Tag
apa yang dikatakan Napoleon Bonaparte tentang Istanbul, apa yang menarik di Turki, backpacker ke turki, biaya ke Turki, harga koper, jalan jalan ke turki, jalan jalan ke turki musim dingin, jalan jalan keliling turki, jatah bagasi Qatar Airways, Malindo Air, mempersiapkan liburan, mengurus visa Turki, persiapan ke turki, persiapan perjalanan ke turki, Qatar Airways, quote tentang Turki, tiket murah ke Turki, tiket promo Qatar Airways, Tips Jalan Jalan ke Turki, tips mengurus visa, Turkish Airlines
Jauh hari kami membeli tiket untuk liburan kali ini, yaitu sejak Januari 2016. Saat tergoda tiket Qatar Airways yang didiskon sampai 40% untuk keberangkatan Maret 2016 dan 11 bulan berikutnya. Promo yang menggoda itu membuat kami berpikir, ambil gak ya, ambil gak ya,…..kapan ya ? akhirnya di hari ketiga promo, baru membeli tiket keberangkatan di akhir Oktober dan pulang awal November 2016, dimana tidak terlalu sibuk. Lambat beli, diskonnya juga tak sebesar yang diawal, saya hitung diskonnya tinggal 30% dari harga normal. Ya sudah, tidak apa-apa, apalagi kunjungan Turki sudah kami idam-idamkan sejak 2013, saat umroh, dimana muthowif (pembimbing umroh yang semuanya mahasiswa Indonesia di Arab Saudi) pernah cerita tentang Turki. Kemudian ada teman S1 yang sudah jadi permanen resident di Australia cerita yang indah-indah setelah pulang liburan dari Turki bersama keluarganya. Ketika saya tanya “Bagusan mana dengan Australia?”, dia jawab “Bagusan Turki lah, di sana bukan cuma ada bangunan umur 100,200 tahun, tapi peninggalan berumur sembilan ribu tahun juga ada, dan terasa percampuran dari seluruh peradaban dunia”. Ya, Napoleon Bonaparte juga berujar ” kalau dunia itu satu negara, maka Istanbul akan menjadi ibukotanya.
(Napoleon Bonaparte once said: “If the world were a single state Istanbul would be it’s capital.”).
Setelah tiket Qatar terbeli, saya cari tiket penerbangan dari Bandung langsung Kuala Lumpur (Tiket Qatar Airways dari Jakarta sejauh ini meski promo,sepertinya paling murah 10% dari harga normal) yang menyediakan bagasi, akhirnya kami beli Malindo Air yang menyediakan gratis bagasi 20 kg (yang beberapa bulan kemudian ada upgrade jatah bagasi internasional menjadi 30 kg), dengan keberangkatan dari Bandung 35 jam sebelum Qatar berangkat dari Kuala Lumpur, untuk jaga-jaga kalau ada delay. Usai dapat tiket Malindo, cari tiket hotel di KL dan kota-kota di Turki yang akan kami kunjungi. Selain hotel di KL, semua reservasi hotel kami lakukan di booking.com yang memberi tenggat waktu H-sekian hari masih gratis kalau dibatalkan. Tiket-tiket lain seperti Anadolu Jet, Turkish Airlines dan Pegasus menyusul, menunggu promo. Dan Alhamdulillah, kami dapat best fare, yang saya tengok beberapa kali kesempatan, itu harga terendahnya.
Tiket pesawat dan hotel sudah dapat, selanjutnya download aplikasi maskapai (bisa buat pilih kursi, makanan, check in online) dan booking.com (bisa kontak penginapan buat nanya2, buat perubahan rencana termasuk cancel dan reservasi ulang) serta Tripit yang membantu mengatur jadwal perjalanan. Oh ya, tidak lupa kami lengkapi dengan buku karangan teh Lina Er dan buku karangan mas Awan Yulianto tentang Turki yang mudah didapatkan di toko buku Gramedia. Kalau buku terbitan Lonely Planet dll yang harganya ratusan ribu, bisa diintip di Google Book, meski cuma halaman awal saja yang gratis lihat tapi sudah lumayan kok isinya. Googling blog tentang Turki (https://backpackology.me/2015/02/10/itinerary-dan-budget-turki-7-hari-istanbul-dan-cappadocia/, http://www.jambukebalik.com/2014/06/merhaba-turkiye-introduction-part-1.html, http://www.tesyaskinderen.com/2016/08/itinerary-liburan-ke-turki-istanbul.html,https://gurukelana.com/2016/09/14/all-posts-about-turkey-2016/ dll) juga menambah wawasan kami. Gambar-gambar di http://www.hometurkey.com juga sangat menggoda
Warga negara Indonesia masih perlu membayar visa ke Turki, tapi mudah kok, bisa langsung begitu mendarat di Turki, bisa juga via online di https://www.evisa.gov.tr/en/. Bayarnya 25 USD (325 ribu Rupiah), pakai kartu kredit. Buatnya maksimal 3 bulan sebelum keberangkatan. Kami yang berangkat Oktober, di bulan Agustus sudah bisa membuat visa.
Setelah beres dengan akomodasi, informasi dan visa, selanjutnya beli perbekalan. Karena kami pernah jalan-jalan di musim dingin, kami tinggal pakai ulang jaket, long john, kaos kaki yang pernah kami pakai. Yang spesial kali ini bawa magic jar mini, beras dan lauk. Biasanya kami cari kuliner halal yang hampir semuanya pakai nasi, tapi sekarang meski makanan halal, orang Turki kan makannya roti, sepertinya kami tetap butuh makan nasi. Hahaha……Oh ya, kami juga terpaksa beli koper baru. Ada tips yang baru saya dapat dari pengalaman, awalnya saya cari koper di hipermarket yang ada di mall, dan toko alat rumah tangga. Koper biasa 20 inch harganya rata-rata di atas 600 ribu Rupiah,padahal kelihatan biasa bahkan cenderung ringkih, karena sudah mepet, sudah saya geret ke kasir, tetapi untung sebelum sampai kasir, halaman Marketplace yang jual koper terbuka, tahu ga berapa harga untuk barang yang sama di Marketplace? 290 ribu. Antara percaya atau tidak, saya catat no hp kontak toko yang muncul di situ, lalu saya hubungi. Karena sudah mepet saya minta dikirim langsung, si toko menawarkan ongkir 50 ribu untuk pengiriman satu kota (usut punya usut tokonya ada di Leuwipanjang 10 km dari tempat tinggal saya), ga tega nawar karena sudah dapat harga murah, akhirnya total 340 ribu saya tukar dengan koper yang dibawa kurir. Puas, karena desainnya modern dan sesuai gambar.
Mengenai total biaya, Insya Allah tak semahal ikut paket tur umroh. Paket umroh satu orang bisa buat dua orang jalan-jalan mandiri ke Turki (atau umroh backpacker). Hmm cukup menggiurkan juga bisnis umroh kalau semuanya running well.
Dan Alhamdulillah semuanya berjalan lancar melebihi ekspektasi.