Tag
atm di macau, dream city macau, halal hongkong, jadwal sholat hongkong, makanan halal di macau, masjid ammar, masjid di hongkong, the peak, venetian macau
Senin, 28 Oktober 2013
Kami mulai aktivitas agak siang dan sekitar jam 8 pagi keluar hotel menuju taman Kowloon yang terhubung dengan Central Mall yang di lantai bawahnya ada Hongkong China Ferry terminal dimana semua ferry dari Kowloon yang menuju ke Makau dan Shenzen berangkat dan datang di sini. Terminalnya megah dan terang benderang. Kami pilih Turbojet jam 9.30. Berhubung masih terkejar untuk naik yang berangkat jam 9 kami ikut antrian waiting list. 15 menit sebelum jam berangkat, tiket kami dicoret dan diubah ke jam 9, sekalian ditempel nomor kursi. Setelah itu masuk imigrasi dengan menyerahkan form departure yang satu paket dengan form arrival waktu kedatangan kemarin.
Tepat jam 9 ferry meluncur ke arah Makau, pemandangan gedung tinggi disusul gunung dan pulau kosong terlihat samar oleh kabut yang tak kunjung bersih dari langit Hongkong. Meski kelas ekonomi, kursinya besar seperti kelas eksekutif pesawat, ada hiburan TV serta majalah. Untuk kelas diatasnya ada bonus makan minum dan berada di lantai atas. Kursi bisa diubah-ubah seperti kelas bisnis dan eksekutif di kereta api. Sejam kemudian kami sudah sampai di outer terminal Makau, dengan pemandangan jembatan persabatan Makau. Imigrasi hampir sama dengan Hongkong, kami Cuma dikasih secarik kertas izin masuk. Di pintu masuk Makau banyak agen perjalanan menawarkan transportasi dan akomodasi. Abaikan saja jika tidak ada rencana memakai jasa mereka, karena diluar terowongan ada sederet bus milik kasino yang menjemput gratis menuju kasino mereka, dan biasanya lokasi wisata Makau berdekatan dengan kasino. Sebenarnya kami ingin mengunjungi area peninggalan Portugis di Pulau Makau dengan bus milik Lisboa Casino warna hijau. Berhubung parkirnya jauh, kami naik saja minibus Dream City warna coklat dan berada di Cotai. Untuk menuju Dream City, kami melalui sirkuit formula Makau dan jembatan persahabatan, lalu universitas teknologi Makau, tepat di sebelahnya ada Dream City.

panggung sirkuit balap makau yang juga jalan umum

majalah terbitan fery turbojet

uang 500 patacas macau

suasana depan city of dream macau

penampakan kasino venetian dari depan dream of world

interior lorong di venetian
Masuk kawasan ini serasa masuk mall lux dengan aroma mewahnya. Genting Highland di Malaysia tidak ada apa-apanya. Mesin ATM Bank of China pun hanya mengeluarkan pecahan terkecil selembar MOP500 (mata uang Makau Patacas) setara Rp 700 ribu. Cukup lah buat makan siang dan beli tiket balik ke Hongkong. Di sini hanya ada tempat judi, toko barang mewah, kasino dan tempat pertunjukan yang tiketnya cukup mahal. Kami di sana 30 menit saja, lanjut ke Venetian Resort di seberangnya yang lebih baru dan ramai oleh pengunjung. Langit-langit interior di cat cerah seperti langit di luar, dinding dan pilar dicat emas, mewah sekali. Masuk lebih dalam, ternyata kasino lagi. Meski kasino, disini ada ketentuan minimal usia yang boleh masuk 21 tahun. Saya masuk ke toiletnya, mewah tetap dengan warna keemasannya dengan aroma parfum mewahnya. Karena tujuan kami adalah Venetian Gondola kami cari terus sampai ketemu.
Petunjuknya cukup jelas, bisa Tanya petugas jika belum paham juga. Brosur denah juga tersedia. Di Venetian kami lihat orang naik perahu gondola, dengan perahu dan pengayuhnya yang menyanyikan lagu ala Venesia. Di beberapa bagian juga ada drama seriosa live yang cukup menghibur. Semuanya dibuat semirip mungkin dengan Venesia, tapi disini lebih harum dan segar, karena bukan sungai betulan. Di pinggir kanal ada toko dan butik terkemuka dunia. Puas menikmati yang ada, tepat jam 12 kami meluncur ke food court. Hanya ada 2 konter yang menuliskan tanda halal yaitu Pita Pan dan kami pilih Indian Spice Express yang menjual nasi briyani seharga MOP75. Seporsi ini cukup untuk berdua, selain nasi berbumbu dengan 2 potong ayam, dilengkapi dengan semangkuk kecil saus susu asam yang dicampur dengan bawang Bombay. Enak dan segar.

opera macau gratis

masih opera venetian macau

makanan halal di venetian macau

nasi briyani dengan ayam, terasa sekali rempahnya
Puas makan siang, kami sempat diskusi, lanjut ke Makau Island lihat peninggalan Portugis atau langsung balik ke Hongkong, setelah sepakat balik ke Hongkong saja, kami mencari jalan keluar dimana minibus Cotai siap mengantar kami ke Taipa Fery Terminal, Airport dan Macau Outer Terminal-kalau mau lihat peninggalan Portugis bisa menuju ke sini, ganti minibus ke Lisboa. Kami pilih ke Taipa Fery terminal supaya berbeda dengan berangkat tadi. Ferry yang kami pakai juga beda dengan berangkat, kalau tadi dengan Turbojet milik Hongkong, sekarang pakai Cotaijet milik Makau. Setelah beli tiket yang lebih murah dari Turbojet dan melalui imigrasi kami menuju dermaga. Terasa lebih nyaman pakai Turbojet milik Hongkong, karena di Cotaijet milik Makau ini pemandangan terganggu dengan adanya iklan yang menutupi kaca jendela, majalah juga dijual seharga MOP30 meski isinya hanya iklan, hampir mabuk laut mungkin juga karena goncangannya juga lebih keras-ombak sore hari. Kami mendarat di Hongkong Macau Fery Terminal di Hongkong Island yang terkoneksi dengan MTR Sheung Wan. Sewaktu masuk imigrasi Hongkong, istri diarahkan ke antrian resident. Setelah tunjukkan paspor maka dipindah ke antrian visitor. Urusan selesai jam 3 sore.

interior cotaijet
Dari sini kami-MTR Sheung Wan adalah MTR paling ujung barat island line-lanjut menuju MTR Causeway Bay, keluar melalui Exit A di Russell Street kami ikuti arus orang menuju jembatan layang dan menyeberang mendekati Wanchai Road. Sebelumnya mampir dulu di butik Toffe yang menjual sweater seharga HKD100/3 potong, lanjut ke fresh market yang ada di dekatnya. Warna warni jualan di pasar ini mencerahkan hati. Asyiknya Hongkong di daerah ramai seperti ini adalah warna warni dari toko dan alat transportasi yang ramah lingkungan seperti tram dan kendaraan tanpa asap (nyaris tak terlihat asap). Kami jalan terus sambil lihat butik yang menjual aneka baju,tas, sepatu, kado dan lain-lain. Versi besar dan lebih teratur dari Cihampelas Bandung. Kami belok di Oi Kwan Street menuju Masjid Ammar untuk menunaikan sholat. Masjid ini bertingkat dengan tingkat dasar kantor dan tempat pendidikan anak, lantai 2 tempat wudhu, lantai 3 mushola perempuan, lantai 4 mushola laki-laki, lantai 5 kantin. Setelah sholat kami makan sore di kantin, menunya tinggal siomay kukus dan goreng. Kami pesan 5 porsi, 2 makan ditempat, 3 dibungkus, plus tea susu hangat. Enak bangettt. Sepadan dengan harganya yang HKD 75. Siomay ini jadi bekal kami untuk ke The Peak. Di sini kami juga ketemu dengan Pak Haji Muchammad Nurali pensiunan pegawai konsulat Indonesia di Hongkong yang pernah kerja di kedutaan besar Indonesia di Beijing tahun 1962-1965 lalu ditarik ke Indonesia, dan di kirim lagi ke konsulat di Hongkong mulai tahun 1966. Setelah pensiun beliau membuka Warung Malang di Dragon Rise Building, 2nd floor flat B-2, 9-11 Pennington Street, Causeway Bay. Tel (852) 29157859.

suasana pasar wanchai

banner di dalam masjid ammar

dimsum super lezat masjid ammar hongkong

menu makanan di masjid ammar hongkong

masih menu

menu juga

menu dimsum yang bervariasi

buku menu restoran halal di masjid ammar hongkong

penampakan tram dingding hongkong
Untuk menuju The Peak Terminus kami naik tram ding ding yang jauh dekat biayanya HKD2.3 bisa dibayar pakai Octopus. Tram klasik dengan rel yang sudah berumur 100 tahun, sangat asyik untuk menikmati pemandangan kesibukan warga di Hongkong Island. Yang jelas jalur yang dilalui keren-keren dan tertata rapi. 15 menit asyik naik tram kami turun di perhentian dekat MTR Admiralty (dekat mall Pacific Place), jalan kaki melalui Hongkong Park menuju The Peak Lower Terminus. Antrian mengular panjang, kami antri 30 menit untuk membeli tiket, dan baru jam 6 sore kami mendapat giliran naik tram. Tak pandang bulu, semua harus antri, kecuali yang beli tiket masuk Madamme Tussaud antrenya sendiri dan nyaris tak ada antrian. Tapi pas mau naik tram perlakuannya sama saja, harus antri dan gabung dengan pengunjung yang lain. Petugas ramah, cepat dan lugas.

gemerlap hongkong dari the peak

price list tram the peak

antrian tiket
Perjalanan menuju ke atas ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit, dengan pemandangan gedung dan hutan.kemiringan tram hampir 45 derajat, seru juga dengar penumpang yang surprise. Setiba di Peak terminus, kami melalui toko souvenir dan minuman yang menjual produk kualitas dan harga premium. Pengunjung bisa lihat panorama Hongkong dari pertokoan di sini, namun kalau belum puas bisa beli tiket ke Peak Sky Terrace untuk melihat pemandangan 360’.Tram ini pertama kali diluncurkan tahun 1888 oleh Gubernur Jendral Inggris waktu itu. Tempat ini cocok sebagai wahana bernarsis ria dengan latar belakang pemandangan langit Hongkong yang gemerlap. Kami makan cemilan siomay/dimsum, ueenak tenan. Semilir angin dingin cukup menusuk saat kami menunggu lampu-lampu laser ditembakkan ke langit, kami berlindung dibalik kaca pagar supaya tidak kena hembusan angin dingin, namun karena berkabut, laser tak bisa menembus, dan akhirnya jam 9.15 malam pengunjung berangsur turun. Kami mampir dulu ke toko souvenir untuk membeli kaos tema The Peak dan mampir ke kantor pos. Meski sudah tutup, kami bisa beli prangko di mesin otomatis untuk kirim kartupos yang kami beli di toko souvenir tadi. Tinggal masukkan koin atau lembaran uang untuk membeli prangko/stamp dengan nominal sesuai tujuan, keluar prangko dan koin kembalian. Tarif Domestik HKD 1.5 atau internasional HKD 2.7- 3.7, murah bukan. Ke Indonesia cukup HKD2.7.

kirim kartu pos, prangko nya beli di mesin otomatis
Jam 10 kami turun menggunakan tram, dan begitu sampai di lower terminus menunggu di parkiran bus 15C. Antrian makin mengular, tapi bus tak kunjung datang. Yang tak sabar menunggu mereka pilih naik taksi yang parkir di situ juga. Karena tadi berangkat jalan kaki, maka baliknya kami juga jalan kaki saja, apalagi jalan menurun, so easy saja lah. Lewat gedung silang-silang HSBC dan BoC. Kami masuk ke stasiun MTR Admiralty melalui mall Pacific Place dan dari sini kami menuju stasiun TST. Meski sudah jam 10 malam, masih seperti jam 6 sore, ramai, MTR dipenuhi eksekutif muda yang baru pulang entah lembur atau habis hang out dengan kemeja formal, tas dan sepatunya. Terasa sekali denyut kehidupan di Hongkong.
Sampai di hotel sekitar jam 10.30 malam dan sudah tidak ada resepsionisnya, untuk keamanan tetap terjaga karena di tiap lift ada security dan CCTV yang memantau semua aktivitas di koridor gedung ini. Kami penuhi dulu jug air dari galon di resepsionis. Sholat lalu tidur.Zzzzzz………
Oh ya, berikut masjid yang ada di Hongkong dan jadwal sholat setahun di Hongkong.

peta masjid di hongkong

jadwal sholat hongkong

kartu pos hongkong