• Beranda
  • Tips Jalan-jalan Ke Hongkong, Macau, Dan Shenzen
  • Tips Liburan Ke Turki
  • Tips Memilih Dan Menginap Di Hostel
  • Tips Jalan-jalan Ke Australia
  • Tips Liburan Ke Jepang
  • Aktifkan Berlangganan Roaming Sejak di Indonesia
  • Pekan Raya Jakarta Kemayoran Update 2020
  • Menginap di Bandara Changi Singapura
  • Promo Tiket Pesawat dan Hotel
  • Menginap di Bandara Soekarno Hatta
  • About

~ Perjalanan untuk mendapatkan pencerahan

Tag Archives: pengalaman pertama

Yogyakarta Ke Bandung Lewat Tol

27 Jumat Sep 2019

Posted by asambackpacker01 in Bandung, Tips, Wisata, Yogyakarta

≈ 11 Komentar

Tag

Bandung Yogyakarta naik apa?, jalan jalan ke Yogyakarta, jalur mudik lewat tol 2019, Jogja Bandung, Jogja Bandung lewat jalan tol, pengalaman pertama, Tol Trans Jawa, Yogyakarta ke Bandung


Setelah pemanasan menggunakan jalan tol Madiun-Kartasura sejauh 100 km, kemarin kami coba lagi rute yang lebih menantang, yaitu jalan tol Kartasura-Bandung(Buah Batu) sejauh 500 km. Dan Yogyakarta-Kartasura sejauh 77 km ringroad. Total 577 km. Rute ini lebih jauh 177 km daripada jalur selatan yang biasa kami lalui (400 km).

yogyakarta bandung via tol
perkiraan googlemap jika perjalanan jam 4 pagi

Perjalanan kami mulai jam 9 pagi dari rumah di kota Yogyakarta ke arah pintu tol Kartasura sejauh 77 km ringroad Yogya-Solo melalui kota Klaten. Jalanan ramai, antara mobil, motor dan penyeberang jalan, banyak lampu merah di perempatan, mungkin ada 10x berhenti di lampu merah ring road Yogya-Solo melalui kota Klaten. Jam 10.30 kami sudah memasuki pintu tol Kartasura (Colomadu).

Kartasura ke Semarang melewati exit tol Boyolali, Salatiga, Ungaran, Bandungan (daerah penghasil sayuran dekat Semarang). Pemandangan menarik, banyak sawah, hutan, perkebunan, pabrik. Sempat kebablasan masuk kota Semarang, seharusnya belok kiri ke arah tol. Di Semarang sempat isi pertalite, dan beli snack di Indomaret SPBU Krapyak. Lalu balik kanan memutar ke arah pintu masuk tol.

Pemandangan jalan tol dari Semarang ke arah barat ini berganti dari pemukiman padat yang kena gusur jalan tol, hutan karet, sawah. Berbeda dengan Kartasura Semarang yang berbukit dan relatif sejuk, rute ke barat ini datar, sejajar pantai utara, udaranya juga panas lembab bikin saya terkantuk-kantuk, dan sayangnya tidak ada rest area, sehingga kami memutuskan keluar di exit tol Pemalang.

Pemalang adalah kota kecil yang tenang, tata kotanya mirip dengan kota lain di Jawa. Namun bahasanya agak beda, sempat bingung bicara dengan kasir Indomaret berlogat sana. Karena sudah pukul 12.30 sekalian jamak sholat Zuhur dan Ashar di masjid sebelah Indomaret/depan Polsek Taman. Lalu balik lagi masuk tol.

Dari Pemalang jalan terus sampai rest area Subang, melalui Tegal, Brebes, Kuningan, Cirebon, Palimanan, Kanci, Kertajati (Bandara Internasional Jawa Barat-BIJB). Pemandangannya sawah padi dan bawang merah. Kalau keluar dari exit tol Brebes bisa sambung ke arah Wangon lanjut ke Ciamis, Tasik, Garut, seperti yang biasa kami lalui, namun karena ingin pengalaman baru, kami tetap di jalan tol ini.

Setelah istirahat dan makan Pop Mie panas di rest area Subang, pukul 16.30 kami lanjut ke arah Bandung di exit Cikampek. Hujan sangat lebat di sepanjang jalan tol daerah Purwakarta, mulai reda saat memasuki kabupaten Bandung Barat. Saat memasuki KM 124 (tol Pasteur) banyak masuk mobil orang pulang kerja. Pukul 18.00 kami masuk KM 136 (pintu tol Buah Batu). Kemacetan seperti biasa terjadi di dalam kota Bandung, sehingga pukul 18.30 baru sampai rumah, dan masih sempat sholat Maghrib.

Tunai sudah keinginan bepergian melalui tol trans Jawa. Meski baru Madiun-Kartasura-Semarang-Bandung, cukup lumayan karena itu sudah mencapai 600 km dari 760 km jalan tol Trans Jawa. Yang belum Merak-Jakarta dan Madiun-Malang.

Yogyakarta-Bandung melalui jalan tol ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain :

  • lebih singkat, jika lewat jalan biasa perlu waktu hampir 12 jam (termasuk istirahat) maka lewat jalan tol ini bisa ditempuh dalam 9 jam. hemat waktu 25%
  • nyaman, jalan mulus dan relatif lurus sehingga bisa memacu kendaraan di kisaran minimal 60 km/jam-120 km/jam, bahkan banyak pengguna jalan tol lain yang memacu lebih dari itu.
  • pemandangan seperti di luar negeri yang lebih maju, dimana sawah dan hutan menghampar. Jalanan sepi/lengang, seperti jalan milik sendiri, terutama di daerah Jawa Tengah. Begitu masuk Jawa Barat banyak bertemu dengan kendaraan lain, terutama yang ke/dari arah Bandung.

Namun ada kompensasi yang harus dibayar (kekurangannya) :

  • lebih jauh, jika lewat jalur selatan 400 km, lewat tol ini menjadi 577 km. lebih jauh 45%
  • lebih mahal, jika biasa perlu isi pertalite Rp 200 ribu, ini menjadi 300 ribu, plus bayar tol Rp 290.500 (Kartasura-Semarang Rp 38.000, Semarang-Palimanan Rp 104.000, Palimanan-Bandung 148.500). total Rp 590.500, lebih mahal Rp 390.500, hampir 3x lipat (lebih mahal 200%).
Rekomendasi kopi yang paling nikmat untuk perjalanan yaitu kopi arabica gayo. link ada di gambar atau di sini.

Adanya jalan tol ini memberikan kenyamanan yang dapat dinikmati sebagian kecil masyarakat Indonesia, dikompensasi dengan biaya yang cukup tinggi. Saya rasa masih worth it (sepadan) karena kalau naik kereta api cuma dapat 2 tiket bisnis KA Mutiara Selatan Yogyakarta Bandung untuk 2 orang dengan waktu tempuh yang hampir sama. Lebih menguntungkan lagi kalau bawa lebih banyak penumpang dan barang sesuai kapasitas kendaraan.

Bagikan ini:

  • Facebook
  • LinkedIn
  • Lagi
  • Cetak
  • Reddit
  • Twitter
  • Tumblr
  • Pinterest
  • Pocket
  • Telegram
  • WhatsApp
  • Skype
  • Surat elektronik

Menyukai ini:

Suka Memuat...

Australia (1) : Welcome To Melbourne

29 Minggu Jan 2017

Posted by asambackpacker01 in Jetstar, Melbourne, Tips, Wisata

≈ 16 Komentar

Tag

Acland, brighton beach, cara ke brighton beach melbourne, central mall, coles supermarket, Denpasar-Melbourne, europa hostel, flinders station, itinerary melbourne, jalan jalan ke australia, jalan jalan ke melbourne, kfc australia, luna park, luna park ticket, Melbourne, menginap di hostel, menukar uang di Travelex, myki explorer, naik tram di melbourne, Optus, pengalaman pertama, pusat kota melbourne, solo backpacker australia, solo traveling ke australia, st kilda, telkomsel roaming, transportasi di melbourne, traveling ke australia pertama kali, tullamarine airport


Minggu, 22 Januari 2017

Jam 5.30 pagi waktu Melbourne musim panas (3 jam lebih cepat dari Denpasar) saya sudah bangun, dan menuju toilet pesawat. Sementara beberapa penumpang bangun dan minta air minum gratis. Sholat subuh sambil duduk, dan jam 7.30 pesawat sudah mulai bersiap mendarat. Terlihat pemandangan daratan Australia yang hijau kecoklatan. Sekitar Melbourne adalah hutan, padang gembala dan pabrik. Jam 7.45 pagi pesawat mendarat dengan selamat. Di Jetstar tadi sudah dibagikan kertas imigrasi termasuk check list barang bawaan.

1-t3-tullamarine
kabin Jetstar
kabin Jetstar
Jetstar Denpasar-Melbourne
Jetstar Denpasar-Melbourne
1-avod

Imigrasi lancar. Saya dikasih tahu petugasnya untuk obat pasaran seperti obat maag, tolak angin, panadol, tak perlu di declare. Keluar bandara suasananya mirip di Indonesia, ramai penjemput dan jasa taksi. Meski musim panas, suhu udara pagi itu 14 derajat Celsius, dingin, dan kering, sehingga bibir saya retak-retak, seminggu jalan tak sembuh. Galau mau ambil uang tunai di ATM atau tukar USD ke AUD buat transportasi ke kota. Akhirnya menukar 100 USD ke Travelex, cuma dapat 106 AUD (harusnya 132 AUD). Cerita saya tulis di… Lalu ke information center yang petugasnya mbak-mbak Chinese yang ramah sekali, untuk membeli kartu Myki Explorer Cars seharga 15 AUD, berisi 9 AUD buat jalan dan 6 AUD buat beli kartu. Di sini saya juga ambil tas kertas yang bertuliskan “welcome Student” yang berisi bermacam panduan dan kartu perdana Vodafone expired. Gratis. Dari sini lalu mencari tempat bus 901 mangkal. Muter-muter tidak jelas, tanya 3X baru dapat petunjuk yang jelas.

1-uang-australia
Myki Card
Myki Card

Bus 901 dan bus lainnya yang dikelola PTV (DAMRI nya negara bagian Victoria) ada di terminal bus sejauh 400 meter sebelah kanan terminal Jetstar tempat saya turun. Setelah 9x berhenti tiba di halte stasiun Breadmeadow. Dari stasiun ini, saya naik kereta api ke stasiun Flagstaff. Stasiun bawah tanah mirip dengan MRT kalau di Singapura. Jalan ke hostel Europa sejauh 200 meter. Petunjuk saya dapat dari Google map yang saya aktif, setelah berlangganan internet Telkomsel roaming 3 hari seharga 275 ribu Rupiah, dapat kuota 750 MB yang saya aktif kan saat tiba di bandara tadi.1-kereta-di-melbourne

Europa hostel ada di Queen Street. Ini adalah pertama kali saya menginap di hostel. Kaget juga lihat banyaknya cewek cuma pakai hotpants dan bertato. Karena baru jam 11 sementara waktu check ini jam 2 siang, saya titip tas. Dan titip tas tidak gratis, ada kotak loker yang berbayar koin 2 AUD untuk 8 jam pertama, selanjutnya 1 AUD per jam. Karena belum ada koin, saya tukar kertas 5 AUD dengan 5 koin 1 AUD.1-europa-hostel

Usai titip tas, saya jalan dengan tas selempang. Menyusuri La Trobe Street lalu belok ke Elizabeth Street, naik tram gratis, melewati Bourke Street Mall yang nge-hits di Melbourne. Tanpa menyadari bahwa beberapa menit lalu ada orang Australia keturunan Yunani stress (teroris) menabrak pejalan kaki di trotoar sekitar mall ini dengan mobil bututnya, menewaskan 3 orang.

Masih kagok, karena pertama ke Melbourne, saya turun di halte tram Flinders. Lalu menyeberang ke stasiun Flinders. Rencana saya mau ke pantai Brighton yang ada Bathing Box nya itu. Maka saya harus naik kereta ke arah Sandringham, turun di stasiun Brighton Beach. Petunjuk di layar TV sangat jelas, tinggal tap kartu Myki. Masuk ke platform yang tertulis di TV. Perjalanan ke Brighton Beach cukup lama, sekitar 30 menit. Banyak penumpang yang turun, rata-rata anak muda. Pemandangan pantai yang jernih terlihat karang di dasarnya, banyak orang naik kapal pesiar dan kano, dari kejauhan tampak kapal-kapal besar. Semilir angin dingin dan teriknya matahari cukup membuat kulit gosong dan bibir retak-retak. Kombinasi dari suhu 18 derajat Celsius, kering/rendah kelembaban, dan matahari yang terik tak terhalang awan. Suasananya benar-benar indah, asyik, sejuk hangat. Agak kaget pas lihat di pantai, banyak cewek geletakan cuma berbikini dan yang cowok bertato dan telanjang dada. Sepanjang pantai. Di pinggir pantai juga ada taman yang rindang, disini saya melihat 2 keluarga muslim yang ditandai ibu berjilbab, sedang rekreasi menikmati semilir dan sejuknya angin pantai di bawah pohon, dengan meja penuh makanan dan softdrink. Jadi ngiler juga pas lapar begini. Glek. Banyak juga pesepeda yang lewat di trotoar. Ya, trotoar memang buat pejalan kaki dan pesepeda. Pantai yang ada Bathing Box nya sendiri masih harus jalan sekitar 800 meter ke Utara. Bathing Box sendiri cuma kotak kayu tempat berganti pakaian dan menyajikan snack. Meski kotak sederhana, tak murah memilikinya. Ada izin dan harganya bisa sampai 4 Milyar Rupiah untuk memilikinya.

Brighton Beach
Brighton Beach
1-brighton-beach

Saya cuma satu jam di pantai. Melanjutkan perjalanan ke St Kilda dengan bus, yang haltenya dekat stasiun Brighton. Jalan kaki 500 meter dari pantai Brighton ke situ. Pemandangan dari Brighton ke St Kilda adalah perumahan klasik yang sedap dipandang, dengan pepohonan rindang. Mungkin kalau di Indonesia dibilang angker/berhantu. Wkkk. Masuk kawasan St Kilda suasananya begitu meriah, apalagi ini hari Minggu. Pedestarian yang diisi satu live music lagu-lagu elegan, sangat enak di dengar. Tidak ada tumpang tindih musik di sini. Orang orang juga asyik menikmati lagu sambil makan minum di kafe kawasan jalan Acland ini. Di sini saya beli 3 kartu pos cantik bergambar Melbourne seharga @ 1 AUD buat dikirim ke saudara dan keponakan. Saya menuju Luna Park, dimana depannya ada taman dimana banyak orang berjemur dan bercengkerama. Luna Park (video Luna Park)adalah taman bermain, semua orang bebas masuk, cuma bayar kalau naik wahana bermainnya. Mulai AUD 49.95/orang bisa main sepuasnya, atau AUD 149.95/family 4 orang. Ini adalah salah satu wahana permainan tertua di dunia yang sudah ada sejak tahun 1912. Rollercoaster nya juga masih terbuat dari kayu. Keceriaan terasa di sini. Warga setempat bercampur dengan turis. Setelah sejam menikmati St Kilda dan Luna park nya, saya lanjutkan balik ke Downtown Melbourne dengan tram selama setengah jam. Tram modern sangat mirip dengan tram di Istanbul. Menuju kota melalui Crown Casino dan berganti free tram di simpang Flinders Street.

1-st-kilda-street
Luna Park Melbourne
Luna Park Melbourne
dalam Luna Park Melbourne
dalam Luna Park Melbourne

Saya turun di perhentian dekat Queen Street dan check in di Europa hostel. Bayar pakai kartu kredit plus deposit 20 AUD yang akan diberikan kembali saat check out. Saya dapat kamar 301 yang ada di basement. Ada 8 ranjang bertingkat buat 16 orang. Penat sekali, tapi masih ada space buat gelar sajadah dan box loker buat simpan tas. Kebanyakan remaja putri Jerman usia 20 tahunan. Ada juga bapak usia 50 tahunan dari Jerman, ada cewek turis Jepang. Muda-muda. Lihat mereka berpakaian, ampun deh, cuma pakai tank top, hotpants. Untuk mencegah hal yang tak diinginkan arah tidur saya menghadap tembok dan loker. Kebetulan dapat ranjang dekat pintu masuk yang masih kosong. Pas tiba di kamar ada juga cewek Jerman yang baru mandi dengan hanya pakai handuk ke kamar. Tapi masih punya malu anak ini, mojok sembunyi, saya pun ke luar ruangan. Yah inilah resiko tinggal di hostel berbagi ruangan dengan orang lain. Apalagi campur cowok cewek. Penghuni hostel di Melbourne banyak yang pelajar, sehingga masih relatif punya malu. Agak berbeda di Sydney dimana penghuni nya kebanyakan bule pencari kerja, istilahnya working holiday visitor/visa (WHV).

Setelah tahu kamar, saya lanjut lagi jalan-jalan untuk mengeksplorasi kereta api Melbourne, dengan naik tram ke stasiun Flinders. Naik kereta ke Frankston, balik lagi ganti kereta ke Belgrave dimana bisa sambung kereta kuno Puffing Billy- 38 AUD. Balik lagi mau lihat Clayton dan Dandenong dimana Monash University berada. Ternyata kereta hanya sampai Caulfield karena ada perbaikan. Untung ada juga kampus Monash di sini. Foto sebentar, balik lagi ke Flinders station melewati Richmond station dimana penonton Australia Open  2017 dari pinggiran kota Melbourne turun di sini, sambung jalan kaki melalui jembatan. Mengenai suasana pinggir kota Melbourne sendiri cukup cantik, rumah bagus dengan pekarangan. Cuma sayang, banyak coretan grafiti di dinding pinggir jalur kereta api. Mungkin ini salah satu yang menyebabkan Melbourne mendapat predikat sebagai kota seni. Ongkos keliling kota ini tercover dengan maximum/cap fare 7.8 AUD/day. Jadi setelah terpotong 7.8 AUD/hari maka selanjutnya gratis keliling zona 1 dan zona 2.

Sebelum jalan keliling kota dari hostel tadi, di Swanston Street dekat stasiun Flinders saya mampir ke KFC, beli paket Zinger Box 10.75 AUD yang isinya 3 potong ayam kecil, kentang, burger ayam juicy porsi besar, kentang tumbuk dan minuman kaleng mountain dew. Ga tau halal apa ga, karena ini cuma ayam dan kentang, bismillahirrahmanirrahim. Walau terkesan mahal tapi bisa buat makan 2x. Saya cuma makan ayam dan kentang tumbuk serta minum. Kentang dan burger saya jejalkan ke Tupperware buat makan malam. Fungsional.

1-kfc-1075-aud

salah satu produk KFC Australia

Jam 8 sore (di sini Maghrib hampir jam 9 malam) saya balik ke hostel dan tidur, tapi mampir dulu ke Central Mall untuk beli bekal di supermarket Coles. Hostel masih sepi, sholat Maghrib jamak Isya. Kira-kira jam 11 malam, rombongan cewek Jerman datang heboh. Berisik banget, sampai saya bangun dan pura-pura tetap tidur. Baru setelah mereka tidur, saya bisa tidur. Resiko tinggal di hostel. :mrgreen:

belanjaan di Coles
belanjaan di Coles
jam di mal Central
jam di mal Central
atap mal Central
atap mal Central
stasiun Flinders
stasiun Flinders

Tempat menarik yang saya kunjungi hari ini : Tullamarine airport, Brighton Beach dengan Bathing Box nya, St Kilda dengan Luna park nya, keliling kota dan daerah sekitar Melbourne.

Biaya hari pertama :

– Jetstar 549 k Rupiah

– Roaming data 3 hari Telkomsel 275 k Rupiah

– Myki Explorer 15 AUD~150 k Rupiah

– Hostel 2 malam +deposit 79 AUD~800 k Rupiah

– loker 2 AUD ~21 k Rupiah

– KFC Zinger box 10.75 AUD ~108 k Rupiah

-Coles supermarket 11.65 AUD~120 k Rupiah

——————-+

Rp 2,023 jt

Bagikan ini:

  • Facebook
  • LinkedIn
  • Lagi
  • Cetak
  • Reddit
  • Twitter
  • Tumblr
  • Pinterest
  • Pocket
  • Telegram
  • WhatsApp
  • Skype
  • Surat elektronik

Menyukai ini:

Suka Memuat...

Umroh : Incredible Traveling

16 Sabtu Mar 2013

Posted by asambackpacker01 in Emas, Hotel, Islam, Kuliner, Tips, Umrah, Umroh, Wisata

≈ 5 Komentar

Tag

corniche shopping center, imigrasi king abdul aziz, jeddah, madinah, makanan di saudi airlines, masjid quba, mastour, mekkah, mobily, pengalaman naik saudia airlines, pengalaman pertama, pengalaman umroh, saudi airlines, telepon haji murah, telkomsel roaming, terminal s king abdul aziz, Umrah, Umroh, zain


HAJ UMRAHIni adalah perjalanan jasmani sekaligus rohani. Seakan semua traveling yang pernah kulakukan tidak ada artinya. Sempat underestimate dengan besarnya gairah umat Islam untuk berumrah, setelah melaksanakan sendiri, maha suci Allah, tiada kenikmatan melebihi ini.

Sabtu, 2 Maret 2013

Setelah tertunda beberapa kali, 2x diantaranya sudah terlanjur ambil cuti. Alhamdulillah akhirnya tanggal 2 Maret 2013 kami berangkat umroh ke tanah suci. Perjalanan dimulai dari Trenggalek menggunakan Bus Harapan Jaya pada pukul 06.30 WIB. Sampai di Bandara Juanda Surabaya pada pukul 11.30 WIB. Selanjutnya kami terbang ke Bandara Soekarno Hatta Jakarta pada pukul 13.30 WIB dan tiba di sana pada pukul 15.00 WIB. Setiba di sana kami diminta mengambil bagasi dahulu, lalu berkumpul di terminal 2D, makan siang/sore di restoran padang lalu dari sana kami bersiap untuk berangkat ke Jeddah, ada perubahan dari rencana semula di Madinah. Pesawat yang kami gunakan adalah Saudi Arabia Airlines SV. Proses imigrasi relatif cepat karena kami jamaah umroh dan digabung dengan penumpang pesawat komersial lainnya.

Perjalanan ke Jeddah memakan waktu 9 jam 30 menit dengan. Berangkat jam 9 malam tiba di sana jam 2.30 pagi waktu Jeddah (lebih lambat 4 jam dari Jakarta). Selama perjalanan ini kami mendapat jatah makan 2x yaitu satu jam setelah terbang dan 2 jam sebelum mendarat, dan minuman jus saat baru duduk di kursi serta teh atau kopi saat menjelang makan kedua. Masing-masing kursi disediakan TV 5 saluranyang diputar secara terpusat, dengan control di sandaran tangan. Mengenai makanannya cukup banyak dan mengenyangkan. Makanan pertama ada pilihan ayam atau ikan, sedangkan makanan kedua nasi goreng daging atau spaghetti ayam. Mengenai rasa sama seperti makanan di pesawat Garuda (mungkin dipesan dari Garuda). Plus air mineral, salad, pudding, roti dan salad lengkap dengan olesannya.

Sesampai di Bandara King Abdul Aziz Jeddah kami turun pesawat menggunakan tangga menuju bus, dari bus kemudian naik tangga lagi ke terminal haji. Di sini kami ketemu dengan artis Riko Ceper yang akan umroh juga. Proses di bagian ini cukup lama karena petugas belum siap. Bersamaan dengan itu sales operator telpon Mobily (orang Bangladesh/India/Pakistan) begitu agresif tapi sopan menawarkan kartu perdana ini. Kartu perdana seharga 50 Riyal berisi pulsa 40 Riyal. Dan bisa untuk Blackberry (saya tidak aktifkan fitur ini takut mengganggu konsentrasi ibadah-kan Cuma 7 hari di sini). Operator ini sangat murah. Hanya sekitar 1 Riyal untuk telpon 2,5 menit ke Indonesia atau seribu rupiah per menit. Bandingkan dengan roaming Telkomsel yang 5 ribu/menit atau Zain dengan tariff yang sama.

Sekitar jam 5 pagi (menunggu 2 jam di bandara) akhirnya imigrasi dibuka. Banyak jamaah umroh yang sudah pakai baju ihrom, karena mengambil miqot Yamlamlam. Karena kami ke Madinah dulu, pakai ihromnya nanti saja setelah dari Madinah. Proses imigrasi lancar, meski ada juga yang harus balik ke belakang karena biro nya tidak melampirkan kertas imigrasi kedatangan dan kepulangan di paspor jamaahnya. Tas bagasi langsung masuk ke bus karena sudah di atur oleh biro travel. Dan kami lanjutkan ke penginapan Rose Garden Suite yang ditempuh 1 jam dari Bandara Jeddah. Penginapan ini besar sekali, ada 3 tempat tidur yang kami tinggali sekeluarga (ayah, ibu dan saya). Kamar mandi di dalam . Sholat Subuh di kamar ini pula. Setelah mandi pagi kami ngobrol ngalor ngidul sampai lupa untuk sarapan. Dan ketika berkumpul ke rombongan untuk sarapan, ternyata ada pemberitahuan bahwa sarapan sudah tadi jam 7-8 pagi. Waduh kami tidak sarapan. Jam 10 rombongan berangkat ke Madinah.

Sepanjang jalan yang tampak adalah gunung batu, daerah tanpa penduduk. Di situ kami dibagi makan siang produksi Cak Mad, pengusaha makanan asal Indonesia di sana. Alhamdulilah, makanan yang enak ini terdiri dari ayam,sayur, sambal, nasi dan buah plum bisa mengganjal perut kami yang belum sarapan. Sekitar jam 2 siang bus berhenti di sebuah pemberhentian yang ada toliletnya. Di sana saya sempatkan untuk mampir ke minimarket yang ada di sampingnya dengan penjaga toko orang Bangladesh. Saya beli 5 roti aneka rasa dan 3 botol air mineral 600 ml an, total 12 Riyal. Dari sana kami lanjut terus sampailah di Madinah jam 4 sore dimana orang-orang berduyun-duyun ke Masjid Nabawi. Berhubung hotel kami di ring 1-hanya 100 meter dari gerbang masuk Masjid Nabawi, kami bisa melihat lautan manusia yang melewati hotel menuju masjid.

Check in cepat, namun masih ada harta benda milik tamu sebelumnya, yang ternyata belum check out. Cukup runyam sedikit riuh awalnya dengan petugas hotel yang saling menyalahkan. Syukur  tak lama, sehingga kami bisa tempati kamar ini dengan belum terlalu sempurna. Di sini saya juga beli kartu perdana Zain dari muthowif yang ternyata tarifnya mahal, semahal roaming Telkomsel, yaitu 5 ribu Rupiah/menit. Perdana isi 25 Riyal di jual 40 Riyal. Masih mendingan beli Mobily di bandara tadi.

Di Madinah kami tinggal di hotel sampai hari Senin. Acara kami isi sholat berjamaah di Masjid Nabawi maupun di kamar hotel bersama keluarga. Kami juga sempat sholat di Raudah, tempat yang mustajab untuk berdoa, yaitu antara makam nabi dan mimbar, ditandai dengan karpet. Sekalipun tidak bisa bareng ibu, karena jamaah laki-laki dan perempuan dipisah, ada waktunya sendiri-sendiri. Untuk bisa ke sana kami berangkat 2 jam sebelum waktu sholat Subuh dan bisa mencapai tempat itu setelah sholat Subuh dimana orang-orang sudah berduyun pulang. Mengenai makan di hotel, kami dijatah makan 3x dengan menu nasi briyani ala India dengan aneka makanan lainnya yang menggunung. Bagi orang yang belum terbiasa, mungkin rasanya agak aneh-ada yang bilang seperti nasi setengah basi dikasih sayur kemarin, padahal masih baru dibuat dan begitulah rasa nasi briyani di seluruh dunia. Bisa juga masuk ke masakan ala barat dimana isinya roti, sandwich, daging, telor dan sebagainya, tinggal pilih sesuai selera di hotel bintang 4 ini.

Senin pagi kami mengunjungi beberapa tempat yang bersejarah serta tempat untuk haji nanti. Pertama kami ke Masjid Quba, yaitu masjid pertama. Di sana banyak yg jual parfum murah 10 riyal dapat 2 kotak @6 botol, kacang pistachio, kismis. Kemudian ke Jabal (gunung) Uhud, tempat untuk merenungkan bahaya cinta dunia, di sana dijual kurma yang murah hanya 10 riyal/kg, ada rumput fatimah. Setelah itu lanjut lagi ke gua Hira, sebuah gua tempat berlindung Nabi Muhammad SAW saat dikerjar musuh dan di selamatkan dengan adanya sarang laba-laba di pintu gua tsb yg dikira tidak mungkin nabi bersembunyi di situ. Di parkiran menuju gua ini ada pengasong buku yang bergambar seputar sejarah ibadah haji dan umroh, yg setelah saya amati tidak di jual di tempat lain. Harganya 10 riyal.worth it. Berikutnya adalah percetakan AlQuran. Berhubung sudah menjelang Ashar, tempat ini tutup. Kami lanjut ke tempat beli kurma di kebunnya. Harga lebih mahal daripada di tempat sebelumnya, namun lengkap dan ada tester plus kopi arab yang khas.

Sore harinya kami lanjutkan perjalanan ke Makkah untuk menjalankan ibadah di Masjidil Haram dimana di sini adalah tempat paling suci bagi umat Islam. Banyak kegiatan ibadah yang kami lakukan. Untuk hotel tak sebagus di Madinah, untuk ke masjid ada shuttle bus gratis/percuma yang mengantar bus dari hotel ke Masjidil Haram. Separuh sopirnya orang Indonesia. Pembangunan masjid dan lingkungannya sangat dahsyat, selain waktu sholat, pembangunan terus menerus berjalan. Seperti di Singapura, Malaysia, Thailand dan Hongkong, di sini hampir semua tukang bangunan orang Asia Selatan, tetapi yang Muslim tentunya. Hotel yang pernah diinapi istri (bintang 4) setahun lalu sudah hancur tinggal puingnya, karena masuk kawasan pengembangan masjid. Empat hari di Mekkah kami gunakan untuk ibadah seoptimal mungkin.

Sampai akhirnya kami bersiap ke Jeddah di hari Jumat melalui perjalanan darat yang jauh dan panjang, dari Dzuhur hingga Maghrib, namun bus nya AC dan lega sehingga tidak begitu terasa melelahkan. Kami mampir dulu ke Corniche Shopping Center di Jeddah untuk beli oleh-oleh lalu menginap di hotel. Hari Sabtu sebelum Subuh kami sudah dibangunkan untuk berangkat ke terminal haji Bandara King Abdul Aziz Jeddah, tiba di bandara bertepatan dengan Adzan Subuh. Kami sholat di sini. Setelah sholat ada pengumuman terminal pindah ke terminal S dimana kebanyakan pesawat Saudia parkir, naik bus lagi, check in lalu keliling bandara yang modern ini. Banyak toko mewah yang jual perhiasan emas batangan dan perhiasan. Hanya sayangnya harga di atas harga pasaran di Indonesia. Ada juga toko permen coklat, es krim, burger dan lainnya yang relatif luas dan terang. Semua ada, yang tak ada minuman beralkohol dan makanan haram. Pemeriksaan imigrasi cepat, tapi antrian masuk ke bus sedikit membingungkan. tak apalah ujian kesabaran. Ketika masuk pesawat terasa bahwa pesawat ini baru, kami ditempatkan di lantai atas yang kursinya besar dan mengkilat. Inflight mealnya pun lebih menggoda dan lezat daripada saat berangkat dari Jakarta. Kekesalan antri masuk bis berubah dengan singkat menjadi kesenangan sepanjang perjalanan pulang. Seperti pula Allah membolak balikkan hati manusia.

Sungguh ini perjalanan luar biasa (incredible) yang tak ada bandingannya, tak hanya lahiriah tapi utamanya batiniah. Semoga ada rezeki untuk umrah sekeluarga dan berkesempatan untuk ibadah haji. Amin

9 ada minibar

minibar di pesawat saudia airlines

8 toko oleh oleh

duty free di king abdul aziz airport jeddah

9 bahan bacaan

koran dan majalah di pesawat saudia

8 sarapan

saraoan di hotel, semua fresh

8 imigrasi

antri imigrasi kepulangan

8 bandara jeddah

ruang tunggu keberangkatan di king abdul aziz jeddah

7 padang arafah yang menghijau

pemandangan padang arafah yang kini menghijau dan ada pohon sukarno

7 nyamannya umroh

suasana dekat penginapan

7 mina

mina

7 menuju gua hira

di atas bukit itu ada gua hira

7 kloter surabaya pontianak dan manado

rombongan umrah surabaya pontianak dan manado

6 menanti maghrib

menanti maghrib di depan kabah

5 kasih makan burung dara

kasih makan burung dara

2 madinah tengah malam

madinah tengah malam

2 makanan kedua saudia

makanan kedua saudia dari jakarta

3 dalam masjid nabawi

di dalam masjid nabawi madinah

3 masjid quba

masjid quba

4 mecca i'm coming

tiba di mekkah tengah malam langsung pasang kain ihram

2 cak mad

nasi ayam goreng cak mad dengan sambal terasi sewaktu perjalanan dari jeddah ke madinah

2 antri imigrasi

imigrasi bandara king abdul aziz jeddah saat tiba

1 visa

visa umrah dari kerajaan saudi arabia

1 turun pesawat

turun dari pesawat saudia

1 tak ada kursi selonjoran boleh

kurang kursi di bandara soekarno hatta

1 salad

salad di saudia

1 pengantar umroh

para pengantar umroh

1 makanan pertama saudia

makanan pertama saudia dari jakarta

1 lion baru

pesawat lion yang membawa jamaah dari surabaya ke jakarta

1 bagi makanan

pramugara yang orang arab

1 hiburan

alat kontrol hiburan saudia

1 kemasan

kemasan makanan saudia waktu berangkat

Bagikan ini:

  • Facebook
  • LinkedIn
  • Lagi
  • Cetak
  • Reddit
  • Twitter
  • Tumblr
  • Pinterest
  • Pocket
  • Telegram
  • WhatsApp
  • Skype
  • Surat elektronik

Menyukai ini:

Suka Memuat...

Perjalanan ke Makassar

07 Rabu Apr 2010

Posted by asambackpacker01 in Banjarmasin, Hotel, Kuliner, Makassar, Tips, Wisata

≈ 4 Komentar

Tag

bandara hasanudin, jalan jalan ke makassar, makassar, mercure makassar, merpati airlines, pantai losari, pengalaman pertama, trans studio Makassar


Ini adalah perjalanan pertama saya ke Makassar, langsung dari Banjarmasin menggunakan pesawat Merpati Nusantara Airlines (MNA) yang melayani rute Banjarmasin-Makassar pp setiap Hari Senin, Rabu dan Sabtu.

Kebetulan tanggal 15 Maret 2010 kantor libur cuti bersama-Hari Raya Nyepi sehingga bisa melakukan perjalanan wisata ke Makassar tanpa harus cuti/off. Sesuai jadwal pesawat saya berangkat Hari Sabtu 13 Maret 2010 dan pulang Hari Senin 15 Maret 20l10.

Pemesanan tiket saya lakukan jauh-jauh hari, tepatnya 2 bulan sebelum keberangkatan, sehingga bisa dapat tiket Rp 311.000,00 sekali jalan. Demikian juga penginapan di Mercure Makassar saya pesan di internet melalui website Laterooms.com, dapat harga Rp 518.500,00/malam kamar superior termasuk sarapan. Harga ini diskon 25% dari publish rate yang berlaku di website Accor (Induk Mercure).

Pemesanan tiket pesawat dan hotel melalui internet berjalan sangat lancar, apalagi pembayaran bisa menggunakan kartu kredit. Jadi dua bulan sebelum berangkat saya sudah dapat tiket pesawat dan bookingan hotel, sederhana dan mudah.

Perjalanan saya tempuh dalam 2 hari dan 3 malam, adapun catatan perjalanan saya sbb (sudah saya rencanakan sebelumnya) :

Hari Pertama : Sabtu, 13 Maret 2010,

Perjalanan saya mulai dari Bandara Samsuddin Noor Banjarmasin. Pesawat berangkat pukul 20.30, merupakan jadwal keberangkatan terakhir (paling malam) di bandara ini. Perjalanan sangat lancar dan menyenangkan, kondisi pesawat baru, wangi dan bersih. Tak lupa kami (saya dan istri) mendapatkan kotak snack yang berisi sebuah muffin dan sepotong roti abon serta satu gelas air mineral dari MNA. Take off dan landing berjalan aman dan lancar. Pukul 21.30 pesawat mendarat di Bandara Sultan Hasanuddin yang megah dan terang benderang dengan bangunan dari kerangka baja dan kaca. Futuristik. Untuk mendapatkan taksi di Bandara ini sangat mudah. Ada 2 counter taksi di dalam bandara (Herson dan satunya lagi saya lupa namanya) dan 5 counter di halaman bandara. Tarif taksi dari Bandara ke Mercure sebesar Rp 100.000,00 belum termasuk tarif jalan toll sebesar Ro 6.500,00. sekitar 45 menit waktu untuk mencapai kota Makassar, kiri kanan jalan toll dipenuhi pabrik (kawasan industri) dan di jalan beriringan dengan truk petikemas yang menuju pelabuhan Soekarno Hatta Makassar. Pukul 22.15 sampai di Hotel Mercure Makassar yang lokasinya di Jl.Daeng Tompo (jalan kecil) tapi cukup strategis karena hanya 3 menit jalan kaki dari Pantai Losari dan 15 menit jalan kaki dari Pusat Kota. Check in sangat cepat (karena sudah pesan sebelumnya)-kurang dari 5 menit. Fasilitas lengkap, sesuai standar hotel bintang 3. Tersedia kopi, teh dan gula beserta teko pemanas, TV kabel 43 channel (3 diantaranya channel grup Mercure yang secara non stop memutar film-film pilihan), WIFI dan kabel broadband, kamar mandi beserta bath-up, AC. Sajadah untuk sholat tersedia dalam kondisi bersih dan baru. Tidur terasa nyaman, nyenyak sekali, maklum lokasi hotel tidak di jalan utama/besar.

Hari Kedua : Minggu, 14 Maret 2010

Sekitar pukul 05:00 kami bangun, sholat subuh, check email di netbook (bawa sendiri) dan telpon keluarga. Sesudah itu mandi untuk menyambut hari yang sangat menyenangkan. Untuk shampoo, sabun mandi, pasta dan sikat gigi serta pembersih muka, kami bawa sendiri, karena rasanya lebih afdhol dan puas menggunakan amenities (perlengkapan mandi) pilihan sendiri.

Pukul 6 tepat kami sarapan di ruang dekat ruang lobby. Menu sangat lengkap mulai makanan pembuka (sup dll), menu utama (bubur ayam, nasi beserta lauk pauk, roti dan omelet) dan makanan penutup (salad, setup buah, irisan buah dll), untuk minuman petugas standby mengisikan the atau kopi jika diminta selain aneka jus buah yang tinggal tuang dari wadahnya. Rasanya enak, standar internasional, namun bagi yang mengharapkan makanan berempah kuat (semacam masakan Padang) siap-siap saja kecewa.he3x.

Perut sudah kenyang, kami berangkat ke Pantai Losari, jalan kaki melalui Jalan Daeng Tompo dan Ali Malaka. Hanya perlu 3 menit sudah sampai di bibir Pantai Losari yang dipenuhi pejalan kaki dan pedagang aneka barang. Tidak ada yang istimewa di sini, hampir sama saja dengan pasar kaget di kota-kota lain. Dan yang terlihat paling ramai adalah penjual obat yang menawarkan keampuhan Buah Merah dari Papua sebagai obat aneka penyakit. Menyenangkan juga mengunjungi daerah baru yang orang-orangnya belum pernah kami kenal sebelumnya.

Berjalan kaki di Makassar cukup nyaman, mengingat trotoar dan pepohonan besar ada di sepanjang Jalan Haji Bau, Arif Rate dan Hasanuddin. Panasnya udara Makassar bisa terkurangi dengan adanya pepohonan besar ini.

Setelah lelah berjalan kaki, pukul 9 kami berjalan ke arah hotel. Namun sebelum ke hotel kami belanja air mineral di Jalan Datu Musseng dan beli oleh-oleh di Jalan Sombaopu. Harga barang di Makassar terbilang murah, sebagai contoh air mineral VIT produksi Pandaan Jatim 1,5 liter hanya Rp 3.500,00. Oleh oleh pun juga murah, sebagai contoh kaos bermotif Makassar dan Toraja mulai ukuran anak-anak hingga dewasa (XXL) harganya berkisar Rp 17.500,00-25.000,00. harga pas.

Setelah puas belanja oleh-oleh, pukul 09.30 kami balik ke hotel untuk mempersiapkan perjalan lanjutan yaitu makan sop Konro Karebosi yang terkenal dan ke Trans Studio Makassar.

Untuk menyegarkan diri kembali, Pukul 12 saya mandi lagi. Segar sekali rasanya mandi di tengah hari. Sejam kemudian saya siap meluncur ke Sop Konro terkenal yang ada dekat lapangan Karebosi. Sopir taksi sudah hapal dengan tempat ini, sehingga kami pun langsung di turunkan di tempat makan yang dipenuhi pengunjung ini. Pelayanan sangat cepat, sekitar 1 menit Sop Konro terhidang di meja, disusul Konro Bakar yang memang harus dibakar dulu sebelum dihidangkan. Mungkin sedang tidak beruntung, saya tidak bisa menikmati kelezatan Sop Konro karena kebanyakan menambahkan garam-tadinya hambar/rasa kuah daging saja. Jadinya Sop Konro Asin yang saya makan. Alangkah bagusnya jika kuah Sop Konro sudah dibumbui seperti sop buntut atau rawon, sehingga pembeli tidak repot meramu garam, kecap dan jeruk nipisnya.

Sekitar pukul 14.00 kami melanjutkan perjalanan menuju Trans Studio Makassar. Ini adalah main course (hidangan utama) kami selama mengunjungi Makassar. Naik taksi dari Karebosi ke Tanjung Bunga (tempat studio ini berada) memakan waktu 15 menit. Taksi di Makassar sangat mudah didapatkan. Meski tampilan dan interiornya tidak seterawat Blue Bird di Jakarta, tapi semuanya menggunakan argometer dan AC nya terasa dingin.

Di kiri jalan daerah Tanjung Bunga berderet menara rumah susun yang masih baru.

Kami diturunkan di depan pintu masuk Trans Studio Makassar. Di pintu masuk kami diperiksa oleh sekuriti yang berpakaian unik, sesuai dengan Trans Studio yang memang unik. Sebelum masuk ke studio kami melewati restoran dan kafe yang sudah tidak asing di Indonesia, seperti Pizza Hut dan Coffee Bean, baru kemudian ke counter penjualan tiket. Tiket terusan harganya Rp 100.000,00 termasuk Rp 10.000,00 kartu dan Rp 90.000,00 untuk memasuki 15 wahana standar. Karena kebetulan sedang ada promo akhir pekan, kami bisa membeli tiket terusan ke 6 wahana khusus (studio 4D, jelajah (semacam arung jeram), dunia lain ) seharga Rp 50.000,00, yang mana jika membeli tiketnya di dalam studio dihargai Rp 25.000,00/wahana khusus.

Masuk ke studio serasa memasuki Broadway di Amerika sana. Megah dan cemerlang adalah nuansa di dalam studio (ini adalah 100% indoor studio), dan kami bisa main sepuasnya di semua wahana standar dan khusus mulai dari pukul 15.00 hingga pukul 20.30. Di dalam studio ini juga dilengkapi mesin ATM, toko souvenir, restoran ala Amerika, Indonesia dan Jepang, mushola, tempat menyusui bayi dan toilet. Pokoknya bisa seru-seruan di sini. Tidak rugi rasanya jauh-jauh dari Kalimantan ke Sulawesi dapat menikmati fantasi Trans Studio Makassar ini. Jika dibandingkan dengan Dufan Ancol, air di arung jeram di sini lebih bersih. Tidak khawatir kena panas dan hujan karena ada di dalam gedung. Untuk hari biasa tudio ini buka dari jam 10 pagi-9 malam. Sedangkan Sabtu-Minggu buka hingga jam 9 malam. Kemeriahannya bisa dilihat di https://youtu.be/OSQPJsN6HbI

Oh ya kabarnya Trans Studio ini hasil kerjasama antara Pak JK-pemilik Kalla Group dengan Pak CT-pemilik Para Group (Trans TV dkk). Sebuah tindakan/ terobosan yang luar biasa dimana biasanya semua berpusat di Jakarta.

Setelah puas menikmati semua wahana di Trans Studio Makassar yang luar biasa, kamipun pulang ke hotel dan membeli bekal satu loyang Pizza Hut-masih di halaman studio untuk jaga-jaga kalau kelaparan di tengah malam.

Tidur di hari kedua ini terasa nikmat karena satu hari penuh kami isi dengan kegiatan yang padat, menyenangkan sekaligus melelahkan.

Hari ketiga: Senin 15 Maret 2010

Hari ketiga ini tujuan kami adalah mengunjungi Benteng Rotterdam dan nonton film Bahwa Cinta Itu Ada yang kebetulan sedang diputar di studio 21 Mall Ratu Indah Makassar.

Tepat pukul 06.00 kami keluar hotel, jalan kaki menuju Pantai Losari yang ramai dengan pegawai Pemda yang senam pagi, setelah setengah jam ikut senam, kami coba naik angkot menuju Jalan Ujung Pandang dimana Benteng Rotterdam itu berada. Begitu turun kami ditawari nelayan yang menawarkan menyeberang ke Pulau Khayangan yang berada di depan benteng. Karena bukan tujuan kami, kamipun bergegas ke Benteng Rotterdam yang ternyata baru buka sejam lagi, pukul 07.30. kamipun tak kehilangan akal, kami susuri sepanjang Jalan Ujung Pandang, Riburane, Slamet Riyadi dan WR.Supratman. Di jalan ini bisa kami lihat gedung pusat La Tunrung (money changer pertama yang cabangnya hampir di semua kota besar di Indonesia), Pelabuhan PELNI, gedung RRI, gedung Societe Harmonie, dan Balai Kota Makassar. Di pasar Jalan WR.Supratman kami menemukan makanan semacam lemper isi abon ikan tuna dan daun kemangi yang dipanggang di atas arang yang sungguh nikmat rasanya. Harganya pun hanya Rp 3.000,00/biji. Ada juga roti goreng yang isinya seperti isi martabak telor yang tak kalah nikmat. Kami justru menemukan penganan lezat di tempat yang tidak kami rencanakan sebelumnya.

Setelah dari pasar kami kembali ke Benteng Rotterdam yang ada di sebelah pasar. Masuk ke benteng ini gratis, benteng ini sekaligus kantor sejarah Sulsel,Sulbar, Sultra dan Sulteng. Ada karcis masuk Rp 3.000,00 ke museum La Galigo yang menyimpan sejumlah peninggalan bersejarah berupa guci dan piring Cina, Jepang, Arab dan Belanda, mata uang yang dipergunakan semasa kerajaan Nusantara, zaman Belanda, Jepang dan setelah Indonesia merdeka. Dan informasi lain seputar perjuangan Bangsa Indonesia. Sangat murah dibandingkan dengan pengetahuan sejarah yang bisa kami peroleh di sini.

Oh ya, nama Benteng Rotterdam (Fort Rotterdam) diambil dari tempat kelahiran Speelman, Jenderal Belanda yang berhasil merebut benteng ini dari tangan Raja Makassar di tahun 1661. Benteng ini telah direnovasi beberapa kali.

Setelah puas menikmati sejarah benteng ini kami kembali ke hotel, dengan jalan kaki melewati Jalan Sombaopu yang banyak toko emas dan toko oleh-oleh (tempat kami belanja di hari sebelumnya) khas Sulawesi Selatan. Saat kami lewat pukul 8.30 sebagian toko-toko sudah mulai membuka dagangannya. Kami sempat mampir ke BNI Sombaopu untuk print buku tabungan dan setelah itu baru kami kembali ke hotel.

Pukul 9.00 kami sarapan yang ternyata menunya berbeda dengan hari sebelumnya. Ada sup ikan dan daging, nasi goreng dengan rasa standar hotel internasional. Cukup nikmat.

Setelah itu kami mandi dan packing untuk siap-siap check out dari hotel. Pukul 12.30 kami ke resepsionis dan check out yang lagi-lagi sangat cepat, kurang dari 5 menit. Maka terjadilah transaksi pembayaran menggunakan kartu kredit.

Dari hotel kami melaju ke Mall Ratu Indah untuk nonton di Bioskop 21. Saya beli 2 tiket di studio 4 yang sedang memutar film Bahwa Cinta Itu Ada. Karena film baru diputar pukul 14.00 (sejam lagi) kamipun berpencar, setelah menitipkan tas dan kardus oleh oleh di tempat penitipan barang studio 21. Istri ke Matahari membeli pakaian dan saya ke Gramedia untuk membeli buku Jalan-jalan. Film diputar tepat pukul 14.00 dan selesai pukul 16.00. sesudah nonton kami bergegas ke Mc Donald beli 2 porsi nasi dan ayam goring,untuk dimakan di Bandara. Surprized ! ternyata Cuma keluar uang Rp 28.000,00 untuk 2 porsi menu Mc Donald. Setelah makanan di tangan, kamipun bergegas ke tempat parkir taksi dengan tujuan akhir Bandara Sultan Hasanuddin. Untung saja ada taksi yang standby menunggu penumpang, tanpa basa basi kamipun naik taksi menuju bandara yang ditempuh selama 45 menit. Tarif lebih murah daripada saat tiba karena harga berdasar angka Argometer yaitu Rp 79.000,00.

Pukul 17.00 kami tiba di Bandara Sultan Hasanuddin yang megah, menunggu keberangkatan pesawat MNA ke Banjarmasin 2 jam kemudian. Airport tax Rp 30.000,00 sepadan dengan kenyamanan bandara yang baru dan segar ini. Seperti di Banjarmasin, ada tambahan pungutan/sumbangan untuk Pemda Gowa-lokasi bandara berada sebesar Rp 5.000,00

Secara umum perjalanan wisata ini aman dan lancar, sesuai dengan rencana saya sebelumnya. Makassar kota yang besar, lengkap fasilitas transportasi dan akomodasi dan terus menggeliat untuk memimpin pembangunan Indonesia bagian Timur.

Gambar di Makassar sebagai berikut :

city hallgenteng zaman duluinterior bandara hasanudinjalan sombaopukamar mandikoleksi museumkudala galigomakassarsociete harmoniestudio trans tv makassar

studio trans dilihat dari pantai losari

studio trans dilihat dari pantai losari

benteng Rotterdam

benteng Rotterdam

studio trans makassar

trans studio makassar

kota trans

kota trans studio makassar

Cost Travel / person

Rupiah

Tiket pesawat Merpati BDJ-UPG pp

622,000

Airtax+sumbangan Pemda pp

58,000

Taksi Airport-Kota pp

179,000

Toll pp

13,000

Hotel Mercure 2 malam

1,037,000

Studio Trans

150,000

Taksi dalam kota 3x

43,000

Makan Sup Konro+minum

31,000

Pizza Hut

32,000

Ayam goreng MC Donald

14,000

2,179,000

Bagikan ini:

  • Facebook
  • LinkedIn
  • Lagi
  • Cetak
  • Reddit
  • Twitter
  • Tumblr
  • Pinterest
  • Pocket
  • Telegram
  • WhatsApp
  • Skype
  • Surat elektronik

Menyukai ini:

Suka Memuat...

Ikuti Kami

  • Instagram
  • Twitter
  • Facebook

Cari

Terjemahan

Kategori

  • Air Asia
  • Anadolujet
  • Ankara
  • Asian Games
  • Asuransi
  • Australia
  • Bali
  • Bandung
  • Bangkok
  • Banjarmasin
  • Batik Air
  • Batu
  • Bisnis
  • Bogor
  • Brunei Darussalam
  • Buku
  • Cappadocia
  • China
  • Citilink
  • Denizli
  • Doha
  • Emas
  • Emirates
  • Garuda Indonesia
  • Goreme
  • Ho Chi Minh
  • Hongkong
  • Hotel
  • Internet
  • Investasi
  • Islam
  • Istanbul
  • Jakarta
  • Jepang
  • Jetstar
  • Johor
  • Kereta api
  • KLM
  • Kontes
  • Kuala Lumpur
  • Kuliner
  • Kyoto
  • Langkawi
  • Lion Air
  • Lombok
  • Macau
  • Makassar
  • Malang
  • Malaysia
  • Malindo
  • Medan
  • Melbourne
  • Olahraga
  • Olimpiade
  • Osaka
  • Palembang
  • Pamukkale
  • Pegasus
  • Penang
  • Perth
  • Qatar
  • Qatar Airways
  • Scoot Airlines review
  • Sea Games
  • Shenzen
  • Singapura
  • Solo
  • Sriwijaya Air
  • Surabaya
  • Sydney
  • Thailand
  • Tiger Air
  • Tips
  • Tokyo
  • Turki
  • Turkish Airlines
  • Umrah
  • Umroh
  • Vietnam
  • Wisata
  • Yogyakarta

Arsip

  • Juli 2022
  • Juni 2022
  • Mei 2022
  • April 2022
  • Maret 2022
  • Februari 2022
  • Januari 2022
  • Desember 2021
  • November 2021
  • Oktober 2021
  • September 2021
  • Agustus 2021
  • Juli 2021
  • Juni 2021
  • Mei 2021
  • April 2021
  • Maret 2021
  • Februari 2021
  • Januari 2021
  • Desember 2020
  • November 2020
  • Oktober 2020
  • September 2020
  • Agustus 2020
  • Juli 2020
  • Juni 2020
  • Mei 2020
  • April 2020
  • Maret 2020
  • Februari 2020
  • Januari 2020
  • Desember 2019
  • November 2019
  • Oktober 2019
  • September 2019
  • Agustus 2019
  • Juli 2019
  • Juni 2019
  • Mei 2019
  • April 2019
  • Maret 2019
  • Februari 2019
  • Januari 2019
  • Desember 2018
  • November 2018
  • Oktober 2018
  • September 2018
  • Agustus 2018
  • Juli 2018
  • Juni 2018
  • Mei 2018
  • April 2018
  • Maret 2018
  • Februari 2018
  • Januari 2018
  • Desember 2017
  • November 2017
  • Oktober 2017
  • September 2017
  • Agustus 2017
  • Juli 2017
  • Juni 2017
  • Mei 2017
  • April 2017
  • Maret 2017
  • Februari 2017
  • Januari 2017
  • Desember 2016
  • November 2016
  • Oktober 2016
  • September 2016
  • Agustus 2016
  • Juli 2016
  • Juni 2016
  • Mei 2016
  • April 2016
  • Maret 2016
  • Februari 2016
  • Januari 2016
  • Desember 2015
  • November 2015
  • Oktober 2015
  • September 2015
  • Agustus 2015
  • Juli 2015
  • Juni 2015
  • Mei 2015
  • April 2015
  • Maret 2015
  • Februari 2015
  • Januari 2015
  • Desember 2014
  • November 2014
  • Oktober 2014
  • September 2014
  • Agustus 2014
  • Juli 2014
  • Juni 2014
  • Mei 2014
  • April 2014
  • Maret 2014
  • Februari 2014
  • Januari 2014
  • Desember 2013
  • November 2013
  • Oktober 2013
  • September 2013
  • Agustus 2013
  • Juli 2013
  • Juni 2013
  • Mei 2013
  • April 2013
  • Maret 2013
  • Februari 2013
  • Januari 2013
  • Desember 2012
  • November 2012
  • Oktober 2012
  • September 2012
  • Agustus 2012
  • Juli 2012
  • Juni 2012
  • Mei 2012
  • April 2012
  • Maret 2012
  • Februari 2012
  • Januari 2012
  • Desember 2011
  • November 2011
  • Oktober 2011
  • September 2011
  • April 2011
  • Maret 2011
  • Februari 2011
  • Januari 2011
  • September 2010
  • Mei 2010
  • April 2010

Blog di WordPress.com.

  • Ikuti Mengikuti
    • asambackpacker01.wordpress.com
    • Bergabunglah dengan 609 pengikut lainnya
    • Sudah punya akun WordPress.com? Login sekarang.
    • asambackpacker01.wordpress.com
    • Sesuaikan
    • Ikuti Mengikuti
    • Daftar
    • Masuk
    • Laporkan isi ini
    • Lihat situs dalam Pembaca
    • Kelola langganan
    • Ciutkan bilah ini
 

Memuat Komentar...
 

    %d blogger menyukai ini: