Kunjungan ke Melbourne dan Sydney bulan lalu merupakan kunjungan kedua setelah Perth di bulan Agustus 2014 . Dari sisi biaya terhitung cukup hemat. Namun sehemat-hematnya masih di atas 8 juta Rupiah. Keberangkatan dimulai dari Bandung, dengan rute Bandung-Yogyakarta dengan kereta api Lodaya (karena ada keperluan keluarga), Yogyakarta-Denpasar naik Air Asia, Denpasar-Melbourne naik Jetstar, Melbourne-Sydney naik kereta api NSW Link dimana sempat bersimpangan dengan arah ke Canberra, Sydney-Singapura naik Scoot Airlines, Singapura-Jakarta naik Air Asia, dan Jakarta-Bandung naik bus Primajasa. Maskapai lain yang melayani rute Denpasar-Australia (Sydney/Melbourne/Darwin/Brisbane/Perth/Adelaide Airport) ada Air Asia, Qantas dan Tiger Air.
Semua wahana yang saya kunjungi kali ini gratis. Termasuk tur yang diadakan kantor walikota Melbourne dan parlemen Victoria. Jadi hanya bayar transportasi, akomodasi, konsumsi dan oleh-oleh saja, tapi pengalaman nya terasa luar biasa. Kenapa? karena baru pertama tinggal di hostel, traveling sendirian, dan dapat tiket Denpasar-Melbourne yang hanya 549 ribu Rupiah untuk penerbangan 5,5 jam. Jujur saja, lain kali pengen naik full service airline, tinggal di hotel dan traveling bersama keluarga atau teman-teman.
Berikut Itinerary saya sejak berangkat dari Bandung Jumat, 20 Januari 2017 hingga kembali di Bandung Sabtu, 28 Januari 2017 :
Di hari terakhir sebelum pulang besok, akan saya manfaatkan untuk mengeksplorasi Sydney lebih mendalam. Terutama tempat yang iconik/identik dengan Sydney, antara lain Botanical Garden, Australia Day di Harbour Bay, pasar oleh-oleh Haymarket, dan Pantai Bondi yang sangat terkenal itu.
Setelah sholat, mandi, maka saya segera ke dapur untuk sarapan. Di sana tersedia banyak sekali roti, bermacam selai, susu serta aneka sereal (ada cornflake, riceflake, muesli, oatmeal). Memang lebih sedikit pilihan dibandingkan Europa hostel Melbourne yang menyediakan pancake. Enak sekali sarapan sambil minum kopi dan nonton TV di sofa yang empuk.
sarapan biji-bijan, roti gandum, dan kopi, kenyang dan sehat
sambil nonton kuis pagi berhadiah 20 ribu dollar
banyak pilihan biji-bijan, roti buat sarapan dan juga olesannya
sofa santai yang empuk buat duduk
Usai sarapan, lanjut jalan kaki menyusuri Elizabeth Street, masuk ke Hyde Park yang asri. Luas sekali taman ini. Ada Anzac memorial di selatan dan ada Archibald fountain di bagian utara. Di ujung utara dekat Archibald fountain ada festival menyambut Australia Day. Ada juga bus kuno tahun 1950 an yang dijalankan khusus untuk hari ini, bayarnya pakai koin emas ??? buat sumbangan ke yayasan sosial. Di Australia memang banyak yang gratis, tapi selalu ada kotak donasi. Tur gratis, perpustakaan, beberapa museum. Kalau punya uang silakan donasi.
panggung sydney festival
gerbang palace garden
Bus Sydney and Bondi Explorer
bus kuno yang keluar garasi setahun sekali
taman bunga
burung di taman
sydney tower eye
patung johan mcquire
Dari Hyde park, lanjut jalan lagi melalui taman bunga yang sangat cantik, barrack museum, the mint, Sydney hospital, parliament house, state library. Berhubung masih jam 9, gedung tersebut belum ada yang buka, kecuali Library. Setelah itu masuk ke Royal Botanic Garden. Taman yang sangat cantik dan ditata sedemikian rupa, sukar diceritakan, dengan foto-foto dibawah ini mungkin bisa menggambarkan nya. Dari tepian farm cove terlihat kapal pesiar dan persiapan perayaan. Saya jalan terus hingga Mrs Macquires Point/Chair di Domain dimana banyak orang bersantai melihat pemandangan Sydney, lalu balik ke Royal Botanic Garden dan melalui orang yang sedang asyik menikmati semilir angin dengan latar belakang Sydney Opera House dan jembatan. Lalu masuk ke dalam taman, di sana ada pohon tertua di Sydney, ada kolam besar, dan aneka taman. Ada juga wahana baru, the CALYX, semacam panggung yang dilengkapi tempat duduk. Saat saya kesana ada performance musik easy listening. Hiburan gratis.
rumput Australia yang tahan cuaca
pinggir pantai botanic garden
di sini mrs Mcquire-istri gubernur jendral NSW tahun 1810-1821 sering duduk mengamati kapal yang berangkat dan datang dari Inggris, mungkin ia rindu kampung halamannya.
penampakan jembatan dan Sydney opera house dari botanic garden
bunga matahari sedang mekar di musim panas
pohon tua yang dilindungi
orang suka jalan-jalan dan jogging di taman yang luas ini
salah satu sudut taman
dilengkapi bungalow
ini airnya hijau pekat dan berbusa, mungkin sudah waktunya dikuras
cuma rumput yang tampaknya nyaman buat geletakan
stasiun sentral Sydney
itik di kolam yang dipenuhi alga
Setelah puas 2 jam di Royal Botanic Garden, perjalanan saya lanjutkan ke Sydney Harbour, bukan mau naik Ferry,tapi melihat keramaian Australia Day. Ya, setiap tanggal 26 Januari diperingati sebagai hari Australia. Yang menandai kehadiran pertama kali bangsa barat ke Australia Yaitu pada 26 Januari 1788 menggunakan kapal Inggris di Port Jackson, New south Wales, dan pengibaran bendera Inggris di Sydney Cove oleh Gubernur Arthur Philips. Semua di area Sydney Harbour sekarang. Ramai sekali hiburan musik dari grup drum, angkatan laut Australia, parade kapal perang, parade kapal pesiar, parade pesawat perang, helikopter yang bawa bendera raksasa Australia. Area yang saya kelilingi mulai dari Sydney Opera House, The Rock, Miller Point hingga Haymarket. Ada pertunjukan orang Aborigin dekat terminal pelabuhan. Lalu jalan lagi, hingga dekat information center The Rock ada bazaar yang menjual produk khas Sydney/Australia, misalnya kerajinan kulit, woll, dendeng daging kanguru. Makanan pun ada, tapi saya lihat harganya seperti di restoran (diatas 10 AUD/porsi). Ada perbaikan George Street yang para pekerjanya teman sekamar saya di BIG hostel. Jauh sekali perjalanan ini, melalui Susanah Place (kos2an imigran pertama Australia), GPO (mall), Queen Victoria Building (QVB), strand arcade, Townhall, world Square, hingga akhirnya Haymarket. Catatan jalan kaki hari ini sudah 15 km. Pantesan kaki sudah mulai lecet.
kos-kosan pertama (dibangun tahun 1844) di Australia buat menampung imigran bule
strand arcade mall yang harum aroma kopi panggang
mau beli makanan halal Turki di sini, tapi antri
sibuk menonton pertunjukan musik di Australia Day
gedung Sydney contemporary art
nuansa tahun ayam di halaman Sydney opera house
pertunjukan ferry boat
patung Mathew Flinders, kartografer terbaik di masanya, yang meninggal di tahun 1814 di usia 40 tahun, penulis buku sumber sejarah A Voyage To Terra Australis
lumayan bisa minum gratis
pertunjukan akrobat menyerupai kumbang
bendera yang dibagikan gratis
mall queen Victoria building yang berdiri sejak 1898 dan tetap berfungsi
nongol di depan opera house
dendeng kanguru, geli mau coba
orang Aborigin sedang mempertunjukkan budayanya
ruang tunggu karantina pelabuhan Sydney, disini penumpang kapal pesiar turun
bus kuno yang dipakai setahun sekali
Di Haymarket/Paddys Market sempat keliru, masuk mall kelas menengah/sedang. Ada toko Giordano yang sale 50% kaus bertuliskan I Love Sydney lengkap dengan gambar jembatan dan Opera house nya. Sedangkan pasar sayur dan souvenirnya sendiri ada di bawah. Campuran pasar basah sayur dan buah dan pasar oleh-oleh. Mirip-mirip pasar di Indonesia, agak kotor. Souvenir di sini lumayan murah, 6 pin 5 AUD, 3 wadah pensil 5 AUD. Karena sudah sore/jam 4 dan lelah, saya balik ke hostel untuk istirahat, mandi, bikin kopi, makan siang, jalan lagi ke Bondi nanti jam 6.
disini tersedia souvenir murah Sydney made in China
pasar basah, yang tak jauh beda dengan pasar di Indonesia
pasar ada di lantai dasar/basement, di atas adalah mall
Pas jam 6 saya ke stasiun Central, top up 10 AUD di minimarket 7-11 . Lalu naik ke platform menuju Bondi Junction. Tidak lupa tap on saat masuk stasiun dan top off saat keluar stasiun. Dari Bondi Junction lanjut naik bus 336, turun di kota Bondi. Untuk ke pantai jalan kaki 800 meter melalui kafe dan perumahan. Banyak anak muda mulai mabuk di tepi jalan, sehingga pasangan bule di depan agak menjauh, saya pun ikut. Kalau sudah mabuk=tak berakal, lebih baik kami menghindar. Akhirnya sampailah saya di pantai. Beberapa pemuda tampak datang membawa satu krat beer. Ya, bukan barang aneh bir dan minuman keras di sini. Pantai Bondi lumayan bagus. Beda dengan Manly yang landai, pantai Bondi ada di lembah, namun pantainya sendiri landai, terlihat cukup indah dengan pasirnya yang berwarna keemasan.
pantai Bondi dimana sore hari banyak ketemu orang bawa satu krat beer
salah satu rumah di pantai Bondi, remang-remang gitu ya
Karena sudah jam 8 sore, saya balik menggunakan bus yang ke Sydney, turun di Sheraton sebelah Hyde Park. Dari sini sambung lagi bis ke Circular Quay. Ingin nonton pertunjukan musik di Opera House. Ada kejutan yang saya lihat, ada ibu bule dan 2 anaknya jualan bando dan tongkat yang nyala/fluoresans. Bule lain tampak manggut-manggut, mungkin karena semua usaha harus berizin, dan ini liar. Lengkap sudah pemandangan yang saya lihat di Sydney dan Melbourne. Diantara kemapanan, banyak pula orang yang kekurangan. Seperti gelandangan di Flinders station dan taman kota, serta yang baru saya lihat tadi.
Balik dari Circular Quay sudah jam 9.30, naik bus dan turun di depan stasiun Central . Karena kelelahan+ngantuk , saya sempat disorientasi, bingung arah ke hostel. Saya tenangkan diri sejenak, duduk di halte, tarik napas. Alhamdulillah konsentrasi kembali muncul dan saya bisa kembali ke hostel dengan selamat. Jalan jalan hari ini cukup hemat, Opal card 15 AUD setelah di top up tadi, kini masih sisa 10 AUD. Artinya naik kereta ke Circular Quay dan Bondi Junction, serta naik bus dari Bondi ke Sydney lalu ke Central hanya menghabiskan 5 AUD. Mudah-mudahan sisa ini cukup buat besok ke bandara.
Sesampai di hostel saya mencoba menghabiskan perbekalan yang belum saya masak, seperti pisang, susu pisang dan nachos. Alhamdulillah nachos bersertifikat halal ini enak, dan beberapa orang tampak melirik nachos yang sedang saya pegang, mungkin penasaran.
Hari keempat jalan ke Australia ini, pada pukul 4 pagi terbangun ketika sampai Yass station, dimana jika menurut peta, stasiun ini adalah tempat berganti kereta jika mau ke Canberra, ibukota Australia. Sepanjang jalan memang banyak penumpang yang naik dan turun, tidak hanya Melbourne-Sydney seperti yang saya tempuh. Mungkin juga mereka tinggal di kota-kota yang tidak terjangkau oleh pesawat terbang. Jam 6 penumpang dipersilakan datang ke restorasi buat sarapan. Seperti di Kereta Api Indonesia, sarapan juga harus dipesan/beli. Kakek sebelah saya mengembalikan selimut dan berterimakasih, kemudian ke restorasi. Saya sarapan donat isi strawberry yang lezat. Jam 6, sang kakek turun waktu saya di toilet, dan jam 7.00 kereta sampai di stasiun Central Sydney.
penumpang turun di sydney central
kartu opal
Sydney Central train station
papan informasi stasiun central
brosur mengenai opal card
bapak kereta api australia
Pemandangan stasiun Sydney agak berbeda dengan stasiun Melbourne, kesan kuno, besar seperti stasiun di film Amerika, dan melalui area rawan Redfern yang ada bengkel keretanya. Stasiun Central ini adalah ujung dari NSW Link, mirip stasiun kota, namun masih terhubung ke stasiun lain dalam kota Sydney. Di stasiun ini saya mampir di kios/minimarket Newslink untuk membeli kartu Opal sekalian diisi 20 AUD, dan berhubung langganan roaming Telkomsel habis, saya beli kartu seluler Optus 2 AUD dan isi pulsanya 10 AUD. No problem with Opal, tetapi agak bermasalah dengan kartu Optus. Petugasnya seorang ibu-ibu Chinese kebingungan, minta tolong supervisornya yang mbak-mbak India kasar, dan ternyata sama-sama tidak paham, hanya memperumit masalah. Akhirnya otak-atik sendiri, kebetulan setelah kartu dimasukkan ke handphone, bisa akses internet terbatas ke website Optus, dari situ tahu cara daftar (ID pakai saja no kartu kredit) dan cara isi ulang berikut cara beli paket internetnya. Dengan 12 AUD bisa dapat 1,5 GB berlaku 14 hari. Lebih murah 78% jika dibandingkan roaming Telkomsel yang 2×275 ribu= 550 ribu untuk masa aktif 6 hari dan dapat 1,5 GB. Tahu begitu sejak kedatangan di Melbourne 3 hari yang lalu langsung pakai Optus.
kereta api regional Sydney dan sekitarnya
Setelah membaca panduan dari NSW Rail, ternyata kartu Opal bisa dipakai di kereta api, bus kota, LRT (semacam tram) dan ferry. Maksimum charge/cap per hari adalah 15 AUD untuk Senin-Sabtu, sedangkan hari Minggu max cap is 2.5 AUD. Berhubung Opal saya 15 AUD, sekalian saja buat jalan ke Katoomba di kaki Blue Mountain yang terkenal itu. Saya tap on kartu Opal dan menunggu di jalur yang di tunjukkan di TV, sepi, tak lama kemudian, muncul petugas keturunan Asia Selatan dengan ramah menginformasikan jalurnya pindah. saya ikuti saja petunjuk petugas ini. Dan ternyata kereta yang ke Katoomba memang pindah jalur. Kereta ini bertingkat, mulai berangkat jam 8:18, melalui belasan stasiun, beberapa yang saya ingat Parramatta yang banyak pekerja asing naik dari sini,Olympic, kemudian Auburn yang ada masjid besar banget yang banyak orang Turki nya. Stasiun dekat Sydney berupa perumahan, kemudian kawasan industri dan akhirnya berangsur-angsur hutan, dan kota/kampung peristirahatan/villa.
Perjalanan cukup lama, 2 jam, dan akhirnya jam 10:43 siang berkabut, saya tiba di stasiun Katoomba. Mampir dulu ke toilet stasiun kuno ini, yang ternyata bersih dan modern. Keluar stasiun dengan tap off.
Dari stasiun jalan kaki 100 meter, menunggu di halte depan hotel, bersama puluhan turis dari China. Petunjuk di aplikasi Opal cukup jelas. Ketika bus tiba, ada insiden, seorang ibu-ibu lansia turis China terpeleset saat lari mengejar bus, barangnya terhambur, termasuk handphone nya pecah berantakan, yang paling kasihan itu beberapa giginya patah, karena mulutnya terbentur lantai. Ibu itu pergi bersama suami, anak dan menantu, beserta cucunya yang kemudian mereka mengumpulkan barang yang tercecer. Saat itu memang baru hujan dan ubin depan hotel tempat penumpang menunggu bus, basah. Kami antri masuk bus, tap on. Saya lihat ke ibu tadi,sepanjang jalan menangis tak bersuara, dan anak perempuannya terus membersihkan darah menggunakan tisu. Di three sisters lookout kami turun, tap off. Ibu itu kemudian dibawa ke klinik. Seharusnya di sini tampak 3 batu berjajar, namun karena cuaca berkabut (fog), sama sekali tak terlihat, pandangan terbatas 10 meter saja, saya tengok ke toko souvenir resmi yang cukup lengkap jualannya dan ada diskon 50% untuk kalender 2017. Karena tak banyak yang dilihat, saya naik bus lagi pindah ke scenic world, yang ada wahana kereta menuruni bukit dan kereta kabel untuk melihat pemandangan hutan di bawahnya. Sama saja, bahkan agak lebih pekat. Kecewa, ya sudahlah, saya juga lelah, akhirnya naik bus lagi, balik ke stasiun, mengejar kereta jam 12:14 siang, yang insya Allah sampai Central 2 jam kemudian tiba di stasiun Sydney Central. Jangan lupa tap on saat naik bus/masuk stasiun dan tap off saat turun bus/keluar stasiun, jika tidak ingin kena charge maksimal mingguan 60 AUD. Pemandangan ke kota Sydney sepanjang jalan adalah hutan semacam eukaliptus dan kayu putih, saya tertidur dalam perjalanan yang dingin dan senyap ini. Dan bangun ketika mendekati stasiun Sydney.
Dari stasiun saya jalan kaki 300 meter ke arah BIG Hostel. Bangunan kuno terawat. Saya agak shock karena gaya western yang cukup berbeda dengan Europa Hostel Melbourne yang saya inapi sebelumnya. Di sini saya check in, bayar 69 AUD + deposit 20 AUD+ AUD 2 charge kartu kredit. Setelah dapat kunci akses kamar dan pintu masuk hostel saat malam hari, 1 bungkus bantal, 2 bed sheet/cover. Ketika masuk kamar 103, ternyata kamar cukup luas, terdiri dari 8 ranjang. Penghuninya mayoritas mahasiswa bule Perancis yang sedang kerja/Working Holiday Visa membongkar George Street. Perawakannya kekar, dan mirip-mirip aktor Ridho Roma, Tom Cruise, Daniel Craig (James Bond) dan sebangsanya. Namun kebanyakan yang tak lancar bahasa Inggris. Australia ternyata jadi tempat merantau bule Eropa. Setelah istirahat sebentar dan mandi, akhirnya berangkat lagi. Namun sebelumnya saya bikin kopi dulu di dapur hostel, sambil nonton TV di sofa hostel yang nyaman. Kopi, teh, gula, air panas, tersedia di sini. Perlengkapan dapur seperti kompor gas, oven, microwave, gelas, piring, sendok, garpu, bisa digunakan kapan saja dan harus dicuci sendiri setelah pakai. ada peringatan, barangsiapa yang tidak mau mencuci sendiri, deposit 20 AUD akan hangus.
Jalan kaki 200 meter menyusuri jalan Elizabeth, lalu masuk stasiun Museum, tap on, masuk platform, naik kereta ke arah Circular Quay, setelah sampai, keluar stasiun, tap off. Tampak pemandangan laut. Saya naik ferry ke arah pantai Manly. Sebelum masuk ferry tap on dulu. Pemandangan spektakuler, mulai Opera House, Sydney Brigde, Botanic Garden, hingga akhirnya Manly. Di tempuh 30 menit, dengan ferry yang tenang (tidak berisik dan oleng). Di Manly banyak kafe, restoran. Supermarket Coles, Aldi, KFC dll tersedia lengkap di kawasan yang cantik ini. Untuk ke pantai Manly, dari jetty ferry perlu jalan kaki 500 meter. Pemandangan cukup cantik, mirip pantai Patong di Thailand. Banyak orang yang selesai berjemur, dan saat itu sudah sore, kemudian mandi di shower terbuka yang tersedia. Juga tampak ada yang masih ikut lomba selancar yang diikuti puluhan remaja. Tampak juga rombongan turis berjilbab sedang melihat pantai. Kemudian saya balik ke jetty ferry untuk kembali ke Circular Quay. Di Manly tak perlu top off dan top on, karena dihitungnya sekalian balik di Circular Quay/tak ada transportasi umum selain ferry penghubung antar dua tempat ini. Banyak penumpang termasuk saya, duduk di depan kemudi, foto foto. Pasangan di depan saya dengan cueknya berciuman hot dan bermesraan di depan penumpang lain, termasuk anak anak. Sekitar jam 6 sore, tiba di Circular Quay, naik ferry lagi ke Milson Point, dimana ada Luna Park. Karena wahana ini sedang tutup, setelah berfoto, saya naik kereta ke Central dan dari Central saya naik LRT. LRT ini melalui Townhall, Haymarket, Convention, Exhibition, Casino dan Fishmarket. Tadinya saya mau lihat fishmarket, tapi nyasar. dan ternyata fishmarket sudah tutup jam 4 sore tadi. Ya sudah balik lagi saja. Ada kejadian bapak-bapak Chinese ber jas di samping saya mem foto tanpa izin 2 cewek remaja bule yang berpakaian super seksi, dan ketahuan 3 cewek negro. Saya menoleh ke bapak itu, dan ternyata memang sedang berusaha mengalihkan mode foto ke mode lain. Bapak itu tak mengaku, dan akhirnya turun di stasiun terdekat, mungkin malu ketahuan. Dan cewek negro tadi berujar ke remaja bule “hati2 mungkin orang tadi mau berbuat jahat, bisa jadi dia germo”. Kedua remaja tadi tampak kebingungan.
Saya turun di halte town hall, tap off, dan jalan ke arah mall World Square untuk belanja di supermarket Coles. Melalui aplikasi android nya saya bisa mencari produk halal yang ada di sana buat konsumsi selama di Sydney dan buat oleh-oleh. Produk halal selain buah ternyata ada pie daging sapi, 2 pack 5 AUD, aneka coklat Mars buat oleh-oleh, dan juga mie instan cup Maggie. Sebenarnya pengen beli Indomie sate yang sudah tidak beredar di Indonesia, tapi tidak ada yang cup. Dari Coles, saya jalan kaki ke hostel sejauh 600 meter. Di hostel saya nikmati pie daging sapi dengan memasukkan microwave selama 2 menit, menyeduh mie cup, dan menyeduh teh. Sungguh nikmat rasanya makan minum di saat lapar, lelah, dan menikmatinya sambil menonton siaran langsung Australia Open 2017 di sofa hostel. Setelah makan, saya simpan sisa belanjaan ke refrigerator besar fasilitas hostel, kembali ke kamar, lalu bebersih di toilet, balik ke kamar, sholat, lalu tidur. Tengah malam ada gangguan, mahasiswa Perancis dari kamar sebelah mengerjai temannya yang ada di ruangan saya, sangat berisik. Tapi tak lama. Namun sesudah itu agak lama bisa tidur, karena di samping hostel sedang ada pekerjaan perbaikan jalan yang saya lihat tanda dilarang melintas tadi pas balik ke hostel.
Tempat menarik yang saya kunjungi hari ini :
Three sisters and scenic world Katoomba Blue Mountain
Sydney Harbour Bay (Opera House, Bridge)
Manly
Fish market
Ada penghematan yang signifikan menggunakan opal card hari ini, karena kalau lihat rinciannya harusnya bayar 42 AUD. Tapi berhubung ada max cap 15 AUD, jadi hemat 27 AUD (64%). Jika hari minggu max cap 2.5 AUD, hematnya lebih dahsyat lagi 39.5 AUD (95%).
Hari ini adalah hari terakhir saya di Melbourne, karena sore akan ke Sydney menggunakan kereta api. Seperti biasa, pagi-pagi setelah mandi, sarapan. Kali ini sarapan oat + susu, dan roti bakar. Agak santai hari ini, karena sambil menunggu saat check out. Jam 9.30 saya baru check out, kembalikan bungkus bantal dan dapat kembalian deposit 20 AUD.
Dari hostel naik tram ke terminal Southern Cross. Terminal ini lebih mirip mall, sedang ada sale 50%, yang kalau saya amati jatuhnya hampir sama dengan harga di Jakarta. Di sini saya menitipkan tas di loker otomatis bertarif 12 AUD/hari untuk ukuran sedang, dan 14 AUD ukuran besar.
Dari terminal, lanjut naik tram menuju gedung Parlemen untuk ikut tur. Posisi terminal di ujung barat sedangkan gedung Parlemen di ujung Timur area free tram zone CBD. Sekitar setengah jam waktu tempuhnya.Pas tiba di taman belakang Parlemen sudah jam 10.15, santai di taman yang cantik ini dulu.
Dan baru jam 11 tiba di gedung Parlemen. Masih kebagian tur jam 11.30. Petugas sekuriti di depan (orang Timor kayak nya) cukup tegas mengarahkan pengunjung, terutama pada turis China yang tak bisa berbahasa Inggris. Semua barang kecuali pakaian dan sepatu harus dilepas untuk di scan. Sesudah itu masuk ruangan registrasi dan masing-masing pengunjung dapat stiker visitor untuk ditempel di baju. Tur berlangsung 1,5 jam di ruangan sidang Parlemen, menjelaskan peran eksekutif dan yudikatif di Parlemen negara bagian Victoria. Ada memoriabilia olimpiade 1956 di Melbourne, foto penobatan ratu Elizabeth 2, juga “emas” bongkahan sebesar anak kambing di salah satu ruangan.entah emas beneran (nuggets)atau batu yang dicat emas.
Jam 1 siang tur selesai. Saya berjalan menuju halte no 4 bus Visitor Shuttle. Kalau di peta, bus parkir di bioskop setelah Chinatown, tapi setelah saya tunggu 15 menit tak muncul juga, dan tak ada tanda perhentian. Akhirnya saya jalan saja menuju halte tram Bourke Street. Tram melintasi mall tempat kejadian hari Minggu yang makin dipadati orang dan bunga duka cita. Jalan terus melalui kawasan perkantoran hingga akhirnya saya temukan perhentian no 11 bus Visitor Shuttle. Di sini saya menemukan bus tersebut dan naik hingga perhentian no 13, yaitu Botanical Garden.
Di halte Botanical Garden banyak kursi buat duduk santai, dan saya menikmati KFC kemarin sore yang masih enak dimakan. Entah karena wadah Tupperware yang rapat, atau karena udara kering, atau keduanya, sehingga makanan tidak cepat rusak. Usai makan, saya menyeberang ke monumen Remembrance Shrine, untuk menghargai para pahlawan Australia yang gugur dalam perang Galipoli bersama sekutu Inggris melawan pasukan Turki Muda pimpinan Ataturk. Meski mereka kalah, tapi itu adalah peran pertama negara Australia dalam usaha “menjaga perdamaian dunia”. Setelah di monumen selama 30 menit, saya menyeberang ke arah Botanical Garden.
Di depannya ada Observatorium (mini) Melbourne. Lalu kafe dan penjualan souvenir, baru masuk taman. Taman yang sangat rindang dan rimbun mengingat kan saya akan Botanical Garden di Singapura. Kurang lebih seperti itu, yang beda jenis tanamannya. Ada juga bekas tempat tinggal gubernur jenderal La Trobe dll. Karena luas sekali, cuma sekitar setengahnya yang saya jelajahi. Saya mengejar bus2 Visitor Shuttle terakhir. Ya, saya masih dapat bus jam 2.15, yang pas di perhentian no 1 jam sudah menunjukkan pukul 2.30.
Di sini saya turun, melihat isi Melbourne Art Museum. Ramai dengan acara seni dan anak-anak. Memang Januari adalah musim liburan musim panas sekolah di Australia. Di depan gedung ini ada pertunjukan/pengamen musik China dan semi akrobat. Dan sambil menunggu bus visitor Shuttle terakhir, jam 2.45, saya terhibur oleh pengamen Philipina dengan lagu evergreen/tahun 70an.
Bus berjalan melalui Federation Square, MCG, Chinatown (ternyata perhentian bus ini sebelum gerbang Chinatown), Fitzroy, Melbourne University (pengen banget lihat ke dalamnya, apa daya waktu terbatas), Queen Victoria Market yang sudah tutup jam 2 tadi, dan akhirnya sampai Docklands (ini video Dockland), kawasan pelabuhan yang dilengkapi mall dan apartemen.Sempat tergoda belanja di sini karena bisa dibilang murah-murah, tapi mengingat saya tidak beli bagasi, ya sudahlah, lihat-lihat saja. Lalu ke perhentian tram, baik yg free maupun yang tidak. Suasana nya asyik. Pantai dengan pohon palemnya. Ada yang unik, serombongan keluarga tradisional Srilanka (nenek nya berpakaian sari yang kelihatan perut) mengejar tram sambil melambaikan tangan, ya tram akan terus jalan kalau tidak di perhentian nya.
Saya turun di perhentian Central lanjut jalan kaki ke Victoria State Library yang sangat besar. Didepannya banyak anak muda bercengkerama, main skateboard, riuh. Sayang agak jorok, ada spot yang banyak ludahnya. Kontras dengan dalam perpustakaan yang sejuk dan tenang. Mengagumkan sekali, selain buku ternyata ini semacam galery seni. Untung saya mampir dan sempat masuk ke La Trobe room yang terkenal itu.
Sekitar satu jam di sini. Jam 6 sore saya keluar, naik tram ke selatan, sambung ke tram melalui Bourke Street (4 x lewat jalan ini hari ini) ke barat ke arah terminal Southern Cross yang megah. Di sini ambil tas, lalu ke kursi ruang tunggu. Jam 6.50 kereta sudah datang dari Sydney.
Body kereta mirip kereta Malaysia ETS. Tapi isinya bagus, seperti kereta eksekutif di Indonesia, sekalipun kelas ekonomi. Minus TV dan colokan listrik. Ada dispenser air dekat toilet. Di sebelah saya ada bule pensiunan yang ramah, mengajak ngobrol tapi sulit di dengar speelingnya/ngomong apa dia. Cuma tukang periksa tiket yang mengerti. Kereta berangkat tepat jam 7.50 sore.
Melalui kawasan industri, lalu ladang peternakan luas, ada sapi, kuda. Pantas saja susu segar satu liter cuma satu dollar. Semacam susu Greenfield yang seliter 25 ribu Rupiah. Cuma ada pengalaman baru, sisa susu segar yang saya beli dan konsumsi kemarin lusa malam (36 jam lalu) pagi tadi sudah menggumpal semacam agar-agar. Sudah tak layak konsumsi. Mungkin itu tanda kalau susu di sini benar-benar segar tanpa pengawet. Menjelang gelap jam 9, kami melihat kanguru melompat-lompat di Padang ilalang. Penumpang pun tampak asyik menengok keluar.
Sang kakek pun terus cerita dan ngobrol dengan kondektur, beliau pesan makan, dan makan di kafetaria. Kebetulan saya tadi beli paket 6 donat isi selai seharga AUD 6, yang enak dan mengenyangkan, yang lumayan bisa jadi pengganjal perut. Air tinggal ambil di dispenser. Sekitar jam 11 lampu kereta api di padamkan. Saatnya tidur. Saya ambil jaket dan selimut. Kakek yang di sebelah tampak menggigil kedinginan, karena cuma pakai kaos berkerah dan cuma bawa dompet+tiket. saya pinjami selimut, dan beliau berterimakasih berulang-ulang. Sampai akhirnya kami semua ketiduran.
Acara dan tempat menarik yang saya kunjungi di Melbourne hari ini :
– Tur Parlemen Victoria
– Botanical Garden dan monumen
– Arts Galery
– Kawasan pelabuhan Docklands
– Victoria Library
– Terminal Southern Cross dengan kereta NSW Rail yang saya naiki
Pengeluaran hari ini
– Kereta NSW Rail Melbourne-Sydney AUD 81 ~ Rp 810 k
Jawaban saya : Ya. Lebih karena sumberdaya alam yang melimpah dan manusia yang sedikit, sehingga biaya tenaga kerjanya juga ikut meningkat.
Aura mahal mulai terasa sejak naik pesawat Jetstar (anaknya Qantas) dari Denpasar ke Melbourne. Berapa seporsi makanan di pesawat ? nyaris 250 ribu Rupiah/porsi. Coba bandingkan dengan Air Asia yang cuma 33500 Rupiah/porsi jika pre order. Artinya sekitar 8x lipat harga makanan yang terbang ke Australia dibandingkan harga makanan Air Asia Indonesia.
Demikian juga saat balik dari Melbourne ke Singapura naik Scoot (anaknya Singapore Airlines)? ternyata 12 SGD (120 ribu Rupiah)/porsi. Lumayan, tak sampai 4x harga Air Asia, dan ada yang bersertifikat halal (Jetstar tidak ada yang bersertifikat halal)
Makanan darat sangat banyak pilihan sebenarnya, tetapi saya belum sempat coba. Hanya KFC, Gozleme Turki, donat di Melbourne saja yang sempat saya coba makan. Selebihnya masak belanjaan di Coles yang paling selisih 20% dari harga di Indonesia, bahkan untuk produk asli sana seperti susu, sayur dan buah lebih murah di Australia. Mi Instan Maggie Cup 90 cent (9100 Rupiah). Tidak takut kelaparan. Buat yang muslim bisa mengecek di aplikasi supermarket Coles, ketika di mesin pencari Coles, ketik kata halal, maka muncul sekitar 400 produk bersertifikat halal yang dijual di Coles.