Tahun 2019 lalu, negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) menerbitkan prangko bergambar busana nasional masing-masing negara. Ada 10 negara yang menerbitkannya, yaitu :
Dulu, sebelum era digital, hobi mengumpulkan prangko dan benda-benda pos merupakan suatu keasyikan sendiri untuk anak-anak kecil. Hobi yang disebut juga filateli ini juga menyita perhatian cukup banyak orang, tak terbatas usia, yang bahkan menjadikan hobi ini menjadi profesinya, koleksi dan jual beli prangko dan benda-benda pos, yang lebih dikenal sebagai filatelis.
Untuk jatuh cinta pada prangko tidaklah sulit. pengalaman waktu era 90-an, kala itu banyak tetangga yang merantau ke Malaysia, yang saban bulan kirim berita ke keluarganya di kampung dengan surat yang tentu saja dibubuhi prangko Malaysia yang didominasi prangko bergambar buah nanas, rambutan, manggis dll. Ada juga yang bergambar padi, sawit, karet, dan disertai lambang daerah dan raja/penguasa daerah tersebut. Jarang-jarang ada gambar lain. Meski gambarnya itu-itu saja, tetapi membawa imajinasi bahwa ada lho negara lain yang punya kemiripan dengan Indonesia. Dan pastinya gambar di prangko lebih indah dan nyata daripada gambar buah2an yang di tempel di kelas TK. hahaha. Sementara prangko Indonesia waktu itu didominasi gambar pak/bu tani dan presiden Suharto.
Euforia itu terjadi ketika awal 90 an dimana toko kelontong juga mulai menjual prangko bekas dari seluruh dunia dengan harga yang miring. Mirip euforia batu akik beberapa waktu lalu. Prangko yang sudah dalam kemasan ini kebanyakan produksi dari Elsaqaf Philatelic Center Surabaya dengan harga relatif murah, kisaran 500-2500 Rupiah kalau tidak salah (kalikan 10 uang sekarang). Hobi mengumpulkan lembar per lembar perangko menjadi kurang menarik karena dengan mudah dan murah bisa didapatkan prangko berbagai negara.
Hobi ini terus berlanjut hingga sekarang, ketika berkunjung ke suatu negara, saya pasti mampir ke kantor pos, beli kartu pos dan perangko untuk dikirim ke saudara di Indonesia. Bukan untuk mengirim kabar karena untuk memberi kabar bisa telepon, whatsapp atau email, tetapi memberikan kenangan, ini lho kartu pos dan prangko yang dikirim dari negara sana. So far, pengetahuan manfaat koleksi prangko yang saya rasakan baru sampai situ, walau konon katanya ini adalah hobi para ratu dan raja, karena beberapa prangko langka berharga milyaran Rupiah. Seperti prangko red penny (http://www.mirror.co.uk/money/7-worlds-most-valuable-stamps-5430217) yang berharga 550 ribu Poundsterling (sekitar 10 milyar Rupiah), atau prangko red magenta British Guiana yang berharga 9,5 juta Dollar Amerika (sekitar 125 milyar Rupiah) hanya untuk selembar prangko.
Kini kalau perlu prangko Indonesia tak perlu bingung mencari, selain di kantor pos yang ada pojok filateli nya, di kantor pos biasa juga jual prangko yang bagus-bagus gambarnya. Bisa juga ke laman http://filateli.co.id/home/index.php?route=common/home . Disitu bisa pilih prangko dan pelengkapnya, kemudian bayar pakai kartu kredit atau bisa juga transfer. Ini beberapa produk yang saya pesan hari ini. Cantik-cantik bukan.
Nah, setelah 10 hari akhirnya pesanan tiba. Sangat memuaskan.
Seperti itu yang saya tangkap dari beberapa artikel yang saya baca di Langkawi. Pulaunya tak seindah Bali maupun Lombok. Kecil. Hanya perlu 8 jam berkeliling pulau melalui jalan raya terluar yang ada di pulau ini. Pemandangan sebelah utara pulau mirip sekali dengan daerah selatan pulau Jawa. Sepi. Hutan jati serta rumah-rumah warung sederhana sesekali tampak di pinggir jalan. Tadinya hanya pulau biasa, namun ide berubah menjadi tak biasa kala Datuk Mahathir Muhammad menjabat sebagai perdana menteri yang kebetulan orang Kedah-satu wilayah dengan pulau ini dan pernah bertugas ketika baru lulus sebagai dokter dari Malaya University, ingin mengembangkan pulau ini. Posisinya yg persis berhadapan dengan Thailand membuatnya perlu dipoles. Dan tampaknya usaha ini berhasil. Hotel mulai dari yang mewah sampai sederhana tersedia, Toko bebas cukai/duty free berserak. Namun seperti umumnya Malaysia, pengaturan wilayahnya sangat jelas dan rapi. Taraf kehidupan kelihatannya sedang dengan tanaman karet di sisi utaranya. Galeri Perdana dimana benda-benda hadiah tokoh negara lain dan dunia usaha kepada Datuk Mahathir dipajang di gedung ini. Tak sekedar bangunan biasa tapi mengarah ke modern di dalam dan model melayu di luar. Berikut cerita perjalanan di Langkawi
Senin, 19 Mei 2014. Saya berangkat dengan adik dari KLIA2 bersama adik dari terminal domestik. Browsing internet untuk rental mobil di Langkawi. Lalu kami komunikasi dan janjian ketemu di Langkawi Airport. Oh ya, di ruang umum dan internasional KLIA2 ada WIFI gratis, untuk domestiknya belum ada.Sempat tengok galeri Ipin dan Upin. Banyak yang dijual. Namun karena tak perlu, kami hanya lihat2 saja.
Perjalanan lancar ke Langkawi. Berangkat jam 8 tepat dan tiba jam 9 tepat. Makan malam di pesawat berupa menu anak yang berisi nugget dan kentang lembut serta minuman soda. Ketika sudah mendarat penumpang dilarang ambil foto, bandara Langkawi sudah kelihatan tua, di kedatangan banyak sekali rental mobil yang murah, Kami ketemu Fauzi, tukang rental yang kami kontak sejak di KLIA2. Cari rental sebenarnya mudah, kami cari saja di google. kami temukan blog lalu kami SMS pemilik rentalan.
sunset di KLIA2kids meal AK
Kami dapat rental hanya 50 Ringgit (175 ribu Rupiah) untuk Perodua Viva, mobil (kereta dalam Bahasa Malaysia) produk Malaysia. Cukup lumayan seperti naik Suzuki Karimun. Kami luncur ke Kuah-ibukota pulau Langkawi sekitar 16 km dari airport. Jalanan sudah sepi dan kebanyakan yang lewat mobil rental dari airport. 15 menit kami tiba di hotel Asia yang sudah saya bayar sebulan sebelumnya seharga 341 ribu Rupiah melalui tiket.com. Petugasnya cewek India yg sudah menyiapkan kunci. Kamar ini tak ada jendelanya. Namun bersih lengkap dengan 2 handuk, pemanas air lengkap dengan gula, kopi dan teh. Ada pula kacang oven gratis yang enak.
kacang dan kopi di kamar
Channel TV juga lengkap termasuk film klasik aktor legendaris P.Ramlee. AC bagus, shower juga kencang. Setimpal.
kasur hotel Asia Langkawisewa mobil di Langkawi 50 Ringgit (150rb Rupiah) per 24 jam
Esok paginya kami bangun jam 7 pagi. Rencana jalan2 ditunda karena hujan. Dan resepsionis bilang jam 9 pagi baru mulai ada kegiatan di Langkawi termasuk kalau mencari sarapan. Kami baca2 majalah di ruang tunggu lalu balik ke kamar untuk mencuci baju. Sampai akhirnya jam 12 kami check out dan mulai perjalanan keliling pulau. Cucian setengah kering kami jemur di dashboard belakang Wkkk, mirip Mr Bean. Kunjungan pertama kami adalah ke dataran elang. Dimana ada patung elang raksasa yang menjadi simbol pulau ini. Ini merupakan spot favorit turis. Tak ada orang yang jual jasa di sini. Yang ada cuma turis. Kebetulan dekat dengan pelabuhan, yang ramai menawarkan jasa malah sopir taksi resmi saja. Tak ada tukang ojek maupun taksi gelap.
dataran elang-ikon pulau Langkawi
Puas foto depan patung elang. Kami lanjut makan siang nasi ayam jamur hotplate seharga 5.5 Ringgit (gak sampai 20 ribu Rupiah) di foodcourt dermaga. Cukup enak dan mengenyangkan.Ada juga masakan Thai dan Arab. Bersamaan itu banyak turis membawa tas besar yang baru check out hotel datang ke sini. Puas makan minum, kami beli bekal di 7-11. Hebat juga yg jual, lihat muka kami dia ngomong Bahasa Malaysia, lihat orang Thai,Jepang dan lainnya dia ngomong Bahasa Inggris. Bisa mengidentifikasi melalui wajah.hahaha
ayam hotplate 5,5 Ringgit (17rb Rupiah) di foodcourt
suasana daerah Kuah Langkawi
Elang Langkawi
Tak itu saja, berikutnya waktu ke Galeria Perdana saat ramai antrian tiket masuk, kami hanya kena tarif 5 Ringgit-tarif turis lokal, setengah harga dari harga untuk turis yang 10 Ringgit. Begitu juga saat mau naik skycab hampir bayar setengah harga kalau tak ada tulisan “akan ada pemeriksaan My kad-KTP Malaysia” dan tak ada pertanyaan dari petugas loket”darimana?”.hahaha…. berhubung beda paspor ya harus bayar penuh dong, lagipula saya tidak bayar pajak di sana.
gambar tokoh pendirihadiah alm. Pak Harto ke PM MahathirPM Mahathir dan istrikubah kerenkubah keren 2kubah keren 3
Setelah dari Galeri Perdana kami lanjut ke Kilim. Cuma ada gua kelelawar dan pelabuhan nelayan. Kami skip saja lanjut ke air hangat.skip lagi, lanjut ke Tanjung Rhu. Tempat ini berpantai dengan pasir putih. Ada 2 resort di sini yg terpisah dari umum. Sepanjang kiri kanan jalan tampak cemara laut. Pantai berpasir putih. Laut dan langit biru. Cukup indah dan sepi. Tak seindah Lombok saya rasa, beda tipis dengan Phuket. Dari Tanjung Rhu lanjut ke pantai utara yg langsung menghadap Thailand. Disini ada markas tentara laut Malaysia dan kami mampir untuk makan rujak di bawah pohon rindang bersama mereka. Seporsi 3 Ringgit. Masih enak rujak petis surabaya.
Tanjung Rhu Langkawi
menghadap pulau milik Thailand
Dari pantai kami lanjut ke Langkawi Sky Bridge di gunung mat cincang untuk melihat pemandangan pulau Langkawi dari bukit. Cukup indah. Namun karena cuaca kami di puncak tak bisa lihat apa2 kecuali awan putih. Pemandangan terlihat ketika kami mulai melewati awan dan turun di stasiun. Oh ya. Di puncak bukit kami makan mi instan murah 3 Ringgit yang cukup enak dan pas dimakan di tempat yang dingin ini. Ada mushola juga buat sholat.
antri naik skycabpemandangan Langkawi dari skycabSkybridge Langkawi yang sedang berkabut
Puas 2 jam disini kami lanjut jalan ke Pantai Kok dimana banyak perahu pesiar/yatch yang bisa disewa. Di pertigaan ada serombongan kerbau yang merumput yang menjadi salah satu obyek wisata Langkawi. Kami skip saja tempat ini, lanjut lewat jalan pantai kok yang berliku dan naik turun, lanjut keliling pagar airport, Pantai Cenang dan akhirnya berhenti di Pantai Tengah.
biaya permainan air di pantai tengah Langkawipenampakan sunset di pantai tengah Langkawi
Di pantai yang pendek ini ramai orang main parasut dan berjemur. Datang dan pergi silih berganti. Saat mentari mulai tenggelam kami balik mencari arah ke bandara (sudah jam 7.30 malam baru maghrib). Tampak hotel Aseana dan Fave (grup Aston Indonesia) yang tampak mentereng. Kami tiba di airport tepat jam 8 malam dan mengembalikan mobil ke Fauzi pemilik rental mobil. Dari ngobrol singkat, dia berkongsi dengan temannya punya 40 mobil yang direntalkan. Rerata sebulan 20 hari mobil ini di rental orang. Hebat, usia muda sudah punya usaha yang sukses. Airport Langkawi bisa saya bilang keren. Ada duty free yang menjual aneka produk mewah. Karena penerbangan domestik, tak perlu cek dokumen. Langsung ke ruang tunggu yang berwarna cerah. Pesawat AirAsia datang terlambat 30 menit dari KL.
pemeriksaan pertama di bandara langkawisalah satu duty free langkawi airport
Kami tiba di KLIA2 jam 12 malam. Dekat pintu keluar tampak puluhan orang bergelimpangan di karpet untuk menunggu penerbangan pagi hari. Berhubung sudah pesan hotel Tune, kami berjalan menyusuri lorong menghubungkan KLIA2 dengan hotel Tune setelah bertanya ke bagian informasi. Kami hanya berempat dengan 2 pasangan lansia bule. Check in singkat dan kami langsung menuju kamar dengan pemandangan gedung terminal KLIA2. Saluran TV lengkap. Karena sudah mengantuk saya lelap, sedangkan adik masih nonton siaran langsung sepak bola Eropa. Nyaman sekali hotel ini. Jam 7 bangun dan siap berangkat ke Palembang.
Ini adalah hari terakhir kami dari serangkaian perjalanan ini. Acara utama adalah beres-beres dan packing bawaan bagasi, beli oleh-oleh, check out jam 11 pagi (stritch aturan Tune), titip bawaan ke Tune, dan jalan-jalan ke Bukit Bendera (Penang Hill) karena pesawat kami baru berangkat pukul 22.30. Acara packing bagasi/bawaan kami mulai jam 7 sambil menikmati AC prabayar yang sisa 3 jam dan streaming radio Indonesia menggunakan BB roaming unlimited. Setelah beres, jam 8.30 kami masih sempat jalan untuk cari sarapan. Langganan kami nasi kandar Al Hass ternyata masih tutup, kami menuju ke Jalan Transfer yang terkoneksi ke Jalan Penang. Di samping kantor polisi ketemu ibu-ibu Cina minta uang untuk makan. Waduh. Tak jauh dari situ terdapat Pasar Chowrasta. Di sana kami bisa menikmati nasi lemak yang sudah dibungkus daun, sebungkus harganya MYR 1.2 (IDR 3.600) yang dijual orang India. Lumayan rasanya, 3 bungkus cukup mengenyangkan buat dimakan berdua. Selesai makan kami pergi ke toko oleh-oleh di pertigaan Lebuh Chulia, persis di seberang grosir Mydin yang belum buka. Di sini kami beli 2 kaos untuk dipakai sendiri masing-masing seharga MYR 20 dan MYR 25, kualitas cukup baik-kualitas kaos jatah kalau ada acara kantor. Gantungan kunci model terbaru 6 biji dihargai MYR 9. Penjualnya Cina, tapi ramah dan lancar berbahasa Melayu. Dia juga punya toko oleh-oleh jeruk (manisan) aneka buah seperti nanas, mangga, apel dll yang dinamai Ali dijamin 100% halal. Tidak jelas apakah mereka muslim atau bukan. Tepat jam 10 kami balik lagi ke hotel Tune, dan check out. Kami menitipkan 1 backpack, 1 koper dan 1 tas tenteng bawaan kami, dengan membayar MYR 2 per barang setiap 24 jam. Kami juga diberi tag bernomor. Cukup murah dibandingkan harus repot angkut ke sana kemari. Setelah titip barang, kami jalan kaki 600 meter menuju KOMTAR menunggu bus Rapid Penang no 204 di terminal.
bukit bendera penang
papan informasi bis
Cukup lama menunggu, sekitar setengah jam kami baru ketemu bus. Dengan membayar MYR 2.4 kami diantar ke Bukit Bendera yang ditempuh selama sekitar 1 jam. Sopirnya perempuan Cina berjilbab, namanya …binti Sofyan Tan. Sepanjang jalan kami saksikan sekolah kebangsaan (negeri), masjid negeri Penang,
masjid negeri penang
rumah susun Kek Lok Si Temple-kuil terbesar di Asia Tenggara. Sesampai di Bukit Bendera kami harus antri panjang.
harga tiket bukit bendera
Harga tiketnya MYR 30 untuk turis dan MYR 8 untuk pemegang My Kad-KTP Malaysia, termasuk tiket naik kereta yang memanjat gunung pergi pulang. Pemandangan cukup indah, kiri kana n ada rumah liar juga ternyata. Sekitar 10 menit sampai di puncak, dan kami bersama-sama menuju Bukit Bendera dengan pemandangan kota Georgetown, laut, jembatan dan kota Butterworth di seberang laut. Ada teleskop yang bisa dipakai dengan membayar pakai koin 2 x MYR 0,5. Berhubung kehabisan uang receh, kami tak memakai fasilitas ini, toh kami sudah bawa kamera yang lebih awet dalam mengabadikan gambar. Di sini kami beli kacang berempah kari dan ramuan khas India.
kerupuk maruku khas tamil
Enak dan unik, belum pernah kami temukan di Indonesia. Sebungkus kecil dihargai MYR 2. Kemudian kami duduk di teras yang menghadap alun alun sambil menikmati kacang rempah ini.
suasana di atas bukit bendera
Berhubung angin semilir dan sejuk, perut meronta minta diisi.Ha3x. maka kami makan di food courtnya.
aneka makanan halal yang ramah di kantong
Saya pesan Asam laksa penang yang tersohor itu seharga MYR 6 yang isinya suwiran ikan tuna, kecombrang, mie ramen, dan bumbu lain yang awalnya terasa amis lama-lama lezat memikat, diselingi pedasnya irisan cabe rawit. Istri saya pesan nasi goreng Tomyam seharga MYR 5. Pedagangnya Melayu berjilbab. Lagi-lagi kami terpikat rasa yang enak-tidak asal asalan dan harganya yang murah untuk tempat wisata terkenal seperti ini. Tempat bersih, sayuran yang akan dimasakpun ditata rapi sehingga menggugah selera makan. Kami bawa air minum sendiri-air mineral 1,5 liter dari hotel pun tidak mereka permasalahkan. Hari makin sore, sekitar pukul 15.30 kami turun menggunakan kereta kembali. Di bawah kami menunggu bus Rapid no 204 dan sampai di KOMTAR sejam kemudian. Kami cari mushola/surau di mall, tapi tak kunjung ketemu. Akhirnya kami putuskan balik ke hotel saja, untuk sholat di sana. Ternyata surau nya dikunci dan minta ke resepsionis. Surau cukup luas dan bersih. Setelah sholat kami ambil barang yang kami titipkan. Kemudian saya mencoba alat pijat elektrik yang biayanya MYR 1 per 3 menit.
kursi pijat seringgit dapat 3 menit
Cukup murah dan terasa pijatannya. Alhamdulillah, pegal-pegal di kaki, punggung dan pinggang bisa terkurangi. Setelah puas, kami jalan lagi ke KOMTAR untuk mencari bus Rapid nomor 401E yang menuju Bandara Bayan Lepas Penang. Kami tak kebagian kursi, karena sudah penuh sejak dari jetty pengkalan weld. Oh ya, di terminal KOMTAR juga ada TV papan display yang menunjukkan bus Rapid no sekian dalam waktu sekian menit akan tiba. Sangat informative dan modern. Untuk menuju bandara memakan waktu sekitar 1 jam. Melewati University Sains Malaya (USM), jembatan di atas laut dan Queensbay Mall. Di bus ini banyak bertemu TKI dan TKW yang entah mau pergi kemana. Lebih dari separuh berwajah Melayu Indonesia. Di sebelah kami ada ibu-ibu konselor TKI/TKW dari Disnaker RI yang tak henti ngobrol ke para TKI/TKW. Entah karena sudah pengalaman, dia tidak pernah salah dan selalu dapat mengidentifikasi TKI/TKW berikut daerah asalnya. Mengenai TKI/TKW kondisinya macam-macam, ada yang masih takut-takut dan minder, ada juga yang santai dan dengan cuek nya muter lagu pop Indonesia pakai speaker handphone. Umumnya mereka masih muda-muda/belia. Semoga mereka baik-baik saja di sana, walau bagaimanapun dengan segala keterbatasannya, mereka adalah pahlawan, minimal untuk keluarganya, yang berjuang dengan harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Di terminal Rapid Penang tadi juga ada kounter pengiriman uang lewat BNI dan BRI.
remitansi ke BNI dan BRI
Tepat 1 jam kami tiba di bandara. Ternyata hanya kami berdua, dan 3 orang (satu keluarga) WNI keturunan India yang turun. Selebihnya lanjut entah kemana. Hari sudah menjelang pukul 6 petang. Masih ada waktu 4 jam lagi untuk mengeksplorasi bandara ini. Namun karena di sini ada counter khusus drop baggage Air Asia, kami langsung menuju tempat ini, mumpung masih lengang. Bagasi saya timbang di counter yang tidak ada petugasnya. Koper yang sudah kami wrapping dengan plastic beratnya 20 kg, tas beratnya 8 kilo. Wah over 3 kilo dari yang sudah saya beli online (25 kg). terpaksa kami bongkar lagi tas dan kami pindahkan ke backpack. Lumayan setelah ditimbang lagi beratnya turun menjadi 4,5 kg. Tak jadi bayar kelebihan bagasi. Hahaha. Setelah itu drop bagasi dan ternyata bisa langsung check in juga, kami balik ke toko oleh-oleh, beli 5 kotak coklat khas Malaysia-Beryl seharga MYR 12/kotak, yang per kotaknya isi 3 pack aneka rasa (almond, hazelnut dan praline). Setelah itu kami makan sore di kopitiam halal, beli nasi dan bihun goring seharga total MYR 15. Ngobrol sampai puas. Sekitar pukul 19.30 kami masuk ke ruang keberangkatan di imigrasi Malaysia. Proses singkat dan lancar, kemudian kami ke ruang tunggu.
suasana penang airport
Tak seperti rute Ho Chi Minh-Jakarta yang diisi backpacker bule dan anak-anak muda yang suka jalan-jalan, rute Penang-Jakarta ini banyak diisi orang mampu/kaya yang berobat di Penang hospital yang terkenal ramah terhadap pasien. Bahkan kabarnya pasien boleh menginap di hotel/apartemen. Jika biasanya announcement AirAsia tidak banyak basa basi, kali ini ketika akan naik pesawat petugas menyambut istri saya“ Encik mau ke Jakarta?, hati-hati di perjalanan” dan Di perjalanan pulang ini kami sudah pesan online nasi lemak pak Nasser dan Lasagna Combo yang enak, meski tampilannya agak berantakan.
nasi lemak
inilah lasagna airasia
Setelah makan kami tidur sampai akhirnya ketika akan mendarat di Jakarta ada sambutan dari pramugara “ For foreigner, welcome to Jakarta Indonesia. And for Indonesian, welcome home”. So sweet. Duh serasa puluhan tahun di luar negeri.