Kunjungan ke Melbourne dan Sydney bulan lalu merupakan kunjungan kedua setelah Perth di bulan Agustus 2014 . Dari sisi biaya terhitung cukup hemat. Namun sehemat-hematnya masih di atas 8 juta Rupiah. Keberangkatan dimulai dari Bandung, dengan rute Bandung-Yogyakarta dengan kereta api Lodaya (karena ada keperluan keluarga), Yogyakarta-Denpasar naik Air Asia, Denpasar-Melbourne naik Jetstar, Melbourne-Sydney naik kereta api NSW Link dimana sempat bersimpangan dengan arah ke Canberra, Sydney-Singapura naik Scoot Airlines, Singapura-Jakarta naik Air Asia, dan Jakarta-Bandung naik bus Primajasa. Maskapai lain yang melayani rute Denpasar-Australia (Sydney/Melbourne/Darwin/Brisbane/Perth/Adelaide Airport) ada Air Asia, Qantas dan Tiger Air.
Semua wahana yang saya kunjungi kali ini gratis. Termasuk tur yang diadakan kantor walikota Melbourne dan parlemen Victoria. Jadi hanya bayar transportasi, akomodasi, konsumsi dan oleh-oleh saja, tapi pengalaman nya terasa luar biasa. Kenapa? karena baru pertama tinggal di hostel, traveling sendirian, dan dapat tiket Denpasar-Melbourne yang hanya 549 ribu Rupiah untuk penerbangan 5,5 jam. Jujur saja, lain kali pengen naik full service airline, tinggal di hotel dan traveling bersama keluarga atau teman-teman.
Berikut Itinerary saya sejak berangkat dari Bandung Jumat, 20 Januari 2017 hingga kembali di Bandung Sabtu, 28 Januari 2017 :
Mungkin ada yang bertanya, pesawat Scoot dari negara mana ? pesawat Scoot punya siapa? berapa ratingnya ? jawabannya dari negara Singapura, kepunyaan/anak perusahaan Singapore Airlines untuk low cost carrier, ratingnya 5/10 di Airlinequality dan 3.5/5 di Tripadvisor. Link video pengalaman saya naik Scoot Airlines ada di sini
tempat makan di bandara Sydney, path rute terbang, patung ayam dan Travelex di Changi
Hari ini, hari terakhir saya di Sydney Australia. Bangun pagi-pagi dari Big Hostel, mandi, berdandan, sholat subuh, lalu sarapan. Sarapan menghabiskan belanjaan kemarin, antara lain : susu, pisang, apel, pie daging. Tiga pertama langsung saya konsumsi, sementara pie harus saya panaskan di microwave. Saya juga buat bekal berupa 2 tangkup roti yang olesi bermacam selai buah khas Australia seperti : peach, apricot, blueberry, orange peel, strawberry. Dan saya masukkan ke dalam wadah Tupperware. Untuk minum saya bikin tea hangat. Sesudah itu nonton channel 7 yang menyiarkan beberapa peristiwa kemarin, antara lain Australia Day, jatuhnya pesawat kecil di Swan River Perth yang menewaskan 2 orang, dan suasana berkabung national atas kejadian di Melbourne hari Minggu lalu. Ada juga live boyband dan undian cashcow yang berhasil 20ribu AUD.
Beres sarapan, saya packing ulang. Setelah beres, bawa seprai dan sarung bantal untuk mencairkan deposit 20 AUD. Perjalanan ke bandara saya tempuh dengan jalan kaki 400 meter dari hostel menuju Central Station. Tap on kartu Opal lalu ke lorong no 21 naik Train ke Mc Arthur melalui Bandara International Sydney. Kalau langsung, biayanya 17 AUD. Sedangkan bila tidak langsung seperti yang saya lakukan, dari Central ke Mascot dulu, tap off 2 AUD, masuk lagi tap on masuk platform 2, naik kereta arah terminal international, tap off 8 AUD. Total 10 AUD. Hemat 7 AUD. Ada cara yang lebih hemat, turun di stasiun Mascot, jalan kaki ke halte depan TNT, naik bus no 400. Biayanya sekitar 7 AUD. Hemat 10 AUD. Ada beberapa penumpang budget ketat yang menempuh cara ini. Sah-sah saja.
Sesampai airport jam 10 masih menunggu 30 menit. Beli jus oren asli seharga 3.2 AUD pakai koin. Nikmat dan segar betul jus ini. Tiba – tiba ada nenek-nenek berjilbab logat Betawi, ngobrol dengan saudarinya, pas ditinggal saudarinya pergi check in Air Asia ke Kuala Lumpur, malah mendatangi dan mengajak ngobrol saya, nanya-nanya dan ganti saya tanya ternyata sejak tahun 1975 beliau migrasi ke Australia bersama suaminya yang seorang dokter, dan tahun 1986 resmi jadi warna negara Australia. Beliau bilang, Australia terima orang punya skill keterampilan seperti dokter dan insinyur. Beliau juga cerita di Australia mudah dapat duit, yang susah mendidik anak cucu. Bagai mana tidak, pemandangan orang berpakaian mini, alcohol, tato, berciuman adalah hal yang umum di sana. Beliau dan suaminya cinta mati dengan Indonesia, meski berpaspor Australia. Berhubung sudah pensiun, tiap bulan bisa pelesiran. Tiap seminggu dibayar 16 juta Rupiah (1600 AUD). Kali ini beliau mau liburan ke Kuala Lumpur bersama keluarga. Tinggal menikmati hidup.
di vending machine Sydney airport sebotol 4 dollar, di Indonesia semacam ini 7500 rupiah
pilot dan kru Air Asia X akan terbang ke Kuala Lumpur
Pas rombongan beliau selesai check in, sudah jam 10.30 pagi dan waktunya check in Scoot TZ1 yang saya tumpangi ke Singapura. Proses check in cepat. Meski ketentuannya kabin 7 kg, pas saya timbang 9 kg, tidak di minta tambahan. Karena memang ada jatah tambahan buat laptop 3 kg sehingga asalkan tidak lebih 10 kg tidak masalah. Check in lancar, lalu ke Australia Post buat menghabiskan 10 keping koin bermacam nominal yang susah menukarkannya di luar Australia, total nya senilai 4 AUD. Muter-muter nyari akhirnya menemukan notes bersampul gambar orang Aborigin dan binatang khas seperti kanguru, koala, burung dkk.
banyak orang India yang akan transit di Changi, termasuk mbak depan counter check in ini yang bermarga Kaur, dia sempat kebingungan isi form imigrasi di Changi karena harus ganti pesawat lain
tempat yang cocok buat menghabiskan sisa koin recehan
Lalu masuk ke imigrasi. Meski belum epaspor saya masuk autogate, scan paspor, lalu scan iris mata, lalu ditanya-tanya kapan ke sini, berapa hari, kemana saja, apa yang dilakukan dan seterusnya. Itu saya rasa resiko kalau jalan sendiri. Karena biasanya wisatawan datang ramai-ramai bersama rombongannya. No way, yang penting jawab jujur dan tegas. Tidak sampai itu saja, pas pemeriksaan barang bawaan di geledah lagi. Ada susu kotak rasa pisang yang belum saya minum, mau disita. Sayang dong, saya minta izin, dan diperbolehkan. Saya minum dekat petugasnya. Jauh lebih ketat rasa nya pemeriksaan di Sydney, dibanding dengan Perth 2,5 tahun lalu yang pemeriksaan nya cepat sekali.
Masuk ruang tunggu Kingsford Smith airport saya terpana, brand ternama dunia membikin butik di dalam bandara. Keren. Karena recehan sudah habis, maka saya jalan terus kurang lebih satu km menuju ruang tunggu 58 yang masih sepi. Oh ya, ada tempat isi air dekat toilet, air nya segar serasa Aqua. Ada juga WiFi gratis yang kencang. Cocok dengan airport tax yang mahal, 700 ribu an. Saya mau habis kan kuota 1,5 GB Optus yang saya beli kemarin lusa, dengan nonton YouTube, update aplikasi. Ternyata masih sisa 400 MB. Ya sudah, tak terkejar lagi. Tahu gitu pakai Optus dari hari pertama. Perlu nya dikit, hanya buat kabar kabar, Googlemap, Myki & Opal card, dan update email. Di hostel dan tempat umum juga tersedia WiFi gratis.
famous buat cewek
ini versi premium souvenir Australia
Pukul 14.00 pesawat berangkat. Jumlah penumpang tak sampai setengah kapasitas. Kabinnya benar-benar ekonomis, tanpa audio video. Interior pesawat paling kaku dan membosankan yang pernah saya naiki. Meski sudah 3 kursi buat 1 orang, masih banyak deretan yang kosong. Mungkin karena pas tahun baru imlek, orang-orang tidak berpergian. Karena longgar dan bisa selonjoran, maka penerbangan 8 jam ini menyenangkan. Termasuk nonton film di gadget sendiri. Kalau mau nonton di Scoot juga boleh, pakai gadget masing-masing penumpang, pakai jalur WiFi, film jadul, bayar 9 Dollar Singapura . Beberapa kali turbulensi ketika masuk wilayah negara tercinta, Indonesia. Saya pesan mi rebus rasa ayam, dan teh heaven and earth. Sedap sekali, meski mahal, 9 SGD, yang penting halal dan memang lagi haus dan lapar. Bayar nya bisa pakai SGD atau kartu kredit.
Scoot Airlines big yella fella Sydney-Singapore
ini kursi scoot, ada tv dan wifi berbayar
kosong dari Sydney sampai Singapura, dan kaku sekali desain bagian belakang kursinya.
dapur nya Scoot
pengganjal perut dan penghilang dahaga. Alhamdulillah
Ada kabar dari majalah Scoot kalau Tiger Air pada tengah tahun 2017 akan menjadi Scoot. Oh ya, kalau mau praktis bisa duduk di Scootbiz, semacam kelas bisnis, termasuk scootmeal, bagasi dan pilih tempat duduk. Kalau lihat video orang lain naik dari Bangkok ke Singapura yang tayang di Youtube, tampaknya kurang, pengalaman orang bisa saja beda-beda.
Sampai di Changi sudah pukul 18.30 alias lebih cepat 20 menit dari jadwal (padahal berangkat ya telat setengah jam). Pesawat parkirnya jauh sekali dari terminal 2, sehingga harus naik bus ke terminal, langsung imigrasi yang panjang mengular. Kondisi Changi suram, tak secemerlang 2-3 tahun lalu, dan tak sudah terlihat tua/out of date. Panduan bandaranya cuma selembar kertas lipat, dulu buku. Lalu pindah ke terminal 1 dimana Air Asia berapa, dengan Skytrain. Sesudah cetak boarding pass, masuk imigrasi dan menunggu pesawat Air Asia yang jadwal nya berangkat pukul 21.50, namun mundur satu jam menjadi 22.50. Penerbangan ini penuh penumpang, sehingga saya dapat kursi no 3 (hot seat) tanpa bayar. Alhamdulillah pukul 23.30 pesawat mendarat dengan selamat di Cengkareng.
patung ayam di Changi
Biaya hari ke 6 :
-Refund deposit BIG hostel 20 AUD ~ 200 k Rupiah
– kereta ke bandara turun naik di Mascot 10 AUD~100 k Rupiah
Hari keempat jalan ke Australia ini, pada pukul 4 pagi terbangun ketika sampai Yass station, dimana jika menurut peta, stasiun ini adalah tempat berganti kereta jika mau ke Canberra, ibukota Australia. Sepanjang jalan memang banyak penumpang yang naik dan turun, tidak hanya Melbourne-Sydney seperti yang saya tempuh. Mungkin juga mereka tinggal di kota-kota yang tidak terjangkau oleh pesawat terbang. Jam 6 penumpang dipersilakan datang ke restorasi buat sarapan. Seperti di Kereta Api Indonesia, sarapan juga harus dipesan/beli. Kakek sebelah saya mengembalikan selimut dan berterimakasih, kemudian ke restorasi. Saya sarapan donat isi strawberry yang lezat. Jam 6, sang kakek turun waktu saya di toilet, dan jam 7.00 kereta sampai di stasiun Central Sydney.
penumpang turun di sydney central
kartu opal
Sydney Central train station
papan informasi stasiun central
brosur mengenai opal card
bapak kereta api australia
Pemandangan stasiun Sydney agak berbeda dengan stasiun Melbourne, kesan kuno, besar seperti stasiun di film Amerika, dan melalui area rawan Redfern yang ada bengkel keretanya. Stasiun Central ini adalah ujung dari NSW Link, mirip stasiun kota, namun masih terhubung ke stasiun lain dalam kota Sydney. Di stasiun ini saya mampir di kios/minimarket Newslink untuk membeli kartu Opal sekalian diisi 20 AUD, dan berhubung langganan roaming Telkomsel habis, saya beli kartu seluler Optus 2 AUD dan isi pulsanya 10 AUD. No problem with Opal, tetapi agak bermasalah dengan kartu Optus. Petugasnya seorang ibu-ibu Chinese kebingungan, minta tolong supervisornya yang mbak-mbak India kasar, dan ternyata sama-sama tidak paham, hanya memperumit masalah. Akhirnya otak-atik sendiri, kebetulan setelah kartu dimasukkan ke handphone, bisa akses internet terbatas ke website Optus, dari situ tahu cara daftar (ID pakai saja no kartu kredit) dan cara isi ulang berikut cara beli paket internetnya. Dengan 12 AUD bisa dapat 1,5 GB berlaku 14 hari. Lebih murah 78% jika dibandingkan roaming Telkomsel yang 2×275 ribu= 550 ribu untuk masa aktif 6 hari dan dapat 1,5 GB. Tahu begitu sejak kedatangan di Melbourne 3 hari yang lalu langsung pakai Optus.
kereta api regional Sydney dan sekitarnya
Setelah membaca panduan dari NSW Rail, ternyata kartu Opal bisa dipakai di kereta api, bus kota, LRT (semacam tram) dan ferry. Maksimum charge/cap per hari adalah 15 AUD untuk Senin-Sabtu, sedangkan hari Minggu max cap is 2.5 AUD. Berhubung Opal saya 15 AUD, sekalian saja buat jalan ke Katoomba di kaki Blue Mountain yang terkenal itu. Saya tap on kartu Opal dan menunggu di jalur yang di tunjukkan di TV, sepi, tak lama kemudian, muncul petugas keturunan Asia Selatan dengan ramah menginformasikan jalurnya pindah. saya ikuti saja petunjuk petugas ini. Dan ternyata kereta yang ke Katoomba memang pindah jalur. Kereta ini bertingkat, mulai berangkat jam 8:18, melalui belasan stasiun, beberapa yang saya ingat Parramatta yang banyak pekerja asing naik dari sini,Olympic, kemudian Auburn yang ada masjid besar banget yang banyak orang Turki nya. Stasiun dekat Sydney berupa perumahan, kemudian kawasan industri dan akhirnya berangsur-angsur hutan, dan kota/kampung peristirahatan/villa.
Perjalanan cukup lama, 2 jam, dan akhirnya jam 10:43 siang berkabut, saya tiba di stasiun Katoomba. Mampir dulu ke toilet stasiun kuno ini, yang ternyata bersih dan modern. Keluar stasiun dengan tap off.
Dari stasiun jalan kaki 100 meter, menunggu di halte depan hotel, bersama puluhan turis dari China. Petunjuk di aplikasi Opal cukup jelas. Ketika bus tiba, ada insiden, seorang ibu-ibu lansia turis China terpeleset saat lari mengejar bus, barangnya terhambur, termasuk handphone nya pecah berantakan, yang paling kasihan itu beberapa giginya patah, karena mulutnya terbentur lantai. Ibu itu pergi bersama suami, anak dan menantu, beserta cucunya yang kemudian mereka mengumpulkan barang yang tercecer. Saat itu memang baru hujan dan ubin depan hotel tempat penumpang menunggu bus, basah. Kami antri masuk bus, tap on. Saya lihat ke ibu tadi,sepanjang jalan menangis tak bersuara, dan anak perempuannya terus membersihkan darah menggunakan tisu. Di three sisters lookout kami turun, tap off. Ibu itu kemudian dibawa ke klinik. Seharusnya di sini tampak 3 batu berjajar, namun karena cuaca berkabut (fog), sama sekali tak terlihat, pandangan terbatas 10 meter saja, saya tengok ke toko souvenir resmi yang cukup lengkap jualannya dan ada diskon 50% untuk kalender 2017. Karena tak banyak yang dilihat, saya naik bus lagi pindah ke scenic world, yang ada wahana kereta menuruni bukit dan kereta kabel untuk melihat pemandangan hutan di bawahnya. Sama saja, bahkan agak lebih pekat. Kecewa, ya sudahlah, saya juga lelah, akhirnya naik bus lagi, balik ke stasiun, mengejar kereta jam 12:14 siang, yang insya Allah sampai Central 2 jam kemudian tiba di stasiun Sydney Central. Jangan lupa tap on saat naik bus/masuk stasiun dan tap off saat turun bus/keluar stasiun, jika tidak ingin kena charge maksimal mingguan 60 AUD. Pemandangan ke kota Sydney sepanjang jalan adalah hutan semacam eukaliptus dan kayu putih, saya tertidur dalam perjalanan yang dingin dan senyap ini. Dan bangun ketika mendekati stasiun Sydney.
Dari stasiun saya jalan kaki 300 meter ke arah BIG Hostel. Bangunan kuno terawat. Saya agak shock karena gaya western yang cukup berbeda dengan Europa Hostel Melbourne yang saya inapi sebelumnya. Di sini saya check in, bayar 69 AUD + deposit 20 AUD+ AUD 2 charge kartu kredit. Setelah dapat kunci akses kamar dan pintu masuk hostel saat malam hari, 1 bungkus bantal, 2 bed sheet/cover. Ketika masuk kamar 103, ternyata kamar cukup luas, terdiri dari 8 ranjang. Penghuninya mayoritas mahasiswa bule Perancis yang sedang kerja/Working Holiday Visa membongkar George Street. Perawakannya kekar, dan mirip-mirip aktor Ridho Roma, Tom Cruise, Daniel Craig (James Bond) dan sebangsanya. Namun kebanyakan yang tak lancar bahasa Inggris. Australia ternyata jadi tempat merantau bule Eropa. Setelah istirahat sebentar dan mandi, akhirnya berangkat lagi. Namun sebelumnya saya bikin kopi dulu di dapur hostel, sambil nonton TV di sofa hostel yang nyaman. Kopi, teh, gula, air panas, tersedia di sini. Perlengkapan dapur seperti kompor gas, oven, microwave, gelas, piring, sendok, garpu, bisa digunakan kapan saja dan harus dicuci sendiri setelah pakai. ada peringatan, barangsiapa yang tidak mau mencuci sendiri, deposit 20 AUD akan hangus.
Jalan kaki 200 meter menyusuri jalan Elizabeth, lalu masuk stasiun Museum, tap on, masuk platform, naik kereta ke arah Circular Quay, setelah sampai, keluar stasiun, tap off. Tampak pemandangan laut. Saya naik ferry ke arah pantai Manly. Sebelum masuk ferry tap on dulu. Pemandangan spektakuler, mulai Opera House, Sydney Brigde, Botanic Garden, hingga akhirnya Manly. Di tempuh 30 menit, dengan ferry yang tenang (tidak berisik dan oleng). Di Manly banyak kafe, restoran. Supermarket Coles, Aldi, KFC dll tersedia lengkap di kawasan yang cantik ini. Untuk ke pantai Manly, dari jetty ferry perlu jalan kaki 500 meter. Pemandangan cukup cantik, mirip pantai Patong di Thailand. Banyak orang yang selesai berjemur, dan saat itu sudah sore, kemudian mandi di shower terbuka yang tersedia. Juga tampak ada yang masih ikut lomba selancar yang diikuti puluhan remaja. Tampak juga rombongan turis berjilbab sedang melihat pantai. Kemudian saya balik ke jetty ferry untuk kembali ke Circular Quay. Di Manly tak perlu top off dan top on, karena dihitungnya sekalian balik di Circular Quay/tak ada transportasi umum selain ferry penghubung antar dua tempat ini. Banyak penumpang termasuk saya, duduk di depan kemudi, foto foto. Pasangan di depan saya dengan cueknya berciuman hot dan bermesraan di depan penumpang lain, termasuk anak anak. Sekitar jam 6 sore, tiba di Circular Quay, naik ferry lagi ke Milson Point, dimana ada Luna Park. Karena wahana ini sedang tutup, setelah berfoto, saya naik kereta ke Central dan dari Central saya naik LRT. LRT ini melalui Townhall, Haymarket, Convention, Exhibition, Casino dan Fishmarket. Tadinya saya mau lihat fishmarket, tapi nyasar. dan ternyata fishmarket sudah tutup jam 4 sore tadi. Ya sudah balik lagi saja. Ada kejadian bapak-bapak Chinese ber jas di samping saya mem foto tanpa izin 2 cewek remaja bule yang berpakaian super seksi, dan ketahuan 3 cewek negro. Saya menoleh ke bapak itu, dan ternyata memang sedang berusaha mengalihkan mode foto ke mode lain. Bapak itu tak mengaku, dan akhirnya turun di stasiun terdekat, mungkin malu ketahuan. Dan cewek negro tadi berujar ke remaja bule “hati2 mungkin orang tadi mau berbuat jahat, bisa jadi dia germo”. Kedua remaja tadi tampak kebingungan.
Saya turun di halte town hall, tap off, dan jalan ke arah mall World Square untuk belanja di supermarket Coles. Melalui aplikasi android nya saya bisa mencari produk halal yang ada di sana buat konsumsi selama di Sydney dan buat oleh-oleh. Produk halal selain buah ternyata ada pie daging sapi, 2 pack 5 AUD, aneka coklat Mars buat oleh-oleh, dan juga mie instan cup Maggie. Sebenarnya pengen beli Indomie sate yang sudah tidak beredar di Indonesia, tapi tidak ada yang cup. Dari Coles, saya jalan kaki ke hostel sejauh 600 meter. Di hostel saya nikmati pie daging sapi dengan memasukkan microwave selama 2 menit, menyeduh mie cup, dan menyeduh teh. Sungguh nikmat rasanya makan minum di saat lapar, lelah, dan menikmatinya sambil menonton siaran langsung Australia Open 2017 di sofa hostel. Setelah makan, saya simpan sisa belanjaan ke refrigerator besar fasilitas hostel, kembali ke kamar, lalu bebersih di toilet, balik ke kamar, sholat, lalu tidur. Tengah malam ada gangguan, mahasiswa Perancis dari kamar sebelah mengerjai temannya yang ada di ruangan saya, sangat berisik. Tapi tak lama. Namun sesudah itu agak lama bisa tidur, karena di samping hostel sedang ada pekerjaan perbaikan jalan yang saya lihat tanda dilarang melintas tadi pas balik ke hostel.
Tempat menarik yang saya kunjungi hari ini :
Three sisters and scenic world Katoomba Blue Mountain
Sydney Harbour Bay (Opera House, Bridge)
Manly
Fish market
Ada penghematan yang signifikan menggunakan opal card hari ini, karena kalau lihat rinciannya harusnya bayar 42 AUD. Tapi berhubung ada max cap 15 AUD, jadi hemat 27 AUD (64%). Jika hari minggu max cap 2.5 AUD, hematnya lebih dahsyat lagi 39.5 AUD (95%).
Kunjungan ke Melbourne dan Sydney ini merupakan kunjungan pertama saya jalan sendiri menginap di hostel/sharing room. Biasanya bersama istri/keluarga dan tinggal di hotel/private room. Berdasarkan pengalaman tersebut, beberapa tips dari saya :
1. Pilih lah hostel yang mempunyai reputasi tinggi berdasarkan ulasan pengunjungnya. Semakin tinggi dan banyak yang mengulas berarti semakin baik. Ulasan berbahasa Indonesia/Malaysia biasanya mewakili selera orang Indonesia/Malaysia.
2. Pilih lokasi di pusat kota atau dekat dengan transportasi umum. Hal ini memudahkan akses. Kecuali jika kita sewa kendaraan, tinggal di luar pusat kota juga tidak masalah. Pilih juga yang aman berdasar ulasan nomor 1.
3. Pilih yang bebas pembatalan sampai beberapa hari sebelum kedatangan. Karena kadang ada perubahan harga saat musim promosi. Pernah mengalami hal ini saat di hotel Istanbul, Goreme, Selcuk (Turki) dan hostel di Melbourne. Bahkan di Istanbul turunnya 30% (dari 525 ribu/malam, menjadi 375 ribu/malam). Saat memesan pertama di musim liburan, otomatis yang bulan berikutnya meski hari biasa kena efek harga musim libur. Pemesanan terakhir saat hari biasa. Pilih juga yang bisa bayar di tempat, utamanya apabila kita sudah punya bekal dalam mata uang transaksi (biasanya EUR/USD), untuk antisipasi fluktuasi nilai tukar.
Saat di hostel
1. Minta kwitansi pembayaran jika bayar di tempat dan cash. Karena pegawai hostel biasanya berganti-ganti (musiman).
2. Jaga sikap, ikuti aturan hostel, misalnya mematikan lampu saat lewat jam sekian. Tidak makan di ruang tidur. Termasuk dalam hal pergaulan, tidak usah ikut-ikutan gaya orang lain. Misalnya ikut-ikutan ke bar, mabok. Tidak keren kalau cuma ikut-ikutan macam begitu. Tidak punya identitas.
3.Selalu simpan tas dan barang berharga (paspor, gadget) di locker. Tiap tamu dapat fasilitas ini minus gembok. So, jangan lupa bawa cadangan gembok ya buat locker ya.
4. Untuk negara yang biaya makannya mahal seperti di Australia yang sekali makan warung rata-rata 15 AUD atau setengah dari biaya menginap di hostel, sebaiknya membeli bahan makanan di pasar/ supermarket setempat, lalu masak di dapur umum. Biasanya disediakan rak penyimpan bahan makan buat tamu hostel. Jangan lupa kasih identitas/nama di wadah kita.
5. Pilih yang ada sarapan. Meski cuma roti selai atau oat, lumayan bisa mengurangi biaya makan. Ada juga hostel yg mengadakan acara khusus yang tiap hari berganti, misalnya hari Senin gratis makan malam, Selasa tur gratis, Rabu nonton filmnya gratis dan seterusnya.
Pengalaman saya pertama menginap ala backpacker hari Minggu hingga Jumat kemarin, secara umum adalah sebagai berikut :
miliki toleransi, karena semakin banyak orang dalam satu ruangan, semakin banyak kemauan. Misalnya ada yang tak bisa tidur di ruang yang nyala terang atau masih ada cahaya menyala. Ada yang suka menaruh barang berantakan dan lain semacamnya.
latihan sabar, jika sebelumnya selalu menginap di hotel, ketika capek seharian jalan pulang bisa langsung rebahan/tidur, ini harus ditahan, karena di ruangan ada yang masih mengobrol. Karena kebanyakan yang menginap di sini adalah anak muda usia baru masuk 20 tahunan, maka muncul keisengan antar mereka, sehingga sangat berisik.
hati-hati dengan pergaulan, di toilet BIG hostel Sydney sampai ada stiker di tiap pintu kamar mandi, jika ada masalah penyakit seksual hubungi nomor xxxxx. Artinya penyakit kelamin sudah bukan hal yang aneh di hostel. Relasi dan cara berpakaian yang sangat bebas, memungkinkan hal itu bisa terjadi.
Ya, karena tinggal di hostel, saya jadi lebih bersyukur tinggal dan punya rumah sendiri. Dan pertama kalinya kepikiran rumah terus. Meski di tempat wisata senang, tetapi karena tidak bisa langsung istirahat setelah seharian jalan, maka terbayang empuknya kasur dan tenangnya kamar di rumah. Pertama kalinya dalam sejarah jalan-jalan saya ada pertanyaan dalam hati “Kapan balik ke rumah?”. Home sweet home.