• Beranda
  • Tips Jalan-jalan Ke Hongkong, Macau, Dan Shenzen
  • Tips Liburan Ke Turki
  • Tips Memilih Dan Menginap Di Hostel
  • Tips Jalan-jalan Ke Australia
  • Tips Liburan Ke Jepang
  • Aktifkan Berlangganan Roaming Sejak di Indonesia
  • Pekan Raya Jakarta Kemayoran Update 2020
  • Menginap di Bandara Changi Singapura
  • Promo Tiket Pesawat dan Hotel
  • Menginap di Bandara Soekarno Hatta
  • About

~ Perjalanan untuk mendapatkan pencerahan

Tag Archives: KLIA2

Singapura Malaysia 2023 : Pesawat Yang Kami Naiki

29 Minggu Jan 2023

Posted by pengingat in Air Asia, Kuala Lumpur, Langkawi, Malaysia, MY Airlines, Singapura, Tips, Wisata, Yogyakarta

≈ Tinggalkan komentar

Tag

Air Asia, Air Asia Indonesia, airasia, biaya jalan jalan ke malaysia, biaya jalan jalan ke singapura, biaya liburan ke langkawi, biaya liburan ke singapura, jalan jalan ke Kuala lumpur, jalan jalan ke langkawi, jalan jalan ke malaysia, jalan jalan ke singapura, klia 2, KLIA2, Kuala Lumpur, langkawi, liburan ke langkawi, liburan ke malaysia, Liburan ke Singapura, Malaysia, maskapai baru, MY Airlines, pengalaman liburan ke langkawi, pengalaman naik air asia, promo Air Asia, santan air asia, Yogyakarta


Selama kunjungan ke Singapura dan Malaysia 2023 kali ini kami 4x menggunakan pesawat sebagai alat transportasi, dengan rute : Yogyakarta-Singapura, Kuala Lumpur-Langkawi, Langkawi-Kuala Lumpur, dan Kuala Lumpur-Yogyakarta.

Berikut data penerbangan dari flightradar24 untuk penerbangan yang kami gunakan :

1. YIA-SIN (Yogyakarta-Singapura) : naik Air Asia Indonesia QZ658 yang jadwal berangkat pukul 7.45 WIB (aktual 7.51) dan mendarat pukul 10.45 (aktual 10.42) waktu Singapura. Semua kru pesawat adalah orang Indonesia, terlihat dari petugas ground Air Asia membawa setumpuk paspor biru Indonesia ke pesawat waktu kami boarding naik pesawat. Pelayanan OK. Saya pesan prebook meal makanan nasi kuning manado dan chicken rice total Rp 100.000,- termasuk 2 Aqua gelas 220 ml. Sedap. Harga tiket pesawat Rp 620.000,-(/orang) dan bagasi Rp 424.600,-(20 kg). Ini adalah tiket yang pertama kali saya beli dengan memanfaatkan credit shell Air Asia yang tidak jadi berangkat ke Bangkok karena Covid19 2 tahun lalu yang masa berlaku vouchernya habis tahun ini.

2. KUL-LKW (Kuala Lumpur-Langkawi) : naik My Airlines maskapai baru dari Malaysia yang mulai terbang 1 bulan yang lalu. Kabarnya kru nya (pramugari/a dan kru darat) banyak dari bekas pekerja airlines yang kena PHK waktu Covid-19. Tampaknya mereka sudah pengalaman dan tampak tulus melayani (mungkin tanda syukur). Harga tiket promonya RM 49 = Rp 177.750 (/pax), bagasi 20 kg nya RM 35= Rp 124.668 dan makanan roti jala serta jjajangmyeon RM 24 = Rp 85.487 termasuk 2 kotak teh krisan.

3. LKW-KUL (Langkawi-Kuala Lumpur) : setelah puas setengah hari tur antar pulau dayang bunting, memberi makan elang, dan bras basah, kami pulang naik My Airlines lagi. Harga tiket promonya RM 69 = Rp 250.250 (/pax), bagasi 20 kg nya RM 35= Rp 124.668 dan makanan nasi lemak serta mee goreng mamak RM 24 = Rp 85.487 termasuk 2 kotak teh krisan.

4. KUL-YIA (Kuala Lumpur-Yogyakarta) : setelah seminggu di luar negeri, akhirnya kami balik ke Indonesia dengan Air Asia Malaysia AK348. Pramugari/a dan pilotnya bukan orang Indonesia. Kebetulan di belakang kami ada ibu single parent usia 63 yang ulang tahun, maka ada greeting dari pramugara/i dan pemberian cokelat. Eh, salah satu pramugari curhat (dalam bahasa Inggris) ke ibu yang sedang ulang tahun itu, kalau ia mengagumi ibu itu, ia mengaku asalnya dari Dubai dan menjadikan Malaysia sebagai second home, ia juga janda, , karena suaminya menceraikannya karena anaknya tidak mirip dengan dia. Pramugari itu dan pramugara keturunan Tamil-namanya Clement heboh jualan di pesawat, sehingga perjalanan 2,5 jam menjadi ramai. Harga tiket pesawat RM 299 = Rp 897.850 (/pax), bagasi 20 kg RM 123,2 = Rp 446.600, makanan chicken rice (sebenarnya pesan thai chicken basil tapi not ready) dan 2 chicken sandwich RM 31=Rp 112.375 termasuk 2 botol air mineral Spritzer 250 ml. Tiket termahal dalam perjalanan seminggu ini. Kebanyakan penumpangnya turis asal Malaysia, yang agak tersendat prosedur bukti sertifikat vaksin Covid19 dan imei handphone waktu masuk imigrasi Indonesia, sedangkan WNI lancar saja. Pesawat ini dilengkapi WIFI, free untuk nonton hiburan, namun sering terhenti ketika ada pengumuman dari pilot maupun pramugari/a.

Alhamdulillah perjalanan lancar dan selamat.

Bagikan ini:

  • Facebook
  • LinkedIn
  • Lagi
  • Cetak
  • Reddit
  • Twitter
  • Tumblr
  • Pinterest
  • Pocket
  • Telegram
  • WhatsApp
  • Skype
  • Surat elektronik

Menyukai ini:

Suka Memuat...

Pengalaman Pertama Terbang Naik Malindo Air

23 Minggu Agu 2015

Posted by pengingat in Bandung, Kuala Lumpur, Kuliner, Malaysia, Tips, Wisata

≈ 4 Komentar

Tag

bagasi malindo air, bandara husein sastranegara, KLIA2, Malaysia Airlines, Malindo Air, Malindo air check in, Malindo air review, Malindo air Wikipedia, pengalaman naik Malindo air, pertama naik malindo air


Kamis, 20 Agustus 2015

Ini adalah saat pertama kali saya naik Malindo Air, yg menurut Wikipedia ini adalah maskapai full service Malaysia-Singapura Malaysia Airlines, perusahaan patungan 51% saham NADI (National Defense Industry) Malaysia dan 49% saham Lion Air Indonesia.

Kami tiba di bandara KLIA2 jam 9 pagi, kemudian sarapan dan belanja di mall bandara. Jam 10 kami ke lantai 3 untuk check in ke counter Malindo Air di deretan W. Di sana sudah mulai tampak antrian calon penumpang yang check in. Tak terlalu lama antri, kamipun dilayani dengan ramah dan baik. Kami serahkan tiket dan paspor. Kebetulan kami bertiga dengan 2 kode booking, ketika kami minta duduk berderet, petugas Malindo mau memberi kursi berderet 3, di 24 D,E,F tanpa biaya tambahan. Tas belanjaan dan tas bajupun kami masukkan bagasi karena semua penumpang dapat jatah bagasi. Untuk ekonomi dapat jatah 20 kg (update 2016 jatah bagasi Malindo Air rute internasional naik jadi 30 kg/penumpang). Proses check in cepat dan dilayani dengan ramah, disitu kami dapat info ruang tunggu yaitu L22. Petunjuk sangat jelas di bandara ini.

Usai check in, kami ke counter imigrasi. Proses lancar dan cepat, kemudian masuk ke ruang tunggu dengan sebelumnya pemeriksaan di scan xray, ada 2x, yang pertama dekat imigrasi dan yang kedua ketika akan memasuki ruang tunggu. Pemeriksaan kedua ini lebih ketat, terutama mengenai bawaan. Ada tiga barang kami yang disita yaitu 2 botol plastik kosmetik 150 ml dan 1 botol kaca selai srikaya 250 gram. Ya, untuk masuk ke pesawat maksimal cairan yang boleh masuk 100 ml saja. Jadi lebih baik masukkan saja ke bagasi, toh Malindo Air ini sudah kasih gratis jatah 20 kg.

Kami masuk ke ruang tunggu L22 yang ada di ujung terminal L, kalau letih bisa numpang buggy car yang mengantar penumpang ke ruang tunggu secara percuma. Jam 11.25 kami sudah diizinkan masuk ke pesawat, namun mampir ke ruang tunggu dulu di dalam karena pesawat belum siap, dan jam 11.40 kami benar-benar bisa masuk ke dalam pesawat.

Kesan pertama, begitu bersih, terang dan bagus kabin Malindo Air ini, kursi cantik dan jarak antar kursi lebar 32” (sama dengan maskapai terbaik kita), ada inflight entertainment dengan pilihan film, games, documenter, lawak dan informasi tentang Malindo Air. Di bawahnya juga ada USB Port yang bisa untuk isi batere gadget (hp, kamera) dan lubang headset yang cocok untuk perangkat headset pada umumnya.

inflight tv

inflight tv

mi seduh

mie seduh 6 ringgit

snack

biskuit dan air mineral

welcome

ada colokan charger USB dan earphone di tv

Pukul 12.10 waktu Malaysia tepat, pesawat lepas landas, agak unik bila biasanya sunyi, ini suara musik lagu popular masih diputar keras dan lampu masih menyala terang. Setelah 15 menit mengudara mulai dibagikan snack berupa biscuit dan air putih gelas. Lumayan. Sesudah itu ada penjualan makanan, minuman, snak dan souvenir. Saya rasa ini meniru konsep Air Asia. Pemesanan juga bisa dilakukan sebelum terbang bersamaan pembelian tiket yang lebih bisa memastikan ketersediaan makanan berat karena saya lihat pramugari membagikan makanan yang sudah di pesan online. Saat kami terbang kemarin, makanan berat seperti nasi lemak dan nasi kandar sudah habis, tinggal mi seduh instan seharga 6 Ringgit. Dan perlu diingat, hanya menerima uang kertas, uang logam tidak diterima. Setelah terbang 1 jam 45 menit pesawat mulai turun, dan semua perangkat kami bereskan. Batere hp yang tadinya 70% kini sudah terisi 100%. Pukul 13.10 waktu Indonesia Barat pesawat mendarat dengan selamat di Bandara Husein Sastranegara dengan lambaian sampai jumpa dari pramugari Malindo Air.

Terimakasih Malindo Air, atas pengalaman pertama terbang denganmu yang mengesankan.

Kisah dengan Malindo Air lainnya ada di :

Turki 2016 (14) : Transit di KLIA, Naik Malindo Air Lagi – http://wp.me/pSAZn-1bP
Liburan 2016 (1) : Bandung-KL Naik Malindo Air – http://wp.me/pSAZn-1an
Liburan 2016 : Aneka Pesawat Yang Kami Naiki – http://wp.me/pSAZn-1bT

Menyukai ini:

Suka Memuat...

Speechless di Brunei

18 Minggu Mei 2014

Posted by pengingat in Air Asia, Brunei Darussalam, Hotel, Islam, Kuliner, Malaysia, Tips, Wisata

≈ 4 Komentar

Tag

Brunei Darussalam, Brunei tourism, hotel di brunei, Hotel Ibis Surabaya, hotel jubilee brunei, Ibis Juanda, kh soon guest house, KLIA2, masjid Hasanal Bolkiah, menginap di terminal 2 juanda, nasi lemak, penginapan murah di brunei, pusat belia brunei, terminal 2 Juanda, Travel Brunei, Wisata Brunei Darussalam


Really make me speechless Brunei nih.
Pertama, saat nunggu dan naik pesawat orang-orang aslinya tenang sekali. Antar ras saling menyapa. Saat turun pesawat bapak-bapak Bruneian bantu turunkan tas dari kabin dan senyum ramah sekali
Kedua, di imigrasi harus isi formulir seperti Singapore. Petugasnya ramah, dialek bahasa melayu yang dipakai mudah difahami. Mungkin kerana saya terbiasa dengan dialek bahasa banjar di kalimantan. Di imigrasi ditanya tujuan, berapa lama, kerja di mana, berapa uang yang dibawa. Jangan bingung ya, jawab dengan percaya diri. Keluar bandara, terbengong2 sendiri.mana angkutan umumnya. Di pintu keluar mobil pribadi dan taksi semua. Senyap tak seperti di bandara manapun di Indonesia yang selalu ramai dengan calo. Lihat ada angkutan lewat drop off keberangkatan di atas, macam terminal 2 Cengkareng, kami naik eskalator ke atas. Sempat ketemu mas2 yang orang Jawa Magelang yg sudah 11 tahun mukim di sini. Menawarkan pengantaran 10 Ringgit Brunei ke Pusat Belia,full day travel 80 Ringgit, guest house 40 Ringgit. Orangnya helpfull. Tapi dasar saya keras kepala, saya mau jalan pakai plan awal saya, yaitu naik angkutan umum menuju pusat belia.
Ketiga, sopir dan kernet minibus angkutan di sini orang jawa semua. Penumpangnya para pekerja asing dan backpacker. Orang Brunei naik mobil pribadi.
Keempat, penginapan termurah 10 Ringgit Brunei. Untuk 1 orang per malam. Bentuk dormitory. Sering penuh. Check in paling lambat jam 4.30 petang. Kami datang jam 6 petang alias telat. Terpaksa cari hotel terdekat, yaitu Hotel Jubilee bertarif 95 Ringgit (hampir sejuta Rupiah). Uniknya untuk pinjam sajadah, adaptor dan remote TV dikenakan deposit peminjaman yang akan dikembalikan apabila check out dengan membawa sendiri barang yang dipinjam.
Kelima, banyak sekali pekerja asing. Terutama Indonesia khususnya Jawa.
Keenam, ada semacam airport tax 12 Ringgit yg distaples bersama boarding pass. Seperti airport Indonesia zaman dulu. Kemudian sobekan kertas boarding diambil setelah scanning xray. Bukan di depan pintu boarding.
Ketujuh, umumnya orang berjualan di pasar dalam pecahan 50 sen Ringgit Brunei (5 ribu Rupiah), 1, 2 dst. Jarang ada yang lebih kecil dari itu. Terasa mahal bila kita terbiasa dengan harga pecahan kecil2 di Indonesia.
Kedelapan, agama resmi Islam Sunni mazhab imam Syafii. Usai shalat selalu ada wirid dan doa berjamaah.
Kesembilan, dalam seminggu kita bisa menjelajah seluruh penjuru Brunei dengan angkutan umum yang ada. Itu cerita kernet minibus yang WNI asal Blitar.
Kesepuluh, orang asli Melayu Brunei sangat dimanjakan oleh pemerintahnya. Rumah2 besar ternyata kredit dari pemerintah Brunei dengan cicilan 25-35 tahun. Bahkan serumah bisa ditempati oleh 8 keluarga.
Kesebelas, tata kotanya rapi dan indah. Enak untuk jalan kaki. Transportasi umum juga memadai. Hanya saja jam 7 malam sudah berhenti beroperasi. Alternatifnya naik taksi dengan tarif termurah 10 Ringgit Brunei (hampir 100 ribu). Karena hampir semua produk impor dari tetangganya (termasuk Indonesia) serta mudahnya dapat uang negara ini(dari minyak bumi) sehingga harga terasa mahal untuk ukuran Indonesia. Namun masih sedikit dibawah Singapura.
Keduabelas, udara bersih, banyak hutan alami, trotoar yang nyaman untuk jogging, tak ada bunyi klakson karena jarang macet. Sebuah negeri yang nyaman apalagi jika biaya hidup yang tinggi sudah tidak menjadi kendala. Barakallah…

Cerita perjalanan ke Brunei

Sabtu, 17 Mei 2014. Perjalanan kumulai dari bandara Juanda Surabaya setelah diantar oleh sopir hotel Ibis Budget Juanda. Check in lancar meski ada insiden mbak2 check in Air Asia salah menempelkan airport tax domestik 75 ribu padahal seharusnya 200 ribu. Entah sengaja atau tidak saya tidak tahu. Kemudian saat scan di pemeriksaan petugas bandara tertulis expired. lah piye to iki. Petugasnya tak mau repot karena antrian panjang. Pagi itu sudah ramai penerbangan internasional. Ada Air Asia dan China Airlines ke Singapura dan Royal Brunei yang bersiap ke Bandar Seri Begawan. Kami yang ke Brunei transit di Kuala Lumpur juga sudah antri. Terminal 2 Juanda ini relatif bersih dan kinclong.

bwm_juanda t2 saat subuh

bandara juanda surabaya saat subuh

bwn_check in juanda t2 dari boarding room

check in sebelum subuh

bwn_ci juanda t2

dari boarding gate melihat tempat check in

Di keberangkatan ada bermacam restoran yang sudah buka pagi itu diantaranya Carls Jr, Starbuck. Tampak pula di sudut ada orang masih tidur. Di sini belum banyak yang memanfaatkan bandara buat tidur sambil nunggu penerbangan pagi tampaknya. Kemudian untuk mushola, sebenarnya sudah lumayan besar. Namun karena ada rombongan umroh jadinya membludak hingga selasar. Kebetulan selasarnya luas dan tak banyak penghalang sehingga dengan leluasa rombongan umroh dari kota Madiun ini bisa berjamaah. Dan saat masuk bis ke Air Asia yang ke Kuala Lumpur ketahuan bahwa rombongan umroh ini naik Air Asia juga, umroh hemat mungkin. Dari KLIA2 bisa lanjut ke Jeddah. Perjalanan ke KLIA2 lancar. Kami berdua pesan online : sandwich, tortilla tuna, nasi kuning manado dan nasi minyak palembang beberapa hari sebelumnya sehingga hemat 20%, plus gratis aqua 4 cup. Kenyang sekali sarapan sebanyak itu.

bwn_sarapan ke klia2

sarapan nasi kuning dan sandwich

Perjalanan 2 jam 35 menit ini mendarat di KLIA jam 9.40 pagi waktu Malaysia (sama dengan waktu Indonesia Tengah). Ini adalah kunjungan pertama ke KLIA2 setelah sebelumnya mendarat di LCCT. Tampak Malindo Air (saudaranya Lion Air) sudah parkir di samping. Dari sisi ukuran KLIA2 ini 5x lebih besar dan megah. Namun tidak semewah bandara Changi Singapura, mengingat disini lantainya ubin bukan karpet seperti Changi. Jalan kaki ke imigrasi dan bagasi mungkin sekitar 1 km. Antrian tak sepanjang waktu di LCCT. Dengan terbengong2 cari tahu (maklum pertama ke sini) kami telusuri pojok demi pojok yang sudah saya pelajari denahnya sebelumnya. Besar tapi tidak mewah, go green itulah konsepnya. Akhirnya kami ketemu dengan Jaya groceries untuk beli buah apel dan anggur.

bwn_jaya supermarket

jualannya lengkap dari berbagai negara

harganya cukup murah, 5 Ringgit dapat 4 apel New Zealand yang renyah kriuk kriuk. Menunggu di sini tak membosankan, berhubung “hanya” 3 jam kami transit, kami belum mengeksplorasi lebih banyak bandara ini. Jika bandara di Indonesia 95% orang Indonesia, di KLIA2 mungkin hanya 40% rasa Melayu seperti di Indonesia, selebihnya orang China, India, Jepang, Bule (Western), Arab. Karena ini menjadi penghubung antar negara (lebih banyak penerbangan internasionalnya daripada domestiknya belum lagi pelancong ke Malaysia). Kami sudah check in online dan tinggal cek dokumen paspor dan boarding pass yang oleh petugas diberi tulisan ruang tunggu dan cap pemeriksaan. Di ruang tunggu L1 ini kebanyakan orang Melayu dan India. Semua berpakaian sopan kecuali seorang cewek India hitam yang pakai hot pants.

bwn_tunggu ke brunei

menunggu pesawat ke brunei

 Boarding telat 30 menit. Penerbangan ke Brunei ini memakan waktu 2 jam 20 menit. Tampak beberapa penumpang yang duduk di hotseat yang berkali-kali diusir pramugara karena bukan tempat duduknya. Kalau mau duduk di situ harus bayar 30 Ringgit Malaysia. Menu yang kami pesan sebelumnya yaitu apple sandwich, cheesy sandwich burger, green curry dan nasi lemak. Total 38 Ringgit Malaysia.

bwn_ke brunei

makan nasi lemak dan sandwich ke brunei

Untuk sandwich dan burger tidak kami makan di pesawat, khawatir kesulitan cari makan di Brunei yang kabarnya sepi. Jam 4 petang kami tiba di Brunei. Di imigrasi ditanya kerja dimana, mau apa di Brunei dst. Lebih ramah dari imigrasi Malaysia. Di depan pintu keluar kami tunggu bus no 24. Menunggu 15 menit tak muncul juga tapi tadi lihat ada bus yang lewat atas (tempat drop off). Akhirnya kami naik ke lantai atas tempat keberangkatan. Diikuti mas-mas asal Magelang yang sudah mukim 11 tahun di Brunei, dan ceritanya sedang berusaha menjadi penduduk Brunei yang mensyaratkan tinggal terus menerus disana selama 20 tahun, kalau perempuan asal nikah dengan laki-laki Brunei bisa lebih cepat menjadi warga Brunei. Mas ini menawarkan jasa pengantaran dan penginapan, namun saya berkeras hati untuk ikuti rencana yang sudah saya buat yaitu naik bus. Kebetulan ada minibus no 23 warna hijau berhenti, maka kami naik dan berterimakasih ke mas tersebut karena sudah share/cerita. Memang ada saran dari beberapa tulisan blog mengenai warna dan nomor minibus yang disarankan, yaitu warna ungu/purple no 24 atau 36. Tapi menurut saya terserah nomor mana saja, karena semuanya akan bertemu di pusat terminal bus di Bandar Seri Begawan, cuma kita jadi mutar jauh dan lama. untuk naik bus ini cukup bayar 1 Ringgit Brunei (sama dengan Dollar Singapura = Rp 9000 an) jauh dekat. Untuk mencapai penginapan Pusat Belia-punya kemenpora Brunei memakan waktu 1,5 jam dengan bus ini, karena mutar ke Berakas dulu. Sedangkan kalau langsung cuma 20 menit an. Kami tiba di Pusat Belia sudah jam 6 sore. Dan ternyata kamar sudah penuh, padahal sudah reservasi ke kepala penginapan ini. Sempat menyesal kenapa tak mengiyakan saja tawaran mas-mas Magelang yang menawarkan transport (10 Ringgit) dan penginapan (40 Ringgit) tadi. Di sela kegalauan kami jalan menyusuri langit yang sudah mulai merah kegelapan menandakan sebentar lagi malam, dan bertanya ke remaja Brunei dimana penginapan murah terdekat. Dia tunjuk di kanan itu ada Terrace hotel dan Radisson, sedang di kiri ada hotel Jubilee dan hotel Bruneihotel Brunei. Kami ke Jubilee saja, dan ternyata tarifnya 95 Ringgit Brunei. Waaak, gak jadi ngirit. Hotel 900 ribuan kalau di Indonesia bisa buat menginap 5 hari 4 halam untuk hotel setipe ini.

bsb salah satu sudut BSB

salah satu sudut bandar seri begawan

bwn hotel 900ribuan di BSB

kamar 900 ribuan di bandar seri begawan

 Ini Brunei mas, jangan di kurs kan ke Rupiah. Cuma Singapura dan Hongkong yang pernah saya kunjungi dengan kemahalan seperti ini. Hotel tua dengan perabot hotel lengkap dari kayu, ada kulkas tapi tak ada kopi teh dan teko pemanas air. Saya ada janjian dengan ibu-ibu customer pemesan baju online dari istri setelah Isya. Setelah itu balik ke kamar, sholat, saya bisa tidur nyenyak sekali sampai akhirnya bangun jam 6.30 pagi.

Ahad, 18 Mei 2014. Kelebihan hotel ini adalah ada WIFI , sarapan dan tur tempat populer semuanya gratis. Setelah mandi kami jalan kaki keliling kota mulai Pasar Tamu Kianggeh, ke Kampung Ayer (Air) dan terminal pusat lalu balik kembali ke hotel untuk sarapan.

bwn hotel brunei dekat pasar tamu kianggeh

hotel brunei dekat pasar tamu kianggeh

bwn kampung ayer(air) di kejauhan

kampung ayer (air) di kejauhan

bwn sungai kianggeh

sungai dekat pasar kianggeh

bwn paling murah 50 sen Ringgit Brunei

jualannya per paket, timun 4 buah 50 sen

bwn pasar tamu kianggeh

suasana pasar kianggeh

Sarapannya di cafe hotel (D’Cafe) so simple ala carte (tak model buffet), ada banyak pilihan menu ala barat, yang sesuai lidah melayu cuma nasi goreng telur. Minumnya ada kopi yang sangat spesial buat saya (enak sampai refill 2x), teh dan perasan jeruk nipis. Nasi gorengnya cukup enak ala resto. Yang terlihat di sini cuma ada 2 orang China, 6 Melayu termasuk kami dan 1 bule perempuan. Pegawainya Pinoy (orang Philipina).

bwn_sarapan

sarapan nasi goreng dan buah

Setelah makan browsing via WIFI yang ternyata kencang sekali. Sejam cukup untuk update 20 aplikasi Android di hp saya. Kabar-kabar dan kirim foto narsis. Dan tibalah jam 9 pagi saat tur keliling kota Bandar Seri Begawan dimulai. Kami naik minibus yang cukup untuk 10 penumpang. Penumpangnya 6 tamu Melayu, 3 orang China dan 1 pemandu lokal. Kunjungan pertama ke kampung ayer, lalu ke masjid Omar Saefudin yang terkenal itu (bapaknya raja saat ini), ke masjid Hasanal Bolkiah (raja saat ini) dan ke air terjun mini.

bsb radisson BSB bertarif 135 Ringgit Brunei

hotel yang lebih bagus 135 ringgit brunei

bwn mall yayasan

mall yayasan

bwn masjid bolkiah

masjid bolkiah

bwn masjid omar

masjid omar saefudin

bwn menu jubilee

menu sarapan di hotel jubilee

bwn van hotel jubilee

van hotel jubilee

bwn_masjid omar 2

masjid omar saefuddin

bwn_masjid omar

masjid omar saefuddin tampak dari mall yayasan

Lalu balik lagi ke hotel. Kami manfaatkan waktu untuk browsing dan whatsapp-an dengan pengelola Pusat Belia untuk konfirmasi mau datang siang ini jam 2. Si empunya minta maaf karena kemarin ada hajatan di rumah tetangganya jadi pulang awal, dan meng OK kan reservasi saya. Lumayan berdua cuma bayar 20 Ringgit Brunei kalau bisa menginap di Pusat Belia. Usai packing kami check out dan jalan lagi menuju ke terminal pusat dimana ada rumah makan nasi katok mama yang pekerjanya para TKI. Lagu yang diputar pun ada lagu tak bermoral seperti “hamil duluan”, heran kok bisa lolos lagu kayak begitu di negara ini. Nasi katok yaitu nasi putih (beras siam), lauk ayam sepotong kecil-1/2 nya ayam KFC, sambal manis. Harganya cuma 1 Ringgit Brunei (9000 Rupiah). Lumayan buat mengganjal perut. Dari sini lanjut jalan ke Mall Yayasan yang didominasi TKI-Melayu Jawa. Rasanya seperti kombinasi mall mewah dengan ITC. Serupa dengan mall di Indonesia. Sebelum ke Pusat Belia kami makan dulu ayam goreng Jolibee (francishee Philipina) yang cukup murah, hanya 7,4 Ringgit Brunei untuk berdua, berisi 2 potong ayam, 2 nasi, kentang dan 2 gelas besar Coca Cola. Ada sertifikat halalnya.

bwn jollibee 7.4 Ringgit Brunei untuk berdua

paket 2 orang di jolibee seharga 7,4 ringgit brunei

bwn_nasi katok

nasi katok 1 ringgit brunei berupa nasi putih ayam goreng dan sambal tomat manis

bwn_yayasan mall

tampak depan mall yayasan

Terlihat anak-anak Brunei yang lahap dengan makanan cepat saji ini, sehingga sudah kegemukan di usia kanak-kanak. Fenomena umum di dunia. Dari Jolibee kami jalan kaki ke Pusat Belia melalui Dewan Pustaka yang di depannya ada gambar dan tulisan mirip Sumpah Pemuda (Satu Negara, Satu Bangsa, Satu Bahasa). Kemudian melewati lapangan yang ada bis DAMRI parkir. Tampak pula orang sedang memperbaiki jalan, pekerjanya India Tamil. Adik saya berucap ” jalanan masih bagus kok masih terus dilapis”, “negara kaya” balas saya. Sampailah kami ke Pusat Belia. Ternyata pagar samping nya masih tutup. Ada sekitar 10 rombongan peserta badminton antar departemen yang kecele tidak bisa lewat melalui pintu ini. Bapak2 Tionghoa yang mau hadir juga tanya ke saya “mau kemana dik” ” mau menginap di Pusat Belia””reservasi ke siapa?” ” ke pak Firdaus”, tampaknya orang ini sangat dikenali di sini, namun apa daya kita tunggu 1 jam lebih tak datang-datang, telpon juga tak diangkat. Kemudian ada askar (tentara) Brunei yang ikut nimbrung, “semua bilik sudah di book oleh askar Brunei yang ikut kompetisi Badminton, masa Firdaus masih terima tamu:””tak tahulah pak Cik, mungkin pak Firdaus nya malu, sampai tak berani muncul”. Ya sutra lah, kami ditunjukkan ada penginapan murah KH Soon yang berada depan persis hotel Brunei, dekat terminal bus pusat. cukup jalan kaki dari sini, menyusuri Sungai Kianggeh yang jernih dan tampak hotel Jubilee yang kami tempati hingga 3 jam lalu. Penginapan ini tidak murah. 40 Ringgit Brunei cuma dapat kamar tua sekali dengan AC dan kipas angin. Bangunan sebelum tahun 1945. Kami bersyukur kami masih bisa bayar. Meski jadul, dibawah ada pusat informasi pariwisata Brunei. Jendelanya persis berhadapan dengan jendela hotel Brunei yang tarifnya 135 Ringgit Brunei per malam. Setelah taruh tas kami jalan lagi ke terminal untuk observasi angkutan ke bandara. Tanya ke resepsionis KH Soon dan dijelaskan bahwa minibus no 23 yang langsung ke airport.

bwn k.h.soon guest house

guest house KH Soon

bwn terminal bus BSB

kami naik bus ini selama di bandar seri begawan

bwn_duit dan resit belanja

uang brunei

bwn_hotel brunei

hotel brunei dilihat dari kamar hostel kh soon

bwn_kamar kh soon

kamar kh soon

Cukup dekat penginapan ini ke terminal. Hanya 5 menit jalan santai. Ternyata minibus ini sopir dan kondekturnya sama dengan kemarin. Sopir orang Kras Kediri dan kondektur ibu2 dari Garum Blitar. Sopir baru 2 tahun kerja, kondektur sudah 7 tahun kerja. Sepanjang jalan kami ngobrol ngalor ngidul. Mulai penginapan yang kami kunjungi yang katanya jarang orang Indon nginap di sana. Yang banyak di Gadong dekat The Mall (mall paling besar) yaitu di Grand City Hotel (telpon 2452188) dan Palm Hotel. Untung juga kami menginap dulu di Jubilee karena ada buku kecil suplemen untuk turis dari Yellow Pages Brunei yang berisi informasi penting setebal 56 halaman yang menjadi buku panduan kami selama di Brunei. Brosur info wisata sangat minim, tak seperti Singapura, Malaysia ataupun Thailand. Kemudian cerita (entah fakta atau opini) rumah besar2 orang Brunei itu dicicil 35 tahun bisa sampai dari pengantin baru sampai jadi kakek nenek baru lunas, tapi hak milik punya sultan. Uang pemberian ditarik lagi buat nyicil rumah. Trus orang sini royal untuk urusan makan saat habis gajian, sehingga di akhir bulan biasanya cuma makan nasi katok yang harga 1 Ringgit. Kemudian tentaranya tidak segagah dan sehebat tentara Indonesia. Saat ada lomba keterampilan dan survival antar tentara negara ASEAN di Brunei tahun lalu, Indonesia juaranya. ya iyalah mbak. Di sini penduduknya cuma 400 ribu, dengan Blitar pun masih besar Blitar. Tapi pendapatan per kapita nya (World Bank 2010- ) http://concept-bank.com/?page_id=634  23.790 USD (250 juta per tahun) sedangkan Indonesia baru 2.946 (30 juta per tahun). Pertumbuhan ekonomi -1.8 di tahun 2009 sedangkan Indonesia tumbuh 6%. Jika penduduk Brunei 4 juta dan tak ada pertumbuhan ekonomi, per kapita nya bakal lebih rendah dari Indonesia. Asyik juga ngobrol dengan orang Indonesia di luar negeri. Jujur saja sebenarnya Indonesia sangatlah remeh jika dibanding-bandingkan dengan negara kecil macam Brunei, Singapura, Malaysia, Vietnam, Philipina maupun Thailand. Karena dari segi ukuran luas wilayah, jumlah penduduk dan kekayaan alam lebih sesuai dibandingkan dengan Amerika, Russia, China dan India. Cobalah tengok di peta ASEAN. Setengahnya adalah Indonesia. Brunei cuma serupa satu Provinsi di Indonesia (luas Brunei 6.700 km2, Bali 5.700 km2, Indonesia 1,9 juta km2), namun kaya dan teratur. Masih banyak yang harus dilakukan untuk kemajuan Indonesia. Usai turun dari minibus di terminal pusat, kami belanja buah dan snack di supermarket Hua Ho yang ada di mall Yayasan, istirahat sebentar di penginapan lalu berganti baju koko untuk sholat maghrib di masjid Omar Saefudin yang menjadi ikon Brunei Darussalam. Dari hotel hanya 200 meter saja melalui Bank Islam Brunei, Commonwealth dan HSBC. Hembusan AC terasa sejuk sekali sejak di pelataran masjid. Kemudian wudhu di kolam yang ada krannya. Mirip dengan masjid Ho Chi Minh Vietnam, masjid Negara Malaysia dan masjid Agung Palembang. tata cara ibadahnya seperti NU-mazhab Imam Syafii. Wirid dan doa bersama setelah sholat. Kami berdiam di masjid untuk baca Al Quran, nyaman, sejuk seperti di masjid Nabawi Madinah. Kemudian ke halaman masjid untuk mengambil gambar eloknya masjid di waktu malam sampai akhirnya tiba adzan Isya, kami sholat berjamaah lalu balik ke hotel untuk istirahat.

bsb senja di masjid omar

masjid omar di waktu senja

Senin, 19 Mei 2014. Jam 3 pagi saya sudah terbangun sekalian sholat malam mumpung sempat. Packing dan bersiap untuk naik minibus no 23 yang berangkat dari terminal jam 6.40 pagi melalui airport. Lagi-lagi sopir dan kondekturnya sama dengan kemarin. Orang Kediri dan Blitar. Ditanya kemana aja ?” seputar bandar saja mbak”, “kalau mau keliling Brunei sampai ke pelosoknya cukup seminggu” kata si mbak sambil buka tutup pintu untuk naik turunkan penumpang. Ke airport cuma butuh waktu 20 menit. Di sela itu si mbak juga sempat cerita meski berkali-kali direnovasi  kalau bandara Brunei kalah bagus dengan Juanda Surabaya, bahkan pernah berdebat dengan bos nya yang orang Brunei untuk membuktikan sendiri dengan datang ke Surabaya. Ternyata orang Brunei itu mengaku bandara Juanda Surabaya dari bandara Brunei. Kalau menurut saya sih, untuk tempat check in nya bagus di Brunei karena baru di renovasi sehingga mirip terminal 3 Jakarta, sedangkan ruang tunggu dan kedatangan masih bagus Surabaya. Bisa jadi suatu saat akan lebih bagus karena sedang dalam renovasi.

bwn_bandara BSB

check in di bandara brunei

bwn_bandara BSB2

suasana di bandara brunei

Check in disini lebih ketat seperti di Changi Singapura. Tas punggung ditimbang dan diberi label/tag. Sempat deg2an karena tas punggung saya tertimbang 10.5 kg padahal maksimal yg boleh masuk 7 kg. Ternyata tak masalah. Dari 8 penerbangan pagi itu, 7 diantaranya penerbangan Royal Brunei, sisanya 1 adalah Air Asia yang akan kami tumpangi ke KLIA2. Kami langsung masuk ke ruang tunggu keberangkatan. Ternyata kertas sobekan boarding diambil pegawai Air Asia setelah screen bawaan. Karena tidak tahu, kami langsung duduk sampai akhirnya melihat ada yang janggal saat penumpang Royal Brunei langsung naik pesawat tanpa ada petugas yang nyobek boarding pass seperti di bandara manapun. Petugas AirAsia-Chinese yang tengil nyeletuk “takut kena change over bagasi ya”.’terserah loe ngomong apa”. Boarding jam 9 berjalan lancar. tak lama setelah kami terbang, pesanan makanan kami disajikan berupa spicy tuna wrap dan nasi lemak. Enak sekali tuna dengan selada ini. Ngomong-ngomong makanan ringan di Air Asia, disajikan dengan tampilan keren dan porsi yang banyak, mengenyangkan seperti makanan berat.  Jam 12 pesawat mendarat di KLIA2. Imigrasi cepat dan kami menuju kaunter Hotlink untuk beli perdana seharga 8.8 Ringgit yang oleh petugasnya dibulatkan jadi 9 Ringgit. Isi pulsa 10 Ringgit yang kemudian saya top up 10 Ringgit. Pulsa 15 Ringgit ini bisa kami pakai telpon berkali-kali ke istri dan keluarga sekitar 1 jam, plus internetan sehari yg bertarif 2 Ringgit. Worth it. KLIA2 yang ramai dan menarik ini membuat kami betah dan tak sadar sudah 5 jam di mall bandara yang sejuk ini hingga akhirnya ke kaunter AA domestik dan diberitahu agar langsung ke terminal keberangkatan. Terminalnya lebih santai dengan pembatas hanya setinggi 1 meter. Ada toko Ipin dan Upin yang menjual souvenir film kartun edukasi tersebut. Kami jamak sholat maghrib dan isya juga di terminal ini. Nyaman. Akhirnya jam 7.30 malam ada panggilan boarding ke Langkawi, telat 15 menit.

Bagikan ini:

  • Facebook
  • LinkedIn
  • Lagi
  • Cetak
  • Reddit
  • Twitter
  • Tumblr
  • Pinterest
  • Pocket
  • Telegram
  • WhatsApp
  • Skype
  • Surat elektronik

Menyukai ini:

Suka Memuat...

Ikuti Kami

  • Instagram
  • Twitter
  • Facebook

Cari

Terjemahan

Kategori

  • Air Asia
  • Anadolujet
  • Ankara
  • Asian Games
  • Asuransi
  • Australia
  • Bali
  • Bandung
  • Bangkok
  • Banjarmasin
  • Batik Air
  • Batu
  • Bisnis
  • Bogor
  • Brunei Darussalam
  • Buku
  • Cappadocia
  • China
  • Citilink
  • Denizli
  • Doha
  • Emas
  • Emirates
  • Garuda Indonesia
  • Goreme
  • Ho Chi Minh
  • Hongkong
  • Hotel
  • Internet
  • Investasi
  • Islam
  • Istanbul
  • Jakarta
  • Jepang
  • Jetstar
  • Johor
  • Kereta api
  • KLM
  • Kontes
  • Kuala Lumpur
  • Kuliner
  • Kyoto
  • Langkawi
  • Lion Air
  • Lombok
  • Macau
  • Makassar
  • Malang
  • Malaysia
  • Malindo
  • Medan
  • Melbourne
  • MY Airlines
  • Olahraga
  • Olimpiade
  • Osaka
  • Palembang
  • Pamukkale
  • Pegasus
  • Penang
  • Perth
  • Qatar
  • Qatar Airways
  • Scoot Airlines review
  • Sea Games
  • Shenzen
  • Singapura
  • Solo
  • Sriwijaya Air
  • Surabaya
  • Sydney
  • Thailand
  • Tiger Air
  • Tips
  • Tokyo
  • Turki
  • Turkish Airlines
  • Umrah
  • Umroh
  • Vietnam
  • Wisata
  • Yogyakarta

Arsip

  • Januari 2023
  • Desember 2022
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022
  • Agustus 2022
  • Juli 2022
  • Juni 2022
  • Mei 2022
  • April 2022
  • Maret 2022
  • Februari 2022
  • Januari 2022
  • Desember 2021
  • November 2021
  • Oktober 2021
  • September 2021
  • Agustus 2021
  • Juli 2021
  • Juni 2021
  • Mei 2021
  • April 2021
  • Maret 2021
  • Februari 2021
  • Januari 2021
  • Desember 2020
  • November 2020
  • Oktober 2020
  • September 2020
  • Agustus 2020
  • Juli 2020
  • Juni 2020
  • Mei 2020
  • April 2020
  • Maret 2020
  • Februari 2020
  • Januari 2020
  • Desember 2019
  • November 2019
  • Oktober 2019
  • September 2019
  • Agustus 2019
  • Juli 2019
  • Juni 2019
  • Mei 2019
  • April 2019
  • Maret 2019
  • Februari 2019
  • Januari 2019
  • Desember 2018
  • November 2018
  • Oktober 2018
  • September 2018
  • Agustus 2018
  • Juli 2018
  • Juni 2018
  • Mei 2018
  • April 2018
  • Maret 2018
  • Februari 2018
  • Januari 2018
  • Desember 2017
  • November 2017
  • Oktober 2017
  • September 2017
  • Agustus 2017
  • Juli 2017
  • Juni 2017
  • Mei 2017
  • April 2017
  • Maret 2017
  • Februari 2017
  • Januari 2017
  • Desember 2016
  • November 2016
  • Oktober 2016
  • September 2016
  • Agustus 2016
  • Juli 2016
  • Juni 2016
  • Mei 2016
  • April 2016
  • Maret 2016
  • Februari 2016
  • Januari 2016
  • Desember 2015
  • November 2015
  • Oktober 2015
  • September 2015
  • Agustus 2015
  • Juli 2015
  • Juni 2015
  • Mei 2015
  • April 2015
  • Maret 2015
  • Februari 2015
  • Januari 2015
  • Desember 2014
  • November 2014
  • Oktober 2014
  • September 2014
  • Agustus 2014
  • Juli 2014
  • Juni 2014
  • Mei 2014
  • April 2014
  • Maret 2014
  • Februari 2014
  • Januari 2014
  • Desember 2013
  • November 2013
  • Oktober 2013
  • September 2013
  • Agustus 2013
  • Juli 2013
  • Juni 2013
  • Mei 2013
  • April 2013
  • Maret 2013
  • Februari 2013
  • Januari 2013
  • Desember 2012
  • November 2012
  • Oktober 2012
  • September 2012
  • Agustus 2012
  • Juli 2012
  • Juni 2012
  • Mei 2012
  • April 2012
  • Maret 2012
  • Februari 2012
  • Januari 2012
  • Desember 2011
  • November 2011
  • Oktober 2011
  • September 2011
  • April 2011
  • Maret 2011
  • Februari 2011
  • Januari 2011
  • September 2010
  • Mei 2010
  • April 2010

Blog di WordPress.com.

  • Ikuti Mengikuti
    • asambackpacker01.wordpress.com
    • Bergabunglah dengan 467 pengikut lainnya
    • Sudah punya akun WordPress.com? Login sekarang.
    • asambackpacker01.wordpress.com
    • Sesuaikan
    • Ikuti Mengikuti
    • Daftar
    • Masuk
    • Laporkan isi ini
    • Lihat situs dalam Pembaca
    • Kelola langganan
    • Ciutkan bilah ini
 

Memuat Komentar...
 

    %d blogger menyukai ini: