit. Jam 12 kami sampai di kawasan Bangunan Merah.

Seperti biasa, acara foto2 adalah wajib. Dengan gedung Christ Church (dibangun 1753) dan bangunan merah peninggalan Belanda serta air mancur Queen Victoria dibangun tahun 1904 oleh Inggris, serta menara jam yang dibangun filantropis Cina Malaysia Tang Beng Swee tahun 1886. Puas berfoto, jam 1 siang kami jalan lagi menyusuri jalanan kota tua Melaka yang masih terawat, melalui Hard Rock Cafe, Museum Cheng Ho dan Masjid Kling. Di masjid ini kami sholat. Oleh pengurus masjid diingatkan supaya barang dibawa/disimpan, karena rawan pencurian, termasuk kotak amal segede sofa pernah ada yang curi. Nyesek juga ingat pagi tadi kehilangan sepatu di KL Sentral.

2 bangunan merah

bangunan merah melaka

2 jonker walk

jonker street

2 museum cheng ho

museum cheng ho melaka

2 queen victoria fountain

air mancur ratu victoria

Usai sholat, kami jalan lagi mencari hotel Hong yang ada di jalan Masjid, persis di samping masjid Kampung Hulu yang berasitektur campuran Jawa Joglo, Cina dan Arab yang merupakan masjid tertua dan satu-satunya yang berdesain ini di Malaysia. Hotel Hong lebih tepatnya bisa digolongkan sebagai hostel ini berada di ruko yang sederet dengan rumah kematian orang Cina. Meski begitu tidak angker, karena bangunan baru di renovasi habis2an. Ada 12 kamar yang tersedia, yang 8 lagi sedang direnovasi di bawah. Kami diterima resepsionis wanita, cukup dengan menyerahkan kertas bukti booking Agoda dan paspor. Sesudah itu kami diberikan kunci kamar 103 dan diberitahu tiap hari ada snack yang hari itu curry puff (karipap) halal. Bebas tapi terbatas. Boleh ambil air minum, bikin teh dan kopi sepuasnya. Ada Wifi gratis juga, namun tak kami manfaatkan karena sudah berlangganan roaming dari Indonesia.

Masih panas nya Melaka membuat kami istirahat sambil menyalakan AC sampai Maghrib. Kamar dengan 2 tempat tidur, 1 single bed dan 1 double bed ini cukup nyaman. AC, kipas angin, TV layar datar dengan 2 channel (TV1 dan TV2), obat nyamuk cair, DVD player tersedia di kamar. TV 1 dan TV 2 ini semacam TVRI nya Malaysia dengan memutar berulang ulang iklan patriotisme kebangsaan terkait kemerdekaan Malaysia, selain itu diputar film klasik 1965 karya P Ramlee “Masam masam Manis”. Lumayan menghibur. Ada juga adaptor kaki 3 untuk antisipasi tamu dari Indonesia. Oh ya, kamar mandinya juga besar dan baru. Nyaman.

2 pinggir sungai melaka

di tepian sungai melaka

2 pohon dekat hard rock cafe

pohon berlampu dekat hard rock cafe melaka

Jam 8 malam kami keluar hotel untuk mencari tempat makan malam. Kami disambut pemilik hotel, dibantu dengan peta tempat penting di Malaka, termasuk tempat makan halal di jalan Laksamana. Usai briefing kami melangkahkan kaki, dan tergoda dengan jalan sepanjang sungai Melaka yang diterangi lampu hias berwarna-warni, sungguh menarik hati. Karena godaan itu kami sempat tersesat dan baru jam 9.30 kami menemukan Limbongan Station Restaurant https://foursquare.com/v/limbongan-station-restaurant/4d28a898849f370456377641. Tadinya mau makan di Pak Putra yang terkenal ayam tandoori dan cheese naannya terkenal, namun tutup hari itu. Di Limbongan kami pesan 1 nasi goreng campur, 2 asam pedas ikan pari, 1 kopi susu dan 2 teh manis. Enak sekali rasa makanannya, sedangkan minumannya biasa saja-bisa bikin sendiri. Makan bertiga habis 29.5 Ringgit. Sepadanlah rasa dan harganya.

limbongan

kedai limbongan di foursquare

Kami balik ke hotel sudah jam 10.30, masih ada saja orang nongkrong2. Kami lewati hotel bintang Casa Del Rio yang mewah. Banyak turis yang berkeliaran dan foto2 waktu malam begini, mungkin tak tahan panas seperti kami. Melaka cukup aman menurut pemilik hostel kami tinggal. Kalau copet juga ada, biasanya pelaku naik motor modifikasi, disarankan tas selempang ditaruh di depan. Jam 11.15 kami tiba di hotel, sholat lalu tidur. Hari pertama di Malaysia, hilang sepatu Nike yang saya beli 36 jam sebelumnya di Bandung, dan ternyata Melaka panas sekali-mirip di Banjarmasin.

Menyukai ini:

Suka Memuat...
← Older posts

Ikuti Kami

  • Instagram
  • Twitter
  • Facebook

Cari

Terjemahan

Kategori

  • Air Asia
  • Anadolujet
  • Ankara
  • Asian Games
  • Asuransi
  • Australia
  • Bali
  • Bandung
  • Bangkok
  • Banjarmasin
  • Batik Air
  • Batu
  • Bisnis
  • Bogor
  • Brunei Darussalam
  • Buku
  • Cappadocia
  • China
  • Citilink
  • Denizli
  • Doha
  • Emas
  • Emirates
  • Garuda Indonesia
  • Goreme
  • Ho Chi Minh
  • Hongkong
  • Hotel
  • Internet
  • Investasi
  • Islam
  • Istanbul
  • Jakarta
  • Jepang
  • Jetstar
  • Johor
  • Kereta api
  • KLM
  • Kontes
  • Kuala Lumpur
  • Kuliner
  • Kyoto
  • Langkawi
  • Lion Air
  • Lombok
  • Macau
  • Makassar
  • Malang
  • Malaysia
  • Malindo
  • Medan
  • Melbourne
  • MY Airlines
  • Olahraga
  • Olimpiade
  • Osaka
  • Palembang
  • Pamukkale
  • Pegasus
  • Penang
  • Perth
  • Qatar
  • Qatar Airways
  • Scoot Airlines review
  • Sea Games
  • Shenzen
  • Singapura
  • Solo
  • Sriwijaya Air
  • Surabaya
  • Sydney
  • Thailand
  • Tiger Air
  • Tips
  • Tokyo
  • Turki
  • Turkish Airlines
  • Umrah
  • Umroh
  • Vietnam
  • Wisata
  • Yogyakarta

Arsip

  • Februari 2023
  • Januari 2023
  • Desember 2022
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022
  • Agustus 2022
  • Juli 2022
  • Juni 2022
  • Mei 2022
  • April 2022
  • Maret 2022
  • Februari 2022
  • Januari 2022
  • Desember 2021
  • November 2021
  • Oktober 2021
  • September 2021
  • Agustus 2021
  • Juli 2021
  • Juni 2021
  • Mei 2021
  • April 2021
  • Maret 2021
  • Februari 2021
  • Januari 2021
  • Desember 2020
  • November 2020
  • Oktober 2020
  • September 2020
  • Agustus 2020
  • Juli 2020
  • Juni 2020
  • Mei 2020
  • April 2020
  • Maret 2020
  • Februari 2020
  • Januari 2020
  • Desember 2019
  • November 2019
  • Oktober 2019
  • September 2019
  • Agustus 2019
  • Juli 2019
  • Juni 2019
  • Mei 2019
  • April 2019
  • Maret 2019
  • Februari 2019
  • Januari 2019
  • Desember 2018
  • November 2018
  • Oktober 2018
  • September 2018
  • Agustus 2018
  • Juli 2018
  • Juni 2018
  • Mei 2018
  • April 2018
  • Maret 2018
  • Februari 2018
  • Januari 2018
  • Desember 2017
  • November 2017
  • Oktober 2017
  • September 2017
  • Agustus 2017
  • Juli 2017
  • Juni 2017
  • Mei 2017
  • April 2017
  • Maret 2017
  • Februari 2017
  • Januari 2017
  • Desember 2016
  • November 2016
  • Oktober 2016
  • September 2016
  • Agustus 2016
  • Juli 2016
  • Juni 2016
  • Mei 2016
  • April 2016
  • Maret 2016
  • Februari 2016
  • Januari 2016
  • Desember 2015
  • November 2015
  • Oktober 2015
  • September 2015
  • Agustus 2015
  • Juli 2015
  • Juni 2015
  • Mei 2015
  • April 2015
  • Maret 2015
  • Februari 2015
  • Januari 2015
  • Desember 2014
  • November 2014
  • Oktober 2014
  • September 2014
  • Agustus 2014
  • Juli 2014
  • Juni 2014
  • Mei 2014
  • April 2014
  • Maret 2014
  • Februari 2014
  • Januari 2014
  • Desember 2013
  • November 2013
  • Oktober 2013
  • September 2013
  • Agustus 2013
  • Juli 2013
  • Juni 2013
  • Mei 2013
  • April 2013
  • Maret 2013
  • Februari 2013
  • Januari 2013
  • Desember 2012
  • November 2012
  • Oktober 2012
  • September 2012
  • Agustus 2012
  • Juli 2012
  • Juni 2012
  • Mei 2012
  • April 2012
  • Maret 2012
  • Februari 2012
  • Januari 2012
  • Desember 2011
  • November 2011
  • Oktober 2011
  • September 2011
  • April 2011
  • Maret 2011
  • Februari 2011
  • Januari 2011
  • September 2010
  • Mei 2010
  • April 2010

Blog di WordPress.com.

  • Ikuti Mengikuti
    • asambackpacker01.wordpress.com
    • Bergabunglah dengan 467 pengikut lainnya
    • Sudah punya akun WordPress.com? Login sekarang.
    • asambackpacker01.wordpress.com
    • Sesuaikan
    • Ikuti Mengikuti
    • Daftar
    • Masuk
    • Laporkan isi ini
    • Lihat situs dalam Pembaca
    • Kelola langganan
    • Ciutkan bilah ini
 

Memuat Komentar...
 

    %d blogger menyukai ini: