Selama seminggu di Singapura dan Malaysia 22-28 Januari 2023 telah menempuh jalan kaki rata-rata 12.339 langkah per hari atau meningkat 8.651 langkah per hari di bandingkan waktu berada di Indonesia.
Pencapaian ini tak lepas dari penggunaan angkutan umum selama di sana, dimana berjalan kaki dari suatu tempat ke stasiun /halte. Adapun jalan trotoar di sana terbilang bagus, aman dan nyaman untuk jalan kaki.
Alhamdulillah, dengan jalan kaki ini badan terasa lebih bugar dan berat badan hanya naik 0,5 kg meski kami selalu makan kenyang seminggu di Singapura dan Malaysia untuk memenuhi asupan gizi agar tidak sakit.
Perjalanan dari Yogyakarta ke Singapura, Kuala Lumpur, Langkawi lalu balik ke Yogyakarta lagi ini berlangsung 7 hari, Ahad/Minggu 22- Sabtu 28 Januari 2023 bertepatan hari raya Imlek, tahun baru Cina. Momen yang tepat untuk melihat perayaan dan suasana liburan Imlek di negara yang populasi Tionghoa nya tinggi. Sekalian pakai paspor ketiga yang belum pernah dipakai sejak dicetak tahun 2019, dimana sempat beli tiket dan akomodasi ke Thailand Agustus tahun 2020 tapi semua batal karena adanya Covid19.
Itinerary di aplikasi Tripit
Dari Yogyakarta ke Singapura saat ini ada 3 penerbangan langsung, yaitu dengan Air Asia, Scoot dan yang terbaru Batik Air. Saya pilih Air Asia karena punya kredit voucher 750 ribu dari pembatalan terbang ke Bangkok Agustus tahun 2020 dahulu saat awal Covid19. Selain itu Air Asia yang rute Yogyakarta Singapura ini adalah Air Asia Indonesia, yang tentunya lebih familiar dengan kru dan pramugari/a Indonesia dan add on makanan, bagasi, souvenir dalam Rupiah.
Sebelum ke Singapura, kami berangkat naik Gocar, naik kereta bandara 20 ribu/orang, menginap dulu di hotel Cordia YIA pada hari Sabtu, 21 Januari 2023 jam 3 sore, karena tidak mau terburu-buru ke bandara esok paginya, karena pesawat berangkat jam 7 pagi, Minggu, 22 Januari 2023 bertepatan tahun baru Cina- imlek. Di Singapura imigrasi cepat dan mudah karena sudah isi aplikasi ICA, lalu ikut tur Singaporeward, saya pilih Former Supreme Court Tour, lalu ke Vivo City makan tomyam dan ikan saba, salat di masjid diraja Johor Telok Blangah, ke Chinatown dan ditutup melihat kemeriahan di Marina Bay Sands. Kami menginap di Spacepods@lavender
Setelah semalam menginap, salat subuh di masjid hajjah Fatimah, sarapan kepak ayam dan belanja pagi (Dilmah special CNY) di Singapura, 23 Januari 2023 lanjut ke Kuala Lumpur via darat ke terminal JB (Johor Bahru) Larkin dahulu. Naik bus SJE 4,8 Dollar dari terminal Queen street. Proses imigrasi bisa cepat (1 jam) saat weekday arah Malaysia dan bisa juga lama (4 jam) saat weekend dan musim liburan. Karena salah belok kiri setelah imigrasi/ arah ke JB Sentral, kami naik Grab sekitar 13 MYR ke terminal JB Larkin Sentral. Dari JB Larkin ke Kuala Lumpur naik bus. Bisa dipesan online melalui Easybook atau Redbus, mesin tiket di terminal Larkin maupun secara offline. Harganya sekitar 30 Ringgit. Per 1 Januari 2023 ada biaya cetak dan admin 2 MYR di loket penukaran tiket. Perjalanan sekitar 6,5 jam (telat 1,5 jam ada kemacetan di jalan tol negeri sembilan) dan turun di TBS (Terminal Bersepadu Selatan) yang terhubung dengan stesen komuter dan LRT BTS (Bandar Tasik Selatan) ke kota Kuala Lumpur.
Di Kuala Lumpur kami menginap 3 malam di hotel Avenue J jalan Lebuh Pasar dan puas menikmati kota ini. Point of interest kota ini antara lain mal terbesar di Malaysia dan no 2 dunia : IOI Puchong, mal fancy pertama di luar Jepang : Lalaport by Mitsui, makan di IKEA Damansara, belanja di Giant Sungei Wang, makan malam di Kampung Baru, NZ Curry, menyeberang Pintasan Saloma, belanja di Village grocer dan tukar duit di Antara Duit Money Changer Avenue K mall, ke muzium tekstil, jalan kaki ke kawasan masjid India, Jakel mall, mengunjungi pasar seni central market pasca Covid, menginap di hotel Avenue J, makan di AlBaik, dan melihat air mancur menari di masjid jamek area river of life tiap malam hari adalah hal baru dan menarik yang kami lakukan selama 4 hari 3 malam di Kuala Lumpur.
Kamis, 26 Januari 2023 kami lanjutkan perjalanan ke Langkawi. Sebelumnya saya pernah ke sana tahun 2014 bersama adik, karena terkesan, dan ada promo tiket maskapai terbaru Malaysia yaitu MYAirlines maka saya terbang ke sana dengan istri. Kalau buat sekedar tahu, di Langkawi cukup 24 jam karena pulaunya kecil, cukup diputari 8 jam dengan kereta sewa/rental mobil. Kali ini kami fokus menikmati pasar Kamis malam Temoyong, dan island hopping mengunjungi 3 pulau di selatan pulau Langkawi yaitu pulau Dayang Bunting, Singa Besar dan Beras Basah.
Setelah semalam menikmati keindahan Langkawi, esoknya kami balik ke Kuala Lumpur. Menginap di Tune Aeropolis di dekat bekas terminal LCCT yang pernah kami kunjungi tahun 2010-2013 dahulu. Ke sana pakai shuttle gratis yang disediakan Tune KLIA 2 yang satu grup. Tarif di hotel Tune Aeropolis hanya 1/2 daripada di hotel Tune KLIA 2. Mungkin karena lokasinya jauh dari terminal dan tidak bisa diakses dengan jalan kaki mengingat dikelilingi runway. Kalau naik Grab sekitar 25-50 Ringgit tergantung jam sibuk dan permintaan.
Hari Sabtu, 28 Januari 2023 kami balik ke Yogyakarta, kali ini naik Air Asia Malaysia (AK), bagasinya lebih mahal (446 ribu/20 kg) daripada bagasi Air Asia Indonesia (QZ) yang 420 ribu/20 kg. Makanannya juga lebih mahal dan menu yang sedikit beda.
Alhamdulilah lancar, berkesan dan menyenangkan perjalanan ke Singapura dan Malaysia kali ini.
Rekapitulasi biaya jalan-jalan selama 7 hari 6 malam termasuk menginap semalam di Cordia hotel YIA (total jadi 8 hari 7 malam) adalah sebagai berikut :
Selama kunjungan ke Singapura dan Malaysia 2023 kali ini kami 4x menggunakan pesawat sebagai alat transportasi, dengan rute : Yogyakarta-Singapura, Kuala Lumpur-Langkawi, Langkawi-Kuala Lumpur, dan Kuala Lumpur-Yogyakarta.
Berikut data penerbangan dari flightradar24 untuk penerbangan yang kami gunakan :
1. YIA-SIN (Yogyakarta-Singapura) : naik Air Asia Indonesia QZ658 yang jadwal berangkat pukul 7.45 WIB (aktual 7.51) dan mendarat pukul 10.45 (aktual 10.42) waktu Singapura. Semua kru pesawat adalah orang Indonesia, terlihat dari petugas ground Air Asia membawa setumpuk paspor biru Indonesia ke pesawat waktu kami boarding naik pesawat. Pelayanan OK. Saya pesan prebook meal makanan nasi kuning manado dan chicken rice total Rp 100.000,- termasuk 2 Aqua gelas 220 ml. Sedap. Harga tiket pesawat Rp 620.000,-(/orang) dan bagasi Rp 424.600,-(20 kg). Ini adalah tiket yang pertama kali saya beli dengan memanfaatkan credit shell Air Asia yang tidak jadi berangkat ke Bangkok karena Covid19 2 tahun lalu yang masa berlaku vouchernya habis tahun ini.
2. KUL-LKW (Kuala Lumpur-Langkawi) : naik My Airlines maskapai baru dari Malaysia yang mulai terbang 1 bulan yang lalu. Kabarnya kru nya (pramugari/a dan kru darat) banyak dari bekas pekerja airlines yang kena PHK waktu Covid-19. Tampaknya mereka sudah pengalaman dan tampak tulus melayani (mungkin tanda syukur). Harga tiket promonya RM 49 = Rp 177.750 (/pax), bagasi 20 kg nya RM 35= Rp 124.668 dan makanan roti jala serta jjajangmyeon RM 24 = Rp 85.487 termasuk 2 kotak teh krisan.
3. LKW-KUL (Langkawi-Kuala Lumpur) : setelah puas setengah hari tur antar pulau dayang bunting, memberi makan elang, dan bras basah, kami pulang naik My Airlines lagi. Harga tiket promonya RM 69 = Rp 250.250 (/pax), bagasi 20 kg nya RM 35= Rp 124.668 dan makanan nasi lemak serta mee goreng mamak RM 24 = Rp 85.487 termasuk 2 kotak teh krisan.
4. KUL-YIA (Kuala Lumpur-Yogyakarta) : setelah seminggu di luar negeri, akhirnya kami balik ke Indonesia dengan Air Asia Malaysia AK348. Pramugari/a dan pilotnya bukan orang Indonesia. Kebetulan di belakang kami ada ibu single parent usia 63 yang ulang tahun, maka ada greeting dari pramugara/i dan pemberian cokelat. Eh, salah satu pramugari curhat (dalam bahasa Inggris) ke ibu yang sedang ulang tahun itu, kalau ia mengagumi ibu itu, ia mengaku asalnya dari Dubai dan menjadikan Malaysia sebagai second home, ia juga janda, , karena suaminya menceraikannya karena anaknya tidak mirip dengan dia. Pramugari itu dan pramugara keturunan Tamil-namanya Clement heboh jualan di pesawat, sehingga perjalanan 2,5 jam menjadi ramai. Harga tiket pesawat RM 299 = Rp 897.850 (/pax), bagasi 20 kg RM 123,2 = Rp 446.600, makanan chicken rice (sebenarnya pesan thai chicken basil tapi not ready) dan 2 chicken sandwich RM 31=Rp 112.375 termasuk 2 botol air mineral Spritzer 250 ml. Tiket termahal dalam perjalanan seminggu ini. Kebanyakan penumpangnya turis asal Malaysia, yang agak tersendat prosedur bukti sertifikat vaksin Covid19 dan imei handphone waktu masuk imigrasi Indonesia, sedangkan WNI lancar saja. Pesawat ini dilengkapi WIFI, free untuk nonton hiburan, namun sering terhenti ketika ada pengumuman dari pilot maupun pramugari/a.
Hari ini kami awali salat Subuh di masjid Hajjah Fatimah yang berjarak 1,2 km dari hotel. Sepanjang jalan kami amati ternyata sudah banyak orang yang beraktivitas. Subuh di Singapura sekitar jam 6 pagi. Banyak orang yang tidur dekat kolam pancing Rochor river yang kebanyakan orang Tamil, mungkin pekerja konstruksi asing dari India yang sedang menghabiskan libur akhir pekan.
Ketika kami sampai di masjid jam 6.15 pagi, terdengar imam sudah salam, berarti kami ketinggalan jamaah. Ketika kami salat orang-orang masih baca doa panjang. Hajjah Fatimah adalah orang Melaka, istri saudagar kaya Bugis di tempat itu sekitar tahun 1825 dan masjid ini selesai dibangun tahun 1846. Masjid ini telah dijadikan monumen nasional oleh pemerintah Singapura pada 28 Juni 1973.
Dari masjid lanjut sarapan halal nasi padang Podomoro, sebelah Firman shah cafe (Google maps). Saya makan nasi lemak 5 SGD, sedangkan istri makan nasi kepak terong 4 SGD. Cukup enak, beras putih, ayamnya besar-besar digoreng kering renyah. Yang jelas masih fresh semua bahannya. Memang agak tinggi harganya karena beberapa tempat ada yang jual nasi lemak 2,5 SGD tapi porsinya lebih kecil.
Setelah sarapan kami lanjutkan jalan ke hotel, melalui jalan North Bridge, Sultan, Victoria hingga supermarket Fairprice di Kitchener Complex, di sini kami beli buah pisang dan roti untuk bekal jalan ke Malaysia. Lalu check out hotel yang cukup mudah dengan meletakkan kunci kamar di meja resepsionis. Kami lanjutkan perjalanan ke terminal Queen dengan jalan kaki sejauh 1,4 km. Trotoar yang rapi memudahkan perjalanan ke terminal. Kami sempat melalui pemakaman muslim dan Sekolah Islam Aljunied.
Selanjutnya membeli tiket sampai terminal Larkin Johor seharga SGD 4,8. Bus nya SJE. Sebenarnya kami cari Bus kuning CW 2 yang lebih banyak frekuensinya, namun hari ini masih libur imlek sehingga Bus banyak yang diliburkan. Kami naik saja SJE karena tidak ada pilihan Bus lain, meski pengalaman dahulu, Bus ini jarang ada, sehingga kalau tak mau nambah biaya lagi, tak ganti Bus. Internet Singtel masih sisa banyak, 99 GB dan berlaku hingga 19 Februari 2023.
Perjalanan sampai imigrasi Singapura sekitar 1 jam, sampai Malaysia 1,5 jam. Lalu kami salah keluar belok kiri ke arah JB sentral, harusnya setelah imigrasi ke kanan. Tak boleh kembali ke dalam, sehingga kami putuskan naik taksi Grab saja setelah mempertimbangkan naik bus kota lama sekali berangkat nya, berhubung hampir jam 11, bisa bisa ketinggalan Bus ke Kuala Lumpur jam 11.30. Naik Grab dari CIQ Jim Quee ke terminal JB Larkin 13 Ringgit pada jarak 8 km.
Di terminal Larkin kami tukarkan print pemesanan dengan tiket Bus, bayar 2 Ringgit per orang, berdua bayar 4 Ringgit. Bus berangkat agak molor dari jam 11.30 menjadi 11.45 karena masih menunggu beberapa orang yang telat boarding. Lalu bus melaju ke Kuala Lumpur, mampir rest area daerah Melaka, ke toilet, beli bakpao dan buah potong, ada juga mesin minuman 2 Ringgit dekat toilet wanita. Lalu lanjut jalan, menemui banyak kemacetan di sekitar Negeri Sembilan. Baru pukul 18 bus tiba di TBS (Terminal Bersepadu Selatan), terlambat 1,5 jam dari jadwal.
Kami lanjut ke Avenue J Hotel Central Market jalan lebuh pasar besar Kuala Lumpur 50050 menggunakan LRT dari stesen BTS (Bandar Tasik Selatan) yang terhubung dengan TBS ke stesen Masjid Jamek. Dari stesen menyusuri jalan Benteng yang tampak masjid jamek, lalu jalan yang dipenuhi pedagang kaki lima makanan. Check in disambut resepsionis cowok Melayu yang meminta paspor, pajak turis 3 malam x 10 Ringgit, dan deposit 50 Ringgit. Dapat kartu dalam kemasan yang dilengkapi dengan username dan password WIFI. Kami dapat kamar 205 yang mempunyai 2 jendela, 1 menghadap river of life masjid jamek dan 1 menghadap KL city galery yang ada tulisan i love KL. Sesuai permintaan. Tarif kamar deluxe ini Rp 366.667 per malam (1.09 juta/3 malam) yang sudah dibayarkan di Agoda waktu di Indonesia, dan termasuk sarapan. Sangat cantik pemandangan dan strategis lokasinya. Dapat pula amplop angpao yang berisi tulisan : TIME HEALS ALL WOUNDS…waktu menyembuhkan semua luka. dalam sekali maknanya. Di lobi juga tersedia buku bacaan dan sofa yang sangat nyaman.
Dari hotel kami jalan lagi makan malam nasi briani (10 Ringgit) dan teh tarik (2 Ringgit) di AlBaik yang enak sekali. Lalu naik LRT dari Pasar Seni ke KLCC tepatnya ke mal Avenue K yang ada di sebelah kiri stesen. Akses langsung dari exit LRT ada Antara Duit money changer tempat saya menukarkan sisa SGD dan Village Grocer yang kami kunjungi untuk bekal dan oleh-oleh saat itu. Kurs di Antara Duit bagus, 1 SGD = 3,152 MYR. Sedangkan Village Grocer tampaknya segmen nya untuk expatriat karena jualannya produk import seperti keju, daging dll, produk lokalnya pun lebih mahal dibandingkan di supermarket untuk lokal seperti AEON yang kami kunjungi esok harinya (misal 1 pack teh tarik Boh isi 15 sachet di Village Grocer 17,5 Ringgit, di AEON cuma 13,5 Ringgit, bedanya 4 Ringgit-15 ribu Rupiah), namun karena kami datang saat hampir tutup, maka dapat harga diskon 50% untuk croissant dan buah.
Untuk bayarnya saya pakai debit BCA Mastercard, sempat di tempelkan ke contactless reader oleh kasir tapi tak terjadi transaksi, maklum debit BCA belum ada fitur contactless, akhirnya pakai PIN. Usai tukar duit dan belanja kami pulang naik LRT KLCC ke masjid Jamek. Kami sengaja tidak ke KLCC Petronas karena sebelumnya tiap ke KL selalu ke sana, masih banyak tempat di KL yang belum kami kunjungi. Kami sempat muter-muter ga penting karena salah ambil exit di masjid india, padahal bisa cukup 1 menit lewat exit masjid jamek, karena salah exit jadi 10 menit. Dari stesen ke hotel lewat river of life. Masih tampak puluhan orang, remaja dan anak-anak menonton pertunjukan air menari yang malam itu diiringi lagu
Negaraku by Joe Flizzow, Altimet, SonaOne, Faizal Tahir
. Ini videonya.
Pengeluaran hari ke dua jalan jalan di Singapura-Malaysia (untuk 2 orang) kali ini adalah sebagai berikut :
Kami sengaja ke Singapura pada tanggal ini karena ingin mengetahui suasana tahun baru Cina / imlek di Singapura, yang mayoritas penduduknya adalah keturunan Cina/Tionghoa. Pembelian tiket kali ini terdorong karena masih mempunyai credit shell Air Asia sebesar 732 ribu yang merupakan pengembalian akibat pembatalan penerbangan Air Asia ke Bangkok 2,5 tahun lalu karena pandemi Covid19 dan masa berlaku credit shell akan segera berakhir tahun ini. Selain itu paspor yang kami buat pasca ke Singapura dan Malaysia 2019 lalu belum pernah kami pakai. Waktu ke Singapura 2019 dulu merencanakan mampir ke Chinatown tidak jadi karena ingin fokus ke Johor Bahru, Kuala Lumpur dan Colmar Tropicale.
Check in online Air Asia sudah kami lakukan 4 hari sebelum keberangkatan, entah kenapa check in Air Asia Indonesia (QZ) baru bisa dilakukan 4 hari sebelum keberangkatan, padahal biasanya 14 hari sebelum keberangkatan. Malah tiket Air Asia Malaysia (AK) Kuala Lumpur-Yogyakarta sudah bisa check in 2 minggu sebelumnya. Di bandara check in lagi sekaligus drop bagasi.
Semenjak masuk ruang tunggu bandara YIA mulai tampak suasana imlek dengan dekorasi gerbang Kampung Ketandan yang merupakan Chinatown dekat jalan Malioboro Yogyakarta. Petugas AirAsia pemeriksa masuk ruang tunggu keberangkatan juga memakai pakaian dan riasan ala Cina. Baru pertama kali kami masuk ke ruang check in dan ruang tunggu bandara YIA. Cukup takjub dengan besar dan bagusnya interior terminal keberangkatan bandara ini. Langit-langitnya tinggi, banyak tenant brand asing dan dalam negeri yang buka outlet di sini. Misal Starbuck, Periplus, Bakpia Jogja, Mie Akhir Bulan, Pang Ai Ya, Kepala Djenggot, dll.
Ada juga Science Corner by Taman Pintar yang keren, toilet bersih, dan ruang tunggu yang luas serta berlangit langit tinggi. Pemandangan ke landasan pacu, laut dan parkir pesawat pun terbuka luas. Ini masih bisa diakses semua penumpang, baik tujuan domestik maupun internasional.
Sejam sebelum keberangkatan, ruang tunggu internasional dibuka. Boarding pass dan paspor diperiksa pegawai Air Asia berdandan mencolok ala Tionghoa. Lalu pemeriksaan paspor. Ada 3 petugas yang bertugas pagi itu. Beberapa orang tampak tertahan, disuruh menunggu di pojokan mungkin akan ditanya lebih lanjut. Yang sudah selesai imigrasi langsung mencari tempat duduk masing-masing. Ada beberapa kursi dilengkapi dengan steker listrik. Kami menunggu pesawat AirAsia dari Denpasar yang mendarat 15 menit sebelum melanjutkan penerbangan ke Singapura pukul 7.45 WIB. Pukul 7.25 panggilan boarding naik ke pesawat. Tampak pegawai Air Asia tergopoh-gopoh membawa setumpuk paspor milik kru (pilot dan pramugari/a) Air Asia Indonesia ini.
AirAsia Indonesia QZ 658 ini menggunakan pesawat Airbus 320 yang sudah berumur 10 tahun, bekas AirAsia Malaysia. Semua kru nya orang Indonesia. Buku menunya juga berbahasa Indonesia. Kami sudah pesan prebook meal nasi kuning Manado dan chicken rice seharga masing-masing Rp 50.000. Termasuk aqua gelas 220 ml. Semuanya sedap nikmat.
Pesawat berangkat pukul 7.51 dan mendarat dengan selamat di Singapura pukul 10.42 waktu Singapura, perjalanan 1 jam 51 menit. Sempat belok belok di atas daratan, rupanya itu pulau-pulau Batam, Bintan dan sekitarnya. Sungguh luas sekali negara Indonesia.
Setelah kami sampai Changi terminal 4, penumpang banyak ke toilet, lanjut ke Imigrasi. Saat ini perlu mengisi formulir online di aplikasi MyICAmobile, paling cepat 3 hari sebelum keberangkatan, apabila disetujui pemerintah Singapura, izin berlaku sampai 30 hari untuk sekali masuk. Di bandara tinggal masuk gate dengan petugas yang mencocokkan data yang masuk di aplikasi, tanpa isi kertas lagi. Lalu ke tempat pengambilan bagasi. Dari pengambilan bagasi, pindah ke terminal 3 menggunakan bus ke terminal 1 dulu, lalu naik Skytrain pindah ke terminal 3 counter Travelex, turun ke lantai 1 kedatangan untuk ambil Simcard Singtel yang saya beli di Klook seharga 15 SGD diskon menjadi 12 SGD berisi 100 GB internet Singapura, 3 GB internet roaming (bisa dipakai di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Australia) dan 3 SGD EZ Link untuk naik bis/MRT. Plug n play tanpa prosedur yang susah-susah karena petugas Travelex yang mendaftarkan paspor kita.
Main: $0.00 Exp:19-02-23. hi!Tourist: 500 Local min,100 Local SMS,30 Intl. Call min,100.000GB Local Data, Exp:19-02-23. WhatsApp Plan Exp:19-02-23. Facebook Plan Exp:19-02-23. WeChat Plan Exp:19-02-23. LINE Plan Exp:19-02-23.
Setelah mendapat kartu Singtel kami ke stasiun MRT Changi, top up ez link kartu Singtel 10 SGD. Istri pakai debit visa contactless Sinarmas yang ternyata dapat digunakan di MRT Singapura seperti yang dipromosikan Bank Sinarmas. Tinggal tempel, gate MRT langsung terbuka. Simpel.
Dari MRT Changi ke MRT Lavender memakan waktu sekitar 1 jam, keluar di exit B langsung terhubung di sisi utara jalan. Di sini kami ketemu outlet minuman boba Liho yang vouchernya saya beli di Klook. Redeem lancar. Boba nya kami bawa untuk bekal. Dari sini jalan ke hostel Spacepod@lavender melalui Burger King, MC Donald, supermarket Fairprice, 7 eleven dll. Daerah perumahan yang rindang dengan pohon besar. Tak sulit menemukan hostel Spacepod@lavender yang pengalaman menginapnya saya tulis di sini.
Potongan Rp45,000 untuk pengalaman travel unik pertama anda dengan Klook! Hai! Ada diskon Rp45,000 untuk berbagai aktivitas populer, hotel, dan lainnya di Klook. Cukup sign up melalui link ini: https://s.klook.com/c/pow17w
Karena ada rencana mengikuti Back of House Tour di Former Supreme Court yang masuk ke dalam program Singaporewards yang dimajukan dari pukul 16.30 menjadi 14.30, maka kami bergegas ke lokasi dengan naik bus SMRT No 145, tur ini kurang lebih berisi : Tur eksklusif ini menawarkan sekilas ke area terlarang bekas Mahkamah Agung, biasanya di luar batas untuk umum. Pergi ke belakang layar dan cari tahu lebih lanjut tentang proses ruang sidang dan pengalaman orang-orang yang diadili saat Anda:
Lintasi jaringan lorong tersembunyi
Panjat melalui pintu jebakan ke dermaga tahanan
Dapatkan akses ke Viewing Gallery di mana anggota masyarakat biasa duduk selama persidangan
Temukan kisah beberapa kasus paling terkenal dalam sejarah Singapura sejak 1939, yang diadili di ruang sidang ini.
Tur yang semula dijadwalkan 1 jam ini ternyata molor menjadi 2 jam, tampaknya guide Mr Loke CM yang didampingi cik Ibrahim bersemangat memandu kami. Secara bersamaan ada pameran karya seni, yang kebanyakan adalah seniman Indonesia.
Sebenarnya setelah tur, kami bisa menukarkan tiket sebagai voucher diskon SGD 15 untuk makan minum di Courtyard Cafe, namun ternyata sedang tutup, libur Imlek semua. Wah sayang sekali, jadinya kami minum boba Liho sambil duduk dekat serombongan TKW Filipina yang sedang bikin video Tiktok di tangga National Gallery. Sambil menunggu hujan reda sebelum kami lanjut ke Vivo City, mal terbesar di Singapura yang ternyata benar-benar besar, mungkin seukuran Trans Studio Mall Bandung.
Ketika hujan masih rintik-rintik, kami berpayung ke arah halte, naik lagi bus 145 ke Vivo City. Hujan lebat di luar bus. Syukurnya, ternyata halte bus di Vivo dilengkapi dengan atap, sehingga sampai mal terlindungi, aman dari basah hujan. Mal ini dipenuhi pengunjung, mungkin mal terbesar dan teramai yang pernah saya kunjungi di Singapura. Kami mau redeem voucher Klook di Yakun Kaya, Ben Jerry ice cream dan Polar Bakery, namun semuanya tutup libur CNY. Padahal cuma hari ini saya di Singapura, besok dari pagi harus cabut karena mau ke Malaysia. Akhirnya kepikiran untuk memberikan voucher ke teman yang tinggal di Singapura.
Di Vivo City kami makan sore sekalian makan malam, karena sudah pukul 17.00. Kami pilih ke foodcourt Kopitiam yang terbagi menjadi 2 zona, yaitu hijau untuk makanan minuman halal, putih untuk makanan minuman non halal. Kedua tempat beda warna alat makan ini terpisah tempat pencucian alat makannya dan kedainya. Tempat duduknya bebas, namun biasanya otomatis dekat dengan kedua zona masing-masing. Saya beli Tomyam Seafood dengan mie lebar 8 SGD, istri pesan ikan Saba dengan nasi 7 SGD. Semua makanannya sedap. Mungkin terlalu banyak irisan cabe dan kecap asin yang saya tambahkan ke tomyam sehingga kurang nyaman menghabiskannya, takut sakit perut.
Usai makan, kami lanjut keluar mal melalui exit D stasiun MRT Harbour Front menuju masjid Diraja Telok Blangah yang ada di seberang mal. Uniknya masjid ini tetap dikelola kerajaan Johor, penguasa Singapura sebelum kemerdekaan. Masjid ini terawat sangar baik, ada mata air yang senantiasa mengalir, dan ada pemakaman kuno nya. Kami salat salat jamak qashar Dzuhur Ashar di sini. Karpetnya empuk, tebal dan harum.
Setelah dari masjid, kami balik lagi ke mal untuk memastikan Ben Jery, Polar dan Yakun kaya apakah benar-benar tutup, ternyata benar-benar tutup seperti yang tertulis Instagram mereka. Lalu kedepan melihat dekorasi CNY milik mal, masuk lagi turun ke MRT Harbour front menuju MRT Chinatown, kami beralih ke MRT karena hari sudah mulai gelap dan mau yang tercepat sampai.Sesampai di Chinatown ternyata perayaan imlek tak semeriah ekspektasi yang terlihat di Youtube. Mungkin banyak yang sedang merayakan di luar Singapura. Banyak lapak yang sudah tutup.
Jalan sekitar 1 km belok ke selatan dengan pemandangan restoran, akhirnya ketemu Buddha Tooth Relic Temple & Museum yang megah, secara demografi penduduk Singapura paling banyak saat ini beragama Buddha 31,1%, disusul Islam dengan 15,6%. Bagian dalam wihara ditutup dan kebanyakan pengunjung hanya bisa melihat dari luar. Tampak pula panggung bekas komunitas Kreta Ayer mengadakan pertunjukan budaya.
Kami jalan ke MRT Maxwell menuju MRT Marina Bay sebelum akhirnya ke MRT Bayfront untuk menonton pertunjukan Spectra-A Light & Water Show di depan Marina Bay Sand. Karena ribet dengan stasiun MRT Marina Bay yang sangat dalam eskalatornya (terdalam di Singapura) dan berkelok peralihan/transitnya, kami sampai Bayfront sudah pukul 20.29, acara sudah bubar. Tinggal acara pusaran air di kaca cekung yang kami tonton, dan dari jauh lampu LightOnSingapore di gedung tempat kami tur 6 jam sebelumnya. Melewati mal Marina Bay Sand yang mewah tapi bisa diakses semua kalangan, kami balik ke hostel naik MRT Downtown Line menuju stasiun MRT Bendemeer. Stasiun MRT ini juga dalam, dan sekitarnya sepi, ada padang/halaman yang luas sebelum akhirnya kami sampai ke hostel. Ketika kami sampai pukul 21.10, tamu pods atas belum sampai juga, mungkin masih jalan-jalan di kota, kami leluasa untuk salat jamak qasar Maghrib dan Isya. Pas tengah tidur saya terbangun karena mereka datang, saya intip dari tirai pods, ternyata mereka sedang bereskan satu koper yang isinya oleh-oleh Singapura. Bangun jam 5.30 pagi mereka sudah pergi, mungkin kejar penerbangan pagi ke Jakarta.
Rincian biaya hari pertama jalan-jalan di Singapura untuk 2 orang :
*)tiketAir Asia 620.000/orang x 2 = 1,240.000-732.150 (credit shell ex Jakarta Bangkok 2020)=517.850