Tag
Air Asia, Air Asia Indonesia, bandung yogyakarta jalur darat, Garuda Indonesia, jalur mudik 2018, jalur selatan, jalur Utara, Kereta api, kereta api argo Parahyangan, kereta api argo parahyangan ekonomi, kereta Argo Parahyangan, mudik 2019, mudik jalur selatan, nasi lemak, Pansela, pantura, perhitungan zakat, pizza mini, sarapan omelette Garuda Indonesia
Ahad, 11 Juni 2018
Dari Bandung ke Yogyakarta melalui Tasikmalaya, Kebumen sejauh 395 km. Jalanan di Jawa Barat sangat mulus. Sedikit kemacetan di daerah Cileunyi karena bersamaan dengan pemudik lokal yang mudik ke Garut, Tasikmalaya maupun Ciamis serta pasar Limbangan, Malangbong. Selebihnya lancar.
Memasuki Jawa Tengah jalanan mulus sampai Majenang, kami sengaja lewat tengah kota yang sangat ramai dengan orang belanja persiapan lebaran. Dari Majenang lanjut Lumbir yang berkelok-kelok dan berhutan sampai Wangon dimana ada pertemuan dengan pemudik dari Pantura/Jakarta. Selanjutnya kondisi jalan di wilayah Banyumas, Kebumen, lumayan meski tidak semulus jalan yang sebelumnya, belok di jl Kejayan dimana kiri kanannya berupa sawah, belok kiri ke jalan Daendels sepanjang 110 km, belok kiri ke arah Yogyakarta melalui Wates.
Berangkat dari Bandung pukul 05.30 sampai rumah di Yogyakarta pukul 16.30 (11 jam). Sempat istirahat 1 jam isi bensin di daerah Banyumas.
Oh ya, jangan lupa bayar zakat tahunan sebelum lebaran ini. Berapa besarannya?, secara umum yang berkewajiban bayar zakat harta itu apabila punya harta tidak bergerak (emas, properti, gaji) setahun senilai di atas 85 gram emas (48 juta Rupiah), zakatnya 2,5%. Lain lagi dengan pertanian dan perkebunan. Lihat infografis dari CNN Indonesia berikut :
Jumat, 15 Juni 2018
Selamat hari raya idul Fitri 1439 H. Meriah sekali persiapan menyambut idul Fitri di kampung saya, mirip dengan tahun sebelumnya, yaitu adanya lampu hias dan lengkungan hiasan di jalan.
Saat syukuran setelah pulang dari masjid, masyarakat juga banyak yang membawa nasi gurih+ayam panggang/ingkung, urap, sambal goreng kentang makanan klasik di mushola/langgar tiap kali lebaran.
Ekonomi desa cukup membaik, dengan adanya sertifikasi guru dan dana desa. Tak kurang 33 juta yg didapat seorang guru desa dari uang sertifikasi 6 bulanan dan banyak orang kampung menerima beras miskin. Saya rasa agak kurang tepat sasaran program pemerintah ini, karena banyak guru yang lebih sibuk memikirkan cicilan mobil daripada meningkatkan kualitas dirinya, dan aparat desa yang nepotisme dalam menentukan penerima beras miskin dan penggunaan dana desa.
Positif nya adalah ekonomi masyarakat “seolah” makin meningkat, walaupun kenyataannya memberatkan keuangan negara akibat bertambahnya hutang. Dan semakin jauh jangkauan KPK hingga ke desa-desa karena korupsi kian merata.
Mungkin lebih baik digunakan untuk membangun infrastruktur, pendidikan kelas dunia (bukan dengan guru kualitas alakadarnya yang dipaksakan dengan lebih sibuk laporan administrasi sertifikasi), dan industri berorientasi ekspor bernilai tambah tinggi.
Alhamdulillah “tampak” ada peningkatan kesejahteraan warga desa meski tidak alamiah/terasa dipaksakan menggunakan anggaran negara dari hutang.
Selasa, 19 Juni 2018
Alhamdulillah mudik lebaran yang istimewa. Balik ke tempat kerja dengan Air Asia disambung dengan Garuda Indonesia. Yang terfoto cuma makanannya 😀
Senin, 25 Februari 2019
Insya Allah tahun ini mudik lebaran kembali menggunakan mobil mengingat pengalaman 2 lebaran sebelumnya jalur selatan Jawa masih manusiawi dan gratis (non tol). Karena gratis itulah jalanan tidak lurus seperti hal nya jalan tol. Tiket kereta api pasti jadi rebutan. Untuk tahun ini, adik saya di Tarakan tampaknya tidak mudik, mengingat tiket pesawat mahal, sekali jalan saja 2,5 juta/orang. Pergi pulang sudah 5 juta/orang. Tunggu saat harga normal saja, silaturahmi bisa kapan asal masih dikasih umur dan rezeki.