Kunjungan ke Melbourne dan Sydney bulan lalu merupakan kunjungan kedua setelah Perth di bulan Agustus 2014 . Dari sisi biaya terhitung cukup hemat. Namun sehemat-hematnya masih di atas 8 juta Rupiah. Keberangkatan dimulai dari Bandung, dengan rute Bandung-Yogyakarta dengan kereta api Lodaya (karena ada keperluan keluarga), Yogyakarta-Denpasar naik Air Asia, Denpasar-Melbourne naik Jetstar, Melbourne-Sydney naik kereta api NSW Link dimana sempat bersimpangan dengan arah ke Canberra, Sydney-Singapura naik Scoot Airlines, Singapura-Jakarta naik Air Asia, dan Jakarta-Bandung naik bus Primajasa. Maskapai lain yang melayani rute Denpasar-Australia (Sydney/Melbourne/Darwin/Brisbane/Perth/Adelaide Airport) ada Air Asia, Qantas dan Tiger Air.
Semua wahana yang saya kunjungi kali ini gratis. Termasuk tur yang diadakan kantor walikota Melbourne dan parlemen Victoria. Jadi hanya bayar transportasi, akomodasi, konsumsi dan oleh-oleh saja, tapi pengalaman nya terasa luar biasa. Kenapa? karena baru pertama tinggal di hostel, traveling sendirian, dan dapat tiket Denpasar-Melbourne yang hanya 549 ribu Rupiah untuk penerbangan 5,5 jam. Jujur saja, lain kali pengen naik full service airline, tinggal di hotel dan traveling bersama keluarga atau teman-teman.
Berikut Itinerary saya sejak berangkat dari Bandung Jumat, 20 Januari 2017 hingga kembali di Bandung Sabtu, 28 Januari 2017 :
Di hari terakhir sebelum pulang besok, akan saya manfaatkan untuk mengeksplorasi Sydney lebih mendalam. Terutama tempat yang iconik/identik dengan Sydney, antara lain Botanical Garden, Australia Day di Harbour Bay, pasar oleh-oleh Haymarket, dan Pantai Bondi yang sangat terkenal itu.
Setelah sholat, mandi, maka saya segera ke dapur untuk sarapan. Di sana tersedia banyak sekali roti, bermacam selai, susu serta aneka sereal (ada cornflake, riceflake, muesli, oatmeal). Memang lebih sedikit pilihan dibandingkan Europa hostel Melbourne yang menyediakan pancake. Enak sekali sarapan sambil minum kopi dan nonton TV di sofa yang empuk.
sarapan biji-bijan, roti gandum, dan kopi, kenyang dan sehat
sambil nonton kuis pagi berhadiah 20 ribu dollar
banyak pilihan biji-bijan, roti buat sarapan dan juga olesannya
sofa santai yang empuk buat duduk
Usai sarapan, lanjut jalan kaki menyusuri Elizabeth Street, masuk ke Hyde Park yang asri. Luas sekali taman ini. Ada Anzac memorial di selatan dan ada Archibald fountain di bagian utara. Di ujung utara dekat Archibald fountain ada festival menyambut Australia Day. Ada juga bus kuno tahun 1950 an yang dijalankan khusus untuk hari ini, bayarnya pakai koin emas ??? buat sumbangan ke yayasan sosial. Di Australia memang banyak yang gratis, tapi selalu ada kotak donasi. Tur gratis, perpustakaan, beberapa museum. Kalau punya uang silakan donasi.
panggung sydney festival
gerbang palace garden
Bus Sydney and Bondi Explorer
bus kuno yang keluar garasi setahun sekali
taman bunga
burung di taman
sydney tower eye
patung johan mcquire
Dari Hyde park, lanjut jalan lagi melalui taman bunga yang sangat cantik, barrack museum, the mint, Sydney hospital, parliament house, state library. Berhubung masih jam 9, gedung tersebut belum ada yang buka, kecuali Library. Setelah itu masuk ke Royal Botanic Garden. Taman yang sangat cantik dan ditata sedemikian rupa, sukar diceritakan, dengan foto-foto dibawah ini mungkin bisa menggambarkan nya. Dari tepian farm cove terlihat kapal pesiar dan persiapan perayaan. Saya jalan terus hingga Mrs Macquires Point/Chair di Domain dimana banyak orang bersantai melihat pemandangan Sydney, lalu balik ke Royal Botanic Garden dan melalui orang yang sedang asyik menikmati semilir angin dengan latar belakang Sydney Opera House dan jembatan. Lalu masuk ke dalam taman, di sana ada pohon tertua di Sydney, ada kolam besar, dan aneka taman. Ada juga wahana baru, the CALYX, semacam panggung yang dilengkapi tempat duduk. Saat saya kesana ada performance musik easy listening. Hiburan gratis.
rumput Australia yang tahan cuaca
pinggir pantai botanic garden
di sini mrs Mcquire-istri gubernur jendral NSW tahun 1810-1821 sering duduk mengamati kapal yang berangkat dan datang dari Inggris, mungkin ia rindu kampung halamannya.
penampakan jembatan dan Sydney opera house dari botanic garden
bunga matahari sedang mekar di musim panas
pohon tua yang dilindungi
orang suka jalan-jalan dan jogging di taman yang luas ini
salah satu sudut taman
dilengkapi bungalow
ini airnya hijau pekat dan berbusa, mungkin sudah waktunya dikuras
cuma rumput yang tampaknya nyaman buat geletakan
stasiun sentral Sydney
itik di kolam yang dipenuhi alga
Setelah puas 2 jam di Royal Botanic Garden, perjalanan saya lanjutkan ke Sydney Harbour, bukan mau naik Ferry,tapi melihat keramaian Australia Day. Ya, setiap tanggal 26 Januari diperingati sebagai hari Australia. Yang menandai kehadiran pertama kali bangsa barat ke Australia Yaitu pada 26 Januari 1788 menggunakan kapal Inggris di Port Jackson, New south Wales, dan pengibaran bendera Inggris di Sydney Cove oleh Gubernur Arthur Philips. Semua di area Sydney Harbour sekarang. Ramai sekali hiburan musik dari grup drum, angkatan laut Australia, parade kapal perang, parade kapal pesiar, parade pesawat perang, helikopter yang bawa bendera raksasa Australia. Area yang saya kelilingi mulai dari Sydney Opera House, The Rock, Miller Point hingga Haymarket. Ada pertunjukan orang Aborigin dekat terminal pelabuhan. Lalu jalan lagi, hingga dekat information center The Rock ada bazaar yang menjual produk khas Sydney/Australia, misalnya kerajinan kulit, woll, dendeng daging kanguru. Makanan pun ada, tapi saya lihat harganya seperti di restoran (diatas 10 AUD/porsi). Ada perbaikan George Street yang para pekerjanya teman sekamar saya di BIG hostel. Jauh sekali perjalanan ini, melalui Susanah Place (kos2an imigran pertama Australia), GPO (mall), Queen Victoria Building (QVB), strand arcade, Townhall, world Square, hingga akhirnya Haymarket. Catatan jalan kaki hari ini sudah 15 km. Pantesan kaki sudah mulai lecet.
kos-kosan pertama (dibangun tahun 1844) di Australia buat menampung imigran bule
strand arcade mall yang harum aroma kopi panggang
mau beli makanan halal Turki di sini, tapi antri
sibuk menonton pertunjukan musik di Australia Day
gedung Sydney contemporary art
nuansa tahun ayam di halaman Sydney opera house
pertunjukan ferry boat
patung Mathew Flinders, kartografer terbaik di masanya, yang meninggal di tahun 1814 di usia 40 tahun, penulis buku sumber sejarah A Voyage To Terra Australis
lumayan bisa minum gratis
pertunjukan akrobat menyerupai kumbang
bendera yang dibagikan gratis
mall queen Victoria building yang berdiri sejak 1898 dan tetap berfungsi
nongol di depan opera house
dendeng kanguru, geli mau coba
orang Aborigin sedang mempertunjukkan budayanya
ruang tunggu karantina pelabuhan Sydney, disini penumpang kapal pesiar turun
bus kuno yang dipakai setahun sekali
Di Haymarket/Paddys Market sempat keliru, masuk mall kelas menengah/sedang. Ada toko Giordano yang sale 50% kaus bertuliskan I Love Sydney lengkap dengan gambar jembatan dan Opera house nya. Sedangkan pasar sayur dan souvenirnya sendiri ada di bawah. Campuran pasar basah sayur dan buah dan pasar oleh-oleh. Mirip-mirip pasar di Indonesia, agak kotor. Souvenir di sini lumayan murah, 6 pin 5 AUD, 3 wadah pensil 5 AUD. Karena sudah sore/jam 4 dan lelah, saya balik ke hostel untuk istirahat, mandi, bikin kopi, makan siang, jalan lagi ke Bondi nanti jam 6.
disini tersedia souvenir murah Sydney made in China
pasar basah, yang tak jauh beda dengan pasar di Indonesia
pasar ada di lantai dasar/basement, di atas adalah mall
Pas jam 6 saya ke stasiun Central, top up 10 AUD di minimarket 7-11 . Lalu naik ke platform menuju Bondi Junction. Tidak lupa tap on saat masuk stasiun dan top off saat keluar stasiun. Dari Bondi Junction lanjut naik bus 336, turun di kota Bondi. Untuk ke pantai jalan kaki 800 meter melalui kafe dan perumahan. Banyak anak muda mulai mabuk di tepi jalan, sehingga pasangan bule di depan agak menjauh, saya pun ikut. Kalau sudah mabuk=tak berakal, lebih baik kami menghindar. Akhirnya sampailah saya di pantai. Beberapa pemuda tampak datang membawa satu krat beer. Ya, bukan barang aneh bir dan minuman keras di sini. Pantai Bondi lumayan bagus. Beda dengan Manly yang landai, pantai Bondi ada di lembah, namun pantainya sendiri landai, terlihat cukup indah dengan pasirnya yang berwarna keemasan.
pantai Bondi dimana sore hari banyak ketemu orang bawa satu krat beer
salah satu rumah di pantai Bondi, remang-remang gitu ya
Karena sudah jam 8 sore, saya balik menggunakan bus yang ke Sydney, turun di Sheraton sebelah Hyde Park. Dari sini sambung lagi bis ke Circular Quay. Ingin nonton pertunjukan musik di Opera House. Ada kejutan yang saya lihat, ada ibu bule dan 2 anaknya jualan bando dan tongkat yang nyala/fluoresans. Bule lain tampak manggut-manggut, mungkin karena semua usaha harus berizin, dan ini liar. Lengkap sudah pemandangan yang saya lihat di Sydney dan Melbourne. Diantara kemapanan, banyak pula orang yang kekurangan. Seperti gelandangan di Flinders station dan taman kota, serta yang baru saya lihat tadi.
Balik dari Circular Quay sudah jam 9.30, naik bus dan turun di depan stasiun Central . Karena kelelahan+ngantuk , saya sempat disorientasi, bingung arah ke hostel. Saya tenangkan diri sejenak, duduk di halte, tarik napas. Alhamdulillah konsentrasi kembali muncul dan saya bisa kembali ke hostel dengan selamat. Jalan jalan hari ini cukup hemat, Opal card 15 AUD setelah di top up tadi, kini masih sisa 10 AUD. Artinya naik kereta ke Circular Quay dan Bondi Junction, serta naik bus dari Bondi ke Sydney lalu ke Central hanya menghabiskan 5 AUD. Mudah-mudahan sisa ini cukup buat besok ke bandara.
Sesampai di hostel saya mencoba menghabiskan perbekalan yang belum saya masak, seperti pisang, susu pisang dan nachos. Alhamdulillah nachos bersertifikat halal ini enak, dan beberapa orang tampak melirik nachos yang sedang saya pegang, mungkin penasaran.
Kunjungan ke Melbourne dan Sydney ini merupakan kunjungan pertama saya jalan sendiri menginap di hostel/sharing room. Biasanya bersama istri/keluarga dan tinggal di hotel/private room. Berdasarkan pengalaman tersebut, beberapa tips dari saya :
1. Pilih lah hostel yang mempunyai reputasi tinggi berdasarkan ulasan pengunjungnya. Semakin tinggi dan banyak yang mengulas berarti semakin baik. Ulasan berbahasa Indonesia/Malaysia biasanya mewakili selera orang Indonesia/Malaysia.
2. Pilih lokasi di pusat kota atau dekat dengan transportasi umum. Hal ini memudahkan akses. Kecuali jika kita sewa kendaraan, tinggal di luar pusat kota juga tidak masalah. Pilih juga yang aman berdasar ulasan nomor 1.
3. Pilih yang bebas pembatalan sampai beberapa hari sebelum kedatangan. Karena kadang ada perubahan harga saat musim promosi. Pernah mengalami hal ini saat di hotel Istanbul, Goreme, Selcuk (Turki) dan hostel di Melbourne. Bahkan di Istanbul turunnya 30% (dari 525 ribu/malam, menjadi 375 ribu/malam). Saat memesan pertama di musim liburan, otomatis yang bulan berikutnya meski hari biasa kena efek harga musim libur. Pemesanan terakhir saat hari biasa. Pilih juga yang bisa bayar di tempat, utamanya apabila kita sudah punya bekal dalam mata uang transaksi (biasanya EUR/USD), untuk antisipasi fluktuasi nilai tukar.
Saat di hostel
1. Minta kwitansi pembayaran jika bayar di tempat dan cash. Karena pegawai hostel biasanya berganti-ganti (musiman).
2. Jaga sikap, ikuti aturan hostel, misalnya mematikan lampu saat lewat jam sekian. Tidak makan di ruang tidur. Termasuk dalam hal pergaulan, tidak usah ikut-ikutan gaya orang lain. Misalnya ikut-ikutan ke bar, mabok. Tidak keren kalau cuma ikut-ikutan macam begitu. Tidak punya identitas.
3.Selalu simpan tas dan barang berharga (paspor, gadget) di locker. Tiap tamu dapat fasilitas ini minus gembok. So, jangan lupa bawa cadangan gembok ya buat locker ya.
4. Untuk negara yang biaya makannya mahal seperti di Australia yang sekali makan warung rata-rata 15 AUD atau setengah dari biaya menginap di hostel, sebaiknya membeli bahan makanan di pasar/ supermarket setempat, lalu masak di dapur umum. Biasanya disediakan rak penyimpan bahan makan buat tamu hostel. Jangan lupa kasih identitas/nama di wadah kita.
5. Pilih yang ada sarapan. Meski cuma roti selai atau oat, lumayan bisa mengurangi biaya makan. Ada juga hostel yg mengadakan acara khusus yang tiap hari berganti, misalnya hari Senin gratis makan malam, Selasa tur gratis, Rabu nonton filmnya gratis dan seterusnya.
Pengalaman saya pertama menginap ala backpacker hari Minggu hingga Jumat kemarin, secara umum adalah sebagai berikut :
miliki toleransi, karena semakin banyak orang dalam satu ruangan, semakin banyak kemauan. Misalnya ada yang tak bisa tidur di ruang yang nyala terang atau masih ada cahaya menyala. Ada yang suka menaruh barang berantakan dan lain semacamnya.
latihan sabar, jika sebelumnya selalu menginap di hotel, ketika capek seharian jalan pulang bisa langsung rebahan/tidur, ini harus ditahan, karena di ruangan ada yang masih mengobrol. Karena kebanyakan yang menginap di sini adalah anak muda usia baru masuk 20 tahunan, maka muncul keisengan antar mereka, sehingga sangat berisik.
hati-hati dengan pergaulan, di toilet BIG hostel Sydney sampai ada stiker di tiap pintu kamar mandi, jika ada masalah penyakit seksual hubungi nomor xxxxx. Artinya penyakit kelamin sudah bukan hal yang aneh di hostel. Relasi dan cara berpakaian yang sangat bebas, memungkinkan hal itu bisa terjadi.
Ya, karena tinggal di hostel, saya jadi lebih bersyukur tinggal dan punya rumah sendiri. Dan pertama kalinya kepikiran rumah terus. Meski di tempat wisata senang, tetapi karena tidak bisa langsung istirahat setelah seharian jalan, maka terbayang empuknya kasur dan tenangnya kamar di rumah. Pertama kalinya dalam sejarah jalan-jalan saya ada pertanyaan dalam hati “Kapan balik ke rumah?”. Home sweet home.